17

3.5K 168 10
                                    

Happy reading

🍁🍁🍁

Kini dokter yang menangani Anthoni keluar dari ruang IGD, Lusiana yang mengetahui langsung menghampiri pria tua berjas putih itu.

"Bagaimana Dok keadaan suami saya ?" Lusiana berharap yang terbaik untuk suaminya.

Dokter itu menghembuskan nafas kasar.
"Maaf bu dengan berat hati saya mengatakan ini, nyawa suami anda tidak dapat tertolong !"

"Apa ? Dokter pasti bohongkan ?" Lusiana menerobos masuk pintu kaca itu dan melihat tubuh suaminya yang sudah tak berdaya.

Lusiana mengguncang tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa itu dengan tangisan yang tak bisa dibendung lagi.
"Mas, mas kenapa tinggalkan aku ? Mas pasti bisa sembuh, aku yakin itu !" Viola memeluk tubuh sang ibu dengan air mata tak kalah derasnya.

Sedangkan Viona masih tak percaya jika ayahnya meninggal dunia. Ia membekap mulutnya dengan kedua jemari tangannya yang indah. Tak ada suara yang terdengar hanya cairan kristal putih yang terus mengalir semakin deras.

Adrian memeluk erat tubuh wanita itu dan mengusap kepalanya pelan. Namun seketika Viona kehilangan kesadarannya. Adrian dengan sigap membopong tubuh mungil itu pada brangkar yang ada disana dan memanggil suster untuk segera menangani Viona.

Adrian segera menghubungi salah satu orang kepercayaanya untuk mengatur pemakaman Anthoni.

🍁🍁🍁

Disebuah rumah mewah berlantai dua seorang wanita paruh baya sedang duduk di balkon rumahnya bersama putra semata wayangnya, menikmati udara sore di Jakarta.

"Devant, apa kau tidak ingin menikah lagi ?" Hera menaruh secangkir teh yang ada ditangannya.

Devant yang sedang sibuk dengan laptop didepannya, ia tak bergeming sama sekali.
"Kau tahu, mom sudah ingin memiliki cucu darimu. Apalagi semua teman arisan mom selalu saja membicarakan cucu mereka, dan itu membuat mom semakin muak."

"Lalu sekarang apa yang mom inginkan ?" Devant sudah tak tahan dengan sifat crewet ibunya.

"Mom ingin menikahlah dengan  Alexa, mom yakin ia bisa memberikan pewaris bagi keluarga kita tidak seperti wanita kampung itu !"

"Mom stop ! Jangan pernah membahas dia lagi, oke terserah mom mau apa aku sudah capek !" Devant meninggalkan Hera begitu saja.

🍁🍁🍁

Seminggu telah berlalu sejak kematian Anthoni, Viona lebih banyak berdiam diri dan murung di dalam kamarnya. Tak jarang ia juga tidak mau makan, bahkan kini tubuhnya sangat pucat. Lusiana merasa khawatir dengan keadaan putri sulungnya itu, apalagi Viona sedang mengandung.

"Ola kemana kakakmu itu jam segini belum pulang juga, di luar hujan sangat deras, mama takut terjadi sesuatu dengannya ." Lusiana mondar mandir di depan pintu ruang tamu yang tertutup sesekali melihat ke arah jendela berharap Viona segera pulang.

"Entahlah ma, aku sudah menghubunginya berkali-kali, namun sepertinya ponselnya tidak aktif."

Ya Viona pergi dari pukul 6 sore ia berpamitan hanya pergi jalan-jalan untuk mencari udara segar, namun sudah dua jam lamanya ia belum kembali juga bahkan hari semakin malam serta hujan lebat disertai petir yang menyambar membuat Lusiana semakin khawatir.

"Coba kau hubungi Adrian, bilang padanya jika mama yang menyuruhnya untuk mencari kakakmu !"

"Iya ma "

Maaf, dia bukan anakmu !! (new)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang