18

3.5K 159 17
                                    

Happy reading...

🍁🍁🍁


"Apa ??? Kamu akan menikahi Viona ?? Tidak Adrian, mami tidak akan setuju !" Sandra terkejut ketika Adrian meminta ijin untuk menikahi Viona.

"Tapi mi, Adrian sangat mencintai Viona mi."

"Adrian dengarkan mami, diluar sana masih banyak wanita yang ingin menjadi istrimu, lalu kenapa kamu harus repot-repot menikahi wanita hamil yang jelas-jelas bukan anak kamu. Apa kata keluarga kita nanti ?"

"Terserah mami mau bilang apa, bagaimanapun juga Adrian akan tetap menikahi Viona, Adrian tidak peduli dengan keadaan Viona mi !!" Adrian tetap bersikeras dengan tekatnya untuk menikahi wanita itu.

"Kau itu putra satu-satunya anak mami Adrian, seharusnya kau berfikir bagaimana pewaris kita selanjutnya, ingat Adrian jika kau tetap menikahi Viona sampai kapanpun mami tidak akan pernah menganggap anak itu sebagai cucu mami, ingat itu !!" Adrian yang kesal dengan Sandra pergi begitu saja, ia tak peduli jika ibunya tak merestuinya, ia akan tetap menikahi Viona.

"Dasar keras kepala, ini semua pasti karena perempuan sialan itu !" Sandra hanya bisa menatap punggung putra bungsunya itu yang semakin menjauh.

🍁🍁🍁


Pagi ini Viona terbangun karena merasa perutnya sangat lapar, wanita itu belum makan dari kemarin sore. Ia teringat jika kemarin sudah mencoba untuk mengakhiri hidupnya, dan yang lebih parahnya ia tak memikirkan bayi yang sedang dikandungnya. Ia mengusap perutnya yang masih datar sambil meneteskan air matanya.

"Maafkan mama ya sayang, mama tak bermaksud menyakitimu...hiks...hiks."

Ia mengusap air matanya, Viona beranjak dari tempat tidur karena samar-samar mendengar orang yang sedang berbicara.

'Tapi siapa ? Datang ke rumahku sepagi ini ?' bathin Viona.

Segera ia membuka pintu dan menuju ruang tamu. Disana terlihat Lusiana berbincang-bincang dengan seorang pemuda dan lelaki paruh baya. Viona mengerutkan keningnya, untuk apa Adrian datang ke rumahnya bersama papanya ?

"Ma..." semua orang menoleh pada Viona.

Lusiana memanggil putrinya yang berdiri di ambang pintu penghubung ruang tamu dan ruang keluarga.
"Hai sayang kau sudah bangun, kemarilah !"

Viona mengambil duduk disebelah Lusiana. Sedangkan pandangannya kini tertuju pada dua orang laki-laki yang ada didepannya. Bahkan kini Adrian menatapnya dengan senyuman yang paling manis. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Begini Viona kedatangan kami kemari untuk melamar kamu." Aldi membuka suara.

Viona merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pria berusia setengah abad itu.
"Apa ? Melamar ?"

Lusiana memegang bahu Viona.
"Iya sayang, Adrian melamar kamu. Kamu mau kan menjadi istrinya ?"

Viona memandang Lusiana dan Adrian secara bergantian. Terlihat raut kebingungan diwajah Viona, namun Adrian yang mengerti segera membuka suara.
"Tante saya ingin bicara empat mata dengan Viona !"

"Ya silahkan !" Lusiana tersenyum.

Adrian membawa Viona pada mobilnya agar pembicaraan mereka tidak didengar oleh orang lain.
"Apa maksud semua ini Adrian ?" Viona masih enggan menatap Adrian yang duduk disebelahnya.

"Seperti yang dikatakan oleh papi tadi, aku melamarmu dan aku harap kau mau menikah denganku !"

"Apa menikah ? Tidak, aku tidak mau Adrian ?"

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang