19

3.6K 148 9
                                    

Happy reading....

🍁🍁🍁


Di rumah mewah berlantai dua, seorang wanita paruh baya tersenyum puas saat melihat beberapa bingkai foto berukuran besar yang baru terpajang rapi di dinding rumah bercat serba putih itu. Yah foto pernikahan antara Devant dan Alexa yang baru dilaksanakan seminggu silam. Pria yang ada didalam foto itu terlihat biasa saja dengan raut wajah masam dan senyuman yang dipaksakan. Berbeda dengan sang wanita yang terlihat sangat bahagia dengan mesra ia mengaitkan lengannya pada sang pria.

Hera sangat kagum melihat foto itu sampai ia tak menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya.
"Mom..."

Hera membalikkan badannya ia melihat Devant sudah rapi dengan stelan jas dan kemejanya. Disusul Alexa yang baru turun dari kamar.

"Kalian sudah siap untuk berangkat honeymoon ?"

"Ya mom kami sudah siap, iya kan sayang ?" Alexa mengaitkan lengannya pada Devant yang kini menjadi suaminya.

"Hmmm." jawab Devant setengah malas.

"Kalau begitu hati-hati ya sayang, mom tunggu kabar baik dari kalian, semoga sepulang kalian dari Eropa Alexa segera mengandung." Hera memandang penuh harap pada putra tunggalnya itu.

Alexa tersenyum simpul.
"Tentu saja mom, aku akan segera memberi kabar bahagia itu." Alexa mencium pipi kanan dan kiri mertuanya.

Kemudian mereka segera memasuki mobil untuk menuju Bandara International Soekarno Hatta.

Setelah berselang 45 menit, mobil yang Devant tumpangi telah sampai di Bandara. Sang supir membukakan pintu dan membantu mengeluarkan dua koper besar. Setelah itu sang supirpun pergi. Sambil membawa koper ditangan kirinya, tangan kanan Alexa bergelayut manja pada lengan kekar milik suaminya. Sebenarnya Devant sangat risih dengan perlakuan manja Alexa pada dirinya, bagaimanapun juga ia masih mengingat Viona yang kini menjadi mantan istrinya. Sudah hampir satu bulan ia tak bertemu dengan wanita itu, bahkan ia juga tak pernah menelfon atau sekedar mengirim pesan. Ingatannya masih terlintas tentang bayang-bayang Viona saat tidur bersama pria lain, ingin ia menepis jika semua itu hanya kesalah fahaman, namun kesadaran serta egonya yang terlalu tinggi membuat ia enggan untuk berfikir lebih jauh lagi.

"Sayang ayo sebentar lagi pesawat yang kita tumpangi akan take off !"

"Eh..iya Viona." Devant berdiri dan mengambil koper yang ada disampingnya.

"Devant ?" Alexa geram pasalnya suaminya masih saja menyebut nama Viona.

Bahkan setiap bangun tidurpun, selalu nama Viona yang disebut.

"Apa ?" Devant menoleh pada Alexa yang masih tetap berdiri dari tempat duduk semula.

"Kau tadi menyebutku dengan sebutan Viona, aku Alexa Devant, bukan wanita kampung itu !" Alexa berdacak pinggang.

Devant menoleh. "Aku hanya tidak sengaja, dan jangan dibesar-besarkan. Ayo kau mau ikut apa tetap disini ?"

Alexa segera menyeret kopernya dan menyusul langkah Devant yang semakin menjauh.

'Sial ! Kalau bukan karena papa nggak mungkin  aku mau ngelakuin hal bodoh ini' Bathin Alexa.

🍁🍁🍁


Diwaktu yang sama ditempat yang berbeda, Viona dengan Dara menata semua obat-obatan yang baru datang pada tempatnya masing-masing. Awalnya Dara menolak Viona untuk bekerja lagi, namun karena sifat pemaksa Viona yang sulit untuk diluluhkan akhirnya Dara mengijinkan dengan cacatan ia tak boleh terlalu capek.

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang