Pengecut.
Bukan kamu, aku yang pengecut. Hanya berani berkeluh kesah lewat aksara dan prosa, namun tak berani menatap wajahmu.
'Kukira kamu sudah berhenti puan?' Tanya logikaku..
Seandainya dia tahu, jika semudah itu memberhentikan sebuah perasaan, maka cerita ini tak akan pernah ada.'Pikirkan hal buruk tentangnya'
Sudah, ribuan kali. Namun pada akhirnya hanya aku, yang mengagumi kelebihannya dan lebih mencintai kekurangannya..'Dasar bodoh kamu puan! Sampai kapan kamu akan seperti ini?! Berapa kali lagi kamu harus terluka dan tersungkur?!'
Berapa? Sebanyak yang dibutuhkan..dan sedalam yang diizinkan..'Kenapa kamu sering sekali dicampakkan puan..?'
Karena aku selalu mencintai orang yang salah, atau di waktu yang salah.'Berhentilah puan...berhentilah menyakiti dirimu puan.....'
Saat hati ini hancur dan aku terlalu rapuh untuk menatanya...saat itulah, aku berhenti.Hatiku mengambil kendali, dan ingin terus berjuang disaat logika dan ragaku sudah lelah dan pasrah..
Aku tidak berhenti.
Bandung, 6 Agustus 2017
10.41 PM
Aku tidak bisa berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggelam
Short StoryMaka sedalam apa Tuan, saya dapat tenggelam dalam angan-angan?