16

3.4K 148 0
                                    

Happy Reading

🍁🍁🍁


"Apa benar kamu sedang hamil ?" pertanyaan itu sontak menghentikan aksi Viona yang sedang memakan rotinya.

Deg

"Jawab Viona, kenapa diam saja ?" Lusiana sedikit meninggikan nadanya.

Viona menundukkan kepalanya, dengan berat hati ia harus mengatakan hal itu.
"I..iya ma, Viona hamil." Tubuh Viona gemetar, lidahnya terasa kilu untuk menjawab pertanyaan ibunya.

Pyaarrr

"Apa ... kamu hamil ?" Anthoni yang berdiri tidak jauh dari meja makan terkejut dengan apa yang dikatakan oleh putri sulungnya itu dan membuat gelas yang ada ditangannya terjatuh.

"Papa ... " ucap Viona lirih.

"Kau ... hamil tapi kau sudah bercerai Viona ?" Anthoni memegangi dadanya yang terasa sakit dan seketika jatuh ke lantai.

"Papa ? Mas ?" teriak Lusiana dan Viona bersamaan.

Viola yang melihat itu panik dan segera mencari taxi.

🍁🍁🍁

Kini Lusiana dan kedua putrinya sudah berada di Rumah Sakit Citra Medika, tempat dimana Anthoni dirawat sekarang.

Lusiana terlihat dengan raut wajah panik dan mondar mandir di depan ruang IGD.

"Ma, mama duduk dulu ya ? Ola yakin papa pasti baik-baik saja." Viola mencoba menenangkan sang ibu.

Sedangkan Viona masih terdiam di kursi paling ujung. Ia menyeka air matanya berkali-kali, namun tetap saja cairan bening kristal itu tetap lolos dari matanya yang mulai memerah karena sembab.

Ia tak habis pikir mengapa jadi seperti ini ? Mungkin jika ia tak mengatakan yang sebenarnya, Anthoni tak mungkin masuk ke Rumah Sakit seperti sekarang. Anthoni memang sedang pengidap penyakit jantung selama kurang kebih setahun terakhir sejak perusahaannya dinyatakan bangkrut dan semua aset disita oleh Bank.

Namun ia masih dapat disembuhkan dengan berobat yang rutin dan beberapa langkah medis yang harus dilakukan.

Deru langkah kaki terdengar nyaring dan semakin keras, terlihat pria tampan menghampiri Lusiana dengan raut wajah tak kalah panik juga. Setelah Adrian mendapat panggilan dari Viola, ia langsung menuju Rumah Sakit dimana Anthoni dirawat sekarang.

Adrian sudah menganggap Anthoni dan Lusiana sebagai orang tuanya sendiri. Ia menghampiri wanita paruh baya itu.
"Tante bagaimana keadaan om Anthoni ?" Adrian yang baru datang dan langsung mendapat pelukan erat dari Lusianapun terkejut, mau tak mau ia pun membalas pelukan dari wanita paruh baya itu.

"Dia belom sadar Adrian dokter sedang menanganinya didalam, maaf tante sudah mengotori bajumu."  Lusiana mengurai pelukannya.

Adrian tersenyum. "Tidak apa-apa tante."

Kini pandangan Adrian tertuju pada seorang wanita cantik yang duduk di kursi paling ujung. Entah mengapa setiap kali ia berdekatan dengan Viona, jantungnya serasa ingin meloncat dari tempatnya.

Perlahan ia menuju kursi dimana Viona berada, bahkan wanita itu tak menyadari jika ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Vi ...." Sapa Adrian pada wanita yang ada didepannya.

Sejurus kemudian Viona menoleh pada sumber suara yang telah memanggil namanya.
"Adrian." Viona mengusap air mata yang telah membasahi pipinya.

"A..apa yang kamu la..lakukan disini ?" suara serak Viona karena menangis membuat Adrian tak tega dengan wanita yang ada didepannya.

Wajah cantik itu berubah menjadi memerah dan pucat, serta bekas air mata serta ingus terlihat disana.

Adrian tersenyum lalu ia merogoh saku kemejanya untuk mengambil sesuatu.
"Sudah jangan menangis lagi, kau tahu kalau kau menangis kau semakin jelek !!" Adrian mengusap wajah Viona dengan sapu tangan miliknya.

Viona menoleh. "Kau mengejekku Adrian ?" Wanita itu mencebikkan bibirnya dan itu tentu saja membuat Adrian semakin gemas.

"Tidak, aku tidak mengejekmu. Aku hanya bicara sesuai dengan kenyataan yang ada saja hehehe !" Adrian terkekeh sontak itu semakin membuat Viona kesal, berani-berani pria itu mengejeknya dalam sisuasi seperti ini.

Viona yang reflek memukuli ringan dada Adrian. "Kau menyebalkan Adrian, kau selalu menyebalkan, aku benci padamu !" Adrian memegang kedua tangan Viona.

Deg

Seketika seperti ada sengatan listrik yang menjalar ditubuh Viona. Tatapan keduanya beradu, wajah Adrian semakin dekat dan hanya berjarak beberapa centi saja. Tatapan  sayup itu menandakan akan sesuatu yang terpendam. Namun tiba-tiba sebuah suara menyadarkan keduanya.

"Kak !"

Adrian menjauhkan wajahnya dari Viona, begitupun juga Viona ia memalingkan wajahnya yang sudah memerah karena malu. Detak jantung keduanya masih saling bersahutan. Viola sudah berdiri disana dengan membawa bungkusan makanan.

"Kak makanlah ! Kau belum makan dari tadi siang !" Viola menyodorkan bungkusan kresek itu lalu pergi meninggalkan dua anak manusia yang masih saling terdiam.

'Sial kenapa bocah itu ada disini ? Padahal sedikit lagi aku akan mencium Viona' Batin Adrian dalam hati.

'Untung ada Viola kesini, kalau tidak mungkin Adrian sudah berbuat macam-macam padaku, dasar lelaki sekali mesum tetaplah mesum' Batin Viona dalam hati.

Kini suasana canggung terjadi diantara mereka, sampai Adrian yang memulai membuka suara.

"Maafkan aku Viona, aku tidak sengaja !"

"I..iya"

Keduanya kembali terdiam, namun Adrian segera mencairkan suasana dengan membuka bungkusan nasi yang dibawa oleh Viola.

"Vi ... kamu makan dulu ya ?"

"Aku nggak lapar Adrian."

"Nanti kamu sakit, ayolah ?" bujuknya.

Setelah menimang-nimang ternyata perkataan Adrian benar adanya, ia harus makan agar tidak jatuh sakit apalagi ada janin yang butuh asupan gizi dari ibunya. Dengan terpaksa Viona menerima suapan demi suapan dari tangan Adrian. Sedangkan pria itu tersenyum, ia merasa telah memenangkan hati wanitanya lagi.

🍁🍁🍁

Update pendek yaaa...tapi sering

Jangan lupa voment ya, biar Vhe makin rajin nulisnya...apa susahnya sih menghargai karya tulis orang lain ?

Kalian setuju gk sih jika Viona sama Adrian ??

Yuk nantikan next part...apa yg akan terjadi !

Update : 03 February 2019
Mojokerto

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang