Dua

86 33 44
                                    

Keheninganpun dimulai setelah keberangkatan mereka. Senja sesekali menghembuskan napasnya kasar lalu matanya beralih melihat ke arah luar jendela. Ia bosan, sungguh bosan! Pasalnya ia tidak biasa dengan suasana yang seperti ini, canggung dan bingung.

Rendra yang biasanya cerewet dan menyebalkan mengapa mendadak menjadi pendiam seperti sekarang ini? Haruskah ia yang mencari topik pembicaraan agar suasana ini mencair?

Rendra melirik Senja sekilas, gadisnya itu terlihat gelisah seakan ada hal yang ia ingin sampaikan namun bingung untuk mengungkapkan.

"Kamu kenapa, sayang? Laper?"

Senja menghembuskan napasnya kasar.

Dasar, nggak peka!

"Nggak kok, nggak kenapa-kenapa," ucapnya malas.

Padahal bukan itu yang ingin ia ucapkan tapi justru kata-kata itu yang keluar dari bibirnya. Entahlah, mood Senja sedang berada dalam kondisi yang tidak baik.

Rendra tersenyum. "Biasanya cewek yang bilang nggak kenapa-kenapa itu justru malah kenapa-kenapa lho."

Senja melongo, tumben sekali Rendra menjadi peka akan dirinya?

"Hmm, cuma bingung aja," jawabnya jujur.

"Bingung kenapa sih, sayang?" Rendra mengusap lembut kepala Senja dengan sayang.

"Bingung cari topik biar kita bisa ngobrol ... kamu tau kan aku nggak bisa diam-diaman kaya gini?" rengeknya manja.

Rendra yang mendengar itupun tertawa. Sungguh, ingin rasanya Rendra mencubit pipi chubby gadisnya ini! Siapa yang tidak gemas jika melihat cewek secantik Senja merengek seperti bocah yang meminta permen lollipop?

"Kok malah ketawa sih!" ketusnya.

Dengan gesit tangan Rendra mencubit pipi gadisnya itu dengan gemas.

"Sayang, sakit ih!"

Rendra terkekeh. "Habis kamu lucu kalau lagi marah ... Pasti dari tadi otak kamu itu mikir kalau aku nggak peka, iya 'kan?"

Senja mengangguk membenarkan.

"Terus kamu juga mikir kalau aku nggak pinter cari topik pembicaraan 'kan?"

Lagi-lagi Senja mengangguk. Hebat sekali kekasihnya ini, pasalnya baru kali ini cowok itu menjadi sepeka ini. Jika sudah pulang nanti, Senja akan melingkari kalendernya sebagai pengingat hari peka Rendra Nasional.

"Iyalah, habisnya kamu diam aja ... biasanya kamu kan cerewet trus nyebelin!"

Rendra meraih jemari Senja ketika lampu lalu lintas berwarna merah, lantas mengusapnya lembut guna menyalurkan rasa sayangnya. "Kamu mau tau alasan aku banyak diam itu kenapa?"

"Emang apa?" Senja menatap Rendra serius.

"Aku fokus nyetir, sayang ... karena mama pesan ke aku, kalau mama nggak mau calon menantunya ini lecet sedikitpun. Makanya aku harus hati-hati bawa calon istri aku ini," ucapnya diakhiri dengan mencium punggung tangan Senja.

Senja yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tertegun. Kenapa cowok di hadapannya ini bisa berubah menjadi seromantis ini? Apakah Rendra sudah salah minum obat atau malah tadi ia terpeleset tangga hingga kepalanya terbentur yang mengakibatkan otaknya bergeser? Biarlah jika memang itu terjadi, yang jelas saat ini Senja tidak bisa berhenti untuk tersenyum karena perlakuan Rendra yang membuatnya terbang tinggi.

------

Setelah kurang lebih dua jam dalam perjalanan akhirnya Rendra dan Senja telah sampai pada gedung Auditorium Perwacy--gedung yang dipakai untuk acara pernikahan Ega--kakak laki-laki Rendra. Tamu datang silih berganti hingga membuat hall itu dipenuhi dengan lautan manusia. Wajar saja jika tamu undangannya banyak karena kakak serta ayah Rendra mempunyai usaha yang cukup besar di kota ini.

Untuk Jingga✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang