2

6.3K 160 6
                                    

Hari ini seperti biasa sepulang dari kampus aku langsung menuju ke apotek. Ketika aku menunggu taxi didepan pintu gerbang tiba-tiba kedua tanganku dicekal oleh orang berpakaian hitam, dan aku yakin itu suruhan orang kejam itu yang sejak dua minggu terakhir mengejarngejarku.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba melepaskan cekalan yang terasa sakit dipergelangan tanganku tapi aku tak mampu, karena kekuatan mereka terlalu besar. Akupun menggigit salah satu lengan bodyguard itu dan kakiku menginjak salah satu kaki dari temannya. Karena merasa kesakitan akhirnya mereka melepaskan cekalannya, tidak menunggu lama aku pun mencoba melarikan diri dan berlari sekuat tenaga. Dari belakang terdengar suara dua orang yang mengejarku tadi, menolehpun tidak,
aku semakin memperkencang laju kakiku meskipun rasanya sudah lemas. Tapi aku tak boleh menyerah begitu saja meskipun harus mempertaruhkan nyawaku sekalipun aku rela tapi tidak dengan harga diriku. Dari kecil orang tuaku selalu mengajarkanku untuk tidak merendahkan harga diri kita hanya demi suatu hal yang tak penting karena itu jika itu sampai terjadi, maka seseorang akan selalu meremehkan kita meskipun dalam hal benar sekalipun.

Di ujung jalan aku melihat seorang pria yang sepertinya aku mengenalnya. Dia sedang berbicara dengan seseorang ditrotoar dan tak lama ia pun hendak masuk dalam mobilnya. Ya dia pria yang aku tumpangi kemarin lusa, aku ingat betul mobil yang digunakan. Tanpa menunggu lama aku berteriak memanggilnya yang sedang membuka pintu mobilnya.

"Devant...tunggu..hey tunggu aku Devant !!" Teriak Viona dengan nafas ngos-ngosan.

Mendengar namanya dipanggil Devant menoleh kebelakang, ia melihat gadis yang dikenalnya beberapa hari lalu dengan berlari. Ketika Viona tepat disamping mobil Devant ia langsung membuka pintu mobil dan menyuruh pria itu untuk cepat mengendarai mobilnya. Devant yang bingung tanpa bertanya langsung menekan gas dan melajukan mobil dengan kecepatan maximum. Sebelum pergi Devant sempat melirik dari kaca spion didepannya dua orang yang sudah mengejar Viona.

Sepertinya ia mengenal kedua pria itu, lalu apa hubungannya dengan gadis ini dan ia sangat ketakutan.

"Kau minum dulu !!" Devant menyodorkan air mineral ke Viona, ia menegak minuman itu tak tersisa karena kelelahan setelah berlarian tadi.

"Sebenarnya kau ada hubungan apa dengan mereka ??" tanya Devant ragu-ragu.

"Emb...aku...!!" Viona menggantung ucapannya.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti disebuah parkiran taman, karena

dirasa sudah jauh dari tempat tadi Devant pun mengajak Viona untuk duduk ditaman itu. Karena ia tau gadis yang disampingnya butuh ketenangan. Mereka memilih duduk dikursi panjang yang jauh dari keramaian pengunjung.

"Kau boleh cerita padaku jika kau mau." Devant memulai pembicaraan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, ada hubungan apa kau dengan kedua orang tadi yang mengejarmu?? Karena aku tau mereka bukan orang baik-baik!!"

"Apa kau mengenalnya??" Viona bertanya.

"Aku pernah ada masalah dengan bossnya dan aku tidak sudi berurusan dengannya lagi." Devant menampakkan wajah yang kesal.

"Lalu kau...??"

Belum selesai Devant bertanya Viona sudah dulu menjawabnya.

"Ayahku mempunyai hutang pada pak Bram, entah sejak kapan mereka berhubungan yang pasti aku tau beberapa bulan lalu ketika restoran ayahku mengalami kebangkrutan dan pak Bram lah yang melunasi semua hutang ayahku di bank. Bukan hanya itu karena ayah belum bisa membayarnya maka akulah yang jadi taruhannya hiks hiks." Viona mulai meneteskan air matanya.

"Apa maksudmu??" Devant nampak bingung dengan perkataan Viona.

"Kalau dalam waktu dua minggu aku belum bisa melunasi hutang-hutang ayah, maka aku akan dijadikan istrinya yang ke-4, dan aku tidak mau...a aku tidak bisa melakukan ini." tangisan Viona semakin pecah membuat pria itu prihatin atas apa
yang menimpanya.

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang