24

4.1K 256 75
                                    

Happy reading
(Adegan 18+)
.
.
.

🍁🍁🍁


"Pak dagingnya sekilo ya !" Viona masih menunduk mengambil uang di dalam dompetnya, namun ada seseorang yang ia kenal menyapanya.

"Non Viona."

Karena merasa ada yang memanggil namanya Vionapun menoleh.
"Bi ijah !"

"Non masih mengingat saya ?" Bi Ijah menyalami Viona dengan penuh semangat.

"Yaiyalah bi, masak Viona lupa sih sama bibi ? Oh ya bibi kok bisa ada disini ?" Viona mengerutkan keningnya.

"Rumah bibi deket dari sini non, sekitar 300 meter sudah sampai."

"Oh gitu !"

"Non kok ada disini ?"

"Iya bi, kebetulan saya ingin berbelanja disini, ayo bi kita ngobrol disana !" Viona mengajak bi Ijah untuk duduk di depan penjual bubur yang ada disana.

Kini pandangan bi Ijah mengarah pada perut Viona yang mulai membuncit.
"Non Viona ha ... hamil ?" tanya bi Ijah dengan ragu-ragu.

Viona menundukkan kepalanya, tangannya mengelus perutnya yang mulai membuncit.
"Iya bi."

"Berapa bulan non ?"

"Lima bulan bi."

"Apa ini ... maksud bibi anak tuan Devant ?" Bi Ijah takut salah ngomong.

Viona memejamkan matanya, entah kenapa setiap mendengar nama itu dadanya terasa sesak.
"Bibi benar, ini anak Devant." Viona mencoba tersenyum.

Bi Ijah terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Ya ampun non sudah bibi duga, waktu itu non sering muntah-muntah setiap pagi, bibi saranin untuk periksa ke dokter non selalu saja menolak. Apa tuan Devant tahu jika non hamil anaknya ?"

Viona menggelengkan kepalanya.
"Dia tidak tahu, dan sampai kapanpun ia tidak boleh tahu. Saya mengetahui jika saya sedang hamil setelah bercerai dengannya bi."

Bi Ijah merasa bersalah, seandainya waktu itu ia berbicara seadaanya pada Devant, mungkin kejadiannya tidak akan serumit ini.
"Non, bolehkah saya bercerita sesuatu ?"

Viona mengerutkan keningnya.
"Cerita apa bi ?"

"Begini non .... "

🍁🍁🍁

Satu jam kemudian

Adrian merasa bosan di mobil sendian, sudah satu jam Viona pergi berbelanja namun belum keluar juga.

"Viona lama banget sih ?" Gumamnya sendiri.

Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi wanita itu.

Sedangkan Viona hanya bisa terkejut setelah mendengar semua cerita dari bi Ijah.
"Jadi bi Ijah yang waktu itu sudah memberi obat tidur dalam minuman saya ?"

"Ma'afkan bibi non, bibi terpaksa ngelakuin itu karena diancam sama non Alexa. Waktu itu anak bibi sedang membutuhkan banyak uang untuk biaya rumah sakit dan bibi tidak ada pilihan lain." Bi Ijah menggenggam jemari Viona yang sudah berkeringat dingin.

"Kalau bibi butuh uang, kenapa nggak bilang sama saya bi ? Saya pasti bantu bibi ?"

"Maafkan bibi non, dan yang non harus tahu satu hal jika laki-laki yang menjebak non itu adalah kekasih non Alexa !"

Viona membuka mulutnya tak percaya. "Bibi yakin ?"

"Bibi yakin non, karena setelah non diusir dari rumah bibi pernah memergoki non Alexa dengan bemesraan dengan laki-laki itu di dapur, dan karena sebab itu bibi dipecat." Wanita paruh baya itu melirik ke atas sambil mengingat-ingat kejadian itu.

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang