26

4.1K 233 105
                                    

Happy reading
.
.
.


Dua minggu sudah berlalu, hubungan Adrian dan Viona  kembali membaik seperti semula. Adrian meminta ma'af pada Viona, dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Viona juga sudah mema'afkan Adrian, ia tak ingin berlama-lama mendiamkan teman remajanya itu.

Hari sudah larut malam, Viona terbangun karena merasa lapar. Ia melihat jam weker di atas nakas menunjukkan pukul satu dini hari, ia merasa ingin memakan nasi goreng yang ada di depan komplek. Apakah jamsegini masih ada orang berjualan ? Pikirnya dalam hati. Memang sejak kehamilannya yang menginjak usia tujuh bulan, ia sering mengalami ngidam yang aneh, seperti kemarin lusa. Tiba-tiba ia menginginkan buah mangga yang dipetik langsung dari pohonnya. Dengan susah payah Adrian mencari pohon mangga itu dan memetiknya untuk Viona, namun setelah sudah mendapatkan buah itu dan menyerahkannya pada Viona, justru Viona sudah tak ingin memakannya lagi. Meskipun begitu Adrian tak pernah marah menghadapi sikap istrinya yang labil itu. Apapun yang Viona inginkan, ia berusaha untuk menurutinya.

Kembali kesekarang, Viona memutuskan untuk pergi sendiri tanpa membangunkan Adrian. Ia tak tega melihat Adrian yang sudah kelelahan seharian bekerja. Memakai jaket dan keluar kamar dengan pelan-pelan. Setelah berhasil keluar rumah, Viona berjalan menyusuri jalanan komplek yang mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja. Setelah melewati pagar komplek, Viona clingak-clinguk mencari pedagang nasi goreng di gerobak langganannya yang berjualan di tepi jalan. Senyum merekah setelah menemukan sesuatu apa yang ia cari.

Ia menghampiri penjual nasi goreng dan memesannya.
"Pak nasi gorengnya dibungkus dua ya !" Viona mengambil duduk di belakang gerobak nasi goreng itu.

"Eh iya non."

🍁🍁🍁


Adrian dengan mata tertutup meraba tempat tidur di sebelahnya kosong. Ia membuka mata pelan mendapati istrinya tak ada di sampingnya. Adrian melihat jam weker di atas nakas pukul satu lebih dua puluh dini hari, ia berjalan ke kamar mandi ternyata istrinya tidak ada disana.

Ia memeriksa kamar mandi namun Viona tak ada disana. Segera Adrian keluar kamar melesuri lantai satu yang gelap karena semua penghuni rumah masih tertidur. Ia berjalan ke dapur, tetapi dapur juga sepi. Adrian memijat pelipisnya yang tidak pusing, ia bingung kemana istrinya itu pergi dan ini masih dini hari.

Ia berjalan ke pintu utama dan ternyata pintu itu tidak terkunci. Adrian beranggapan mungkin Viona keluar karena ingin membeli sesuatu. Ia tahu betul sejak kandungan wanita itu menginjak usia tujuh bulan, keinginannya selalu aneh-aneh tidak seperti diawal kehamilan yang tak pernah merasa nyidam sedikitpun.

Pria dua puluh lima tahun itu berjalan menyusuri jalanan komplek yang sepi, hanya ada orang yang berjaga untuk ronda. Setelah melewati pos penjagaan ia memilih berbelok ke kanan, entah kenapa firasatnya berkata jika istrinya ada disana dan seperti dugaannya wanita itu sedang duduk dikursi kayu yang ada dibelakang gerobak penjual nasi goreng itu.

🍁🍁🍁


"Ini non nasi gorengnya sudah selesai!" Penjual nasi goreng itu menyerahkan bungkusan pada Viona.

"Eh iya pak." Viona masih menunduk mengambil uang di saku jaketnya, namun ada seseorang yang membayarnya.

"Biar saya yang membayarnya!" Pria itu mengeluarkan selembar uang seratus ribu pada penjual nasi goreng itu.

Viona merasa terkejut ketika Adrian sudah berdiri disana. Setelah menyelesaikan pembayaran Adrian mengajak Viona segera pulang.

Sesampainya di rumah Adrian segera menuju dapur dan menyiapkan nasi goreng itu pada piring, Viona yang memperhatikan itu hanya diam saja.
"Ayo makanlah ! Keburu dingin lho entar !"

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang