VI

355 64 3
                                    

Beberapa hari setelah hari pernikahan pak Jeon, Eunha tidak terlihat sama sekali.

Berdasarkan Sowon, sejak Yuju ditarik pak Lee pergi, dia juga memisahkan diri, ingin menemui seorang kenalan, katanya.

Sejak itu, gadis itu seperti hilang ditelan bumi begitu saja. Beberapa hari tidak ke sekolah tanpa memberi kabar apapun ke siapapun.

Kemarin bahkan Sowon menyuruh antek-antek nya mencari keberadaan seorang Jung Eunha.

"Aku muak ditinggal berdua dengan nya, buat malu saja," protes Sowon yang menerima ejekan dari Umji.

"Aku juga muak berduaan dengan mu terus," bela gadis imut itu.

Yuju yang melihat itu hanya tertawa kecil. "Lalu, ada kabar dari orang mu tidak?"

Sowon mengangguk, membiarkan keduanya menunggu sedikit jawaban dari nya.

"Entah ini rahasia atau tidak, entah aku boleh berspekulasi atau tidak, ini juga mereka susah payah mendapatkannya," ujar gadis itu sambil menatap handphone nya intens.

"Memang nya kenapa? Dia dijual juga?" tanya Umji yang membuat Sowon menggeleng.

"Dia di paksa menikah," katanya yang lalu menyimpan kembali ponsel nya.

"Seperti perjodohan?" balas Yuju.

"Selain untuk tebusan barang antik, apa alasan ayah mu menjual mu?"

"Jaminan barang antik, tidak lebih. Tapi aku tidak pernah benar-benar dijual ke paman yang aneh-aneh, mereka bahkan hanya memberi uang dan menyuruh ku lari," kata Umji yang kini seperti nya sudah mulai terbuka tentang dirinya.

"Seperti nya Eunha dipaksa menikahi seorang pejabat dari China demi kedudukan ayah nya,"

Yuju yang membolakan mata nya hanya menatap Sowon dan Umji bergantian. "Dengan siapa?"

"Entah gubernur bagian mana, yang jelas pak tua itu sudah punya anak, mungkin seumuran kita," ucap Sowon.

"Eunha itu anak tunggal? Bagaimana dengan adik nya yang dari China waktu itu?"

"Mungkin saja adik angkat. Seorang pejabat pasti punya sebuah panti asuhan yang rutin ia kunjungi. Ayah ku juga punya, mungkin saja Eunha sudah menganggapnya sebagai adik sendiri," sahut Umji.

"Apa kita akan menolong nya?" tanya Sowon.

"Aku ingin. Karna ku rasa itu pelanggaran hak asasi, gadis itu punya hak untuk melanjutkan masa depannya, bukan mau saja dipotong dan hidup selamanya dengan pak tua gila," kata Umji.

"Tapi ayahnya juga berhak menentukan, seperti Eunha punya kewajiban untuk menuruti keputusan ayah nya kan?" sanggah Yuju.

"Kalau waktu itu nenek yang menyelamatkan ku, apa ada orang yang bisa menyelamatkan Eunha? Maksud ku, aku senang dipisahkan dengan ayah dan tinggal dengan nenek, walau uang ku menjadi terbatas. Tapi coba pikirkan dengan hati Eunha, apa gadis itu mau mengkhianati ayah nya?"

"Ada satu cara,"

"Apa?"

"Untuk perjodohan seperti ini, selalu ada satu cara untuk membatalkannya," jelas Sowon yang kembali mengeluarkan ponsel nya, mengetikkan sesuatu.

"Siapa guru yang paling Eunha sukai disekolah?"

"Kenapa dengan guru?" balas Yuju yang semakin bingung di buat nya. Sedangkan Umji hanya mengangkat baju nya.

"Pak Kim? Guru olahraga yang selalu tersenyum itu?"

"Kim Mingyu? Tidak. Bukan yang itu. Kalau tidak salah entah sedang berada dimana, Eunha menatap guru itu lalu tersipu malu sendiri hanya karena kontak mata. Ada yang ingat?" ujar Sowon yang sudah frustasi karna ingatannya yang hanya sepenggal.

✔Yes, Sir! [LSM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang