Dua Puluh Satu

11 1 0
                                    

Hari ini, tepat satu minggu sudah Dreons dan Senja resmi berpacaran. Tidak ada satu hari pun terlewatkan untuk Dreons tidak melengkungkan sudut bibirnya. Ia bahagia, Dreons benar-benar bahagia. Bahkan dengan Vanya dulu pun ia tidak pernah merasakan sebahagia ini.

Ah, ternyata benar. Hati tidak pernah salah memilih.

Dreons menggelengkan kepalanya. Gila, ia benar-benar sudah gila. Bagaimana tidak? Mau makan, ia ingat Senja. Mau tidur, ia ingat Senja bahkan mau mandi pun ia ingat Senja. Sial! Dreons sudah tidak waras hanya karena Senja.

Kini cowok itu sudah berdiri tepat di depan cermin, jiwa mudanya terus meronta meminta keluar dari tempatnya. Hey, lihatlah! Dreons sudah sedari tadi bercermin hanya untuk memastikan dandanannya sudah terlihat keren atau belum!

Dreons berdehem, sekali lagi merapikan rambutnya agar terlihat lebih keren dari sebelumnya.

"Bener-bener ganteng ciptaan Tuhan yang lagi bercermin ini!" ucapnya percaya diri.

Ifa berdecak ketika ia mendengar celotehan adiknya ini. "Mau sampai kapan dandannya? Mau sampai kaca itu pecah sendirinya?"

Dreons menoleh, sejak kapan kakaknya berada di sini?

"Kakak ngapain di kamar aku?" Dreons memicing curiga. "Kakak mau ngintip? Ih, kakak ... Nggak boleh gitu sama adik sendiri, inget kakak udah nikah!" tudingnya.

Ifa melangkah maju, tangannya sudah menjitak kepala Dreons membuat cowok itu merintih kesakitan.

"Nggak usah ke PD'an!" cibirnya. "Kakak dari tadi manggil kamu tapi kamu malah asik ngaca sampai nggak inget waktu gitu."

Dreons mendengkus kasar. "Biarin aja, udah punya pacar ini."

Ifa tergelak mendengar ucapan Dreons. Mungkin adiknya ini sedang bermimpi. Ah, kasian sekali!

"Bangun, dek ... Udah pagi, nggak usah mimpi!" Ifa mengibaskan tangannya di hadapan Dreons.

Dreons berdecak. "Siapa yang lagi mimpi sih, kak? Dreons serius!"

Ifa terdiam melihat keseriusan di wajah Dreons. Benarkah seperti itu?

Ifa mendekat sekali lagi di hadapan Dreons, meneliti wajah adiknya ini. "Biasa aja, nggak ganteng. Emang ada yang mau sama kamu? Vanya aja mungkin khilaf waktu nerima kamu."

Dreons mendelik tajam, mulut kakaknya ini terkadang pedas sekali.

"Sadis!" kata Dreons kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Ifa yang sudah tergelak dengan kencangnya. Merasa sangat puas sudah menjahili adiknya.

Ifa menghentikan tawanya kemudian menghela napasnya panjang. "Alhamdulilah, akhirnya adik kakak laku juga," ucapnya sendu sambil melihat punggung Dreons dari hadapannya.

Setidaknya Ifa bahagia melihat Dreons sudah mau berusaha melupakan Vanya. Kisah cinta yang tak berakhir bahagia bukan berarti hidupnya harus berhenti juga. Ifa hanya bisa berdo'a, semoga ini cinta terakhir untuk adiknya.

---------

Suasana Yogyakarta siang ini tidak terlalu panas membuat Senja bisa bernapas lega, setidaknya ia tidak perlu berpanas-panasan untuk menuju tempat kerja seseorang yang saat ini sudah resmi menjadi kekasihnya.

Kekasih?

Senja tertawa geli ketika mengingatnya. Bagaimana tidak? Dengan polosnya Dreons mengajaknya berpacaran tanpa embel-embel kata romantis! Sungguh luar biasa seorang Dreons di mata Senja. Beda, benar-benar berbeda. Dreons yang terkenal konyol dan slengekan akhirnya bisa gugup juga.

Untuk Jingga✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang