XIII

253 32 5
                                        

Yuju sudah menjelaskan, ia tidak ingin membahas hobi nya yang sudah ia lepaskan tahun lalu, namun ketiga teman nya masih saja penasaran dengan apa yang terjadi.

Bagaimana tidak, setiap kali bertanya mereka hanya akan mendapatkan senyuman penuh arti dari Yuju dan dengan segera gadis itu mengalihkan perhatian.

Bahkan sampai sekarang, kelas mereka belum menentukan apa yang akan ditampilkan di festival nanti.

Menurut Eunha hal itu menjadi sesuatu yang sangat penting bagi Yuju sendiri, seperti Eunha yang menyembunyikan perjodohannya kemarin, mungkin Yuju juga belum saatnya ingin mengingat hal itu.

"Tapi kan kita ini teman baik," ujar Umji yang penasaran hingga ujung rambut nya.

"Kau tidak menemukan apapun?" Sowon menggeleng kepala nya. Ia sendiri saja sudah kelelahan mengurusi hidupnya, bagaimana bisa punya waktu untuk menyelidiki Yuju.

Belum lagi Choi bajingan SeungCheol yang menolak mentah-mentah ide cemerlang gadis itu, lihat saja pembalasan Sowon nanti.

Yuju sendiri menjadi lebih pendiam dan penyendiri dibanding biasa nya.

Ia akan memberikan berbagai alasan untuk tidak makan siang bersama, beberapa kali mengaku kalau sedang dipanggil pak Lee, akan ke toilet sebentar atau sedang tidak badan dan lebih memilih untuk mengunjungi kantor pak Jun.

Tidak ada yang berani bertanya ada apa dengan gadis itu, dan yang bisa memberikan sebuah jawaban hanyalah pak Lee seorang, maka mereka memutuskan untuk menghampiri guru matematika itu nanti.

Tapi, sebelum itu...

"Aku bilang tidak," tegasnya dengan mata yang menatap Sowon menantang.

"Kenapa tidak sih? Itu strategi yang paling baik untuk situasi sekarang," Sowon sudah muak membujuk dan mengeluh, nyatanya lelaki di hadapannya masih saja keras kepala.

"Aku tidak akan melakukan apapun yang kau minta. Aku sudah menghargai keputusan beliau," kata Kepala Sekolah Choi.

Eunha, Yuju dan Umji yang berada diruangan itu tidak tahu harus melakukan apa, seperti nya lelaki itu memang berpendirian kuat.

"Kalau tidak ada lagi kalian boleh keluar, saya sibuk," usirnya yang kemudian kembali memberikan layar komputernya atensi.

Ketiganya beranjak berdiri mengikuti arahan, berusaha menarik Sowon mengikuti mereka, tapi Kim Sowon bukan seseorang yang dengan mudah akan menyerah dan tidak kalah keras kepala nya dengan pak Choi.

"Saya kira 2 tahun sudah cukup," bisik Sowon yang mampu membuat bukan hanya ketiga teman nya saja yang memberi perhatian melainkan lelaki bermarga Choi itu juga membulatkan mata.

Ia kira Sowon tidak akan menyangkut-pautkan hal seperti itu terutama didepan teman nya.

"Kalian duluan saja," ucap Seungcheol yang secara halus mengusir ketiganya walau ia tahu jelas mereka akan berada didepan pintu bersiap untuk menguping.

Ya sudahlah.

"Ternyata kau lebih dekat dengan mereka dibanding dugaan ku, menyerangku membawa 3 deking sekaligus?" Seungcheol meloloskan tawaannya.

"Memangnya kau takut dengan mereka?" Lupakanlah perbedaan umur dan derajat yang disandang oleh kedua pihak.

Jika hanya berdua, mereka hanyalah lelaki Choi dan perempuan Kim yang sudah sangat berusaha keras hidup dengan baik walau kadang alam sering menguji kedua insan tersebut.

"Bagaimana tidak, ada tiga, lalu tiga lagi dibelakangnya, Lee Jihoon, Lee Dokyeom dan Vernon Chwe kan? Kau pintar sekali memilih teman," pernyataan yang hanya membuat Sowon menghela nafas lelah.

✔Yes, Sir! [LSM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang