4. First Interview

49 5 0
                                    





First Interview





- BACK TO YOU -

(Alkena Elsa Andjana Demira)

- BACK TO YOU -

- BACK TO YOU -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- BACK TO YOU -


Kini aku berada di ruang tunggu calon karyawan GRACELINE CORP. Hari ini adalah hari dimana interview itu berlangsung. Aku melihat para calon sudah berlalu lalang keluar masuk secara bergilir sesuai nomor urut mereka. Kebetulan aku mendapat nomor urut ke-207 dan sekarang baru nomor urut ke-204 itu artinya sebentar lagi giliran ku.

Beberapa hari lalu Papa sudah kembali ke Bandung. Beliau bilang ada pasien yang harus dioperasi. Jadi Papa harus pulang. Mas Syahriel juga sudah kembali bekerja seperti biasa.

"Nomor urut dua ratus tujuh. Atas nama ananda Alkena Elsa Andjana Demira"

Kini giliran ku. Saat pengeras suara itu memanggil namaku. Aku langsung beranjak bangun dari kursi dan berjalan menuju ruangan yang bertuliskan 'HRD OFFICE'. Langsung ku ketuk pintunya sampai seseorang dari dalam mengatakan "Masuk".

"Selamat pagi" sapa ku. Aku melihat seorang laki-laki mengenakan jas hitam. Berdiri membelakangi ku sambil membaca sebuah berkas.

"Pagi" balasnya sambil berbalik. Tubuhnya kini berhadap kearah ku.
Mendadak jantung ku berhenti berdetak kala melihatnya. Tubuh ku menjadi tegang.

"Ghean?" Panggil ku terkejut.

"Ken?" Panggilnya sama terkejutnya.
Kenapa dari sekian banyak orang yang ada dimuka bumi ini. Harus dia. Kenapa harus ketemu dia? Kenapa dia?.

Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak percaya. Bahkan sempat ia tertawa sumbang.

"Bagaimana bisa?" Tanyanya tak percaya "Dunia sempit banget ya? Sampai kita bertemu kembali. Aku pikir yang memiliki nama Alkena Elsa itu banyak---"

"Dan aku pikir nama Ghean yang dimaksud sama ibu tadi itu bukan kamu" potongku.

"Tapi nyatanya?" Tanyanya. Seolah ia sedang menantang ku.

Sumpah ya, ko bisa gitu harus dia menjadi HRD disini. Memangnya dari sekian banyak orang yang memilih menjadi HRD harus banget dia ya yang bekerja disini?.

Dia tertawa kecil "Aku masih enggak percaya. Enggak habis pikir aja gitu kita bisa bertemu kembali Ken. Sekarang kita dipertemukan kembali kalau itu bukan jodoh namanya apa?" Tanyanya.

Sumpah ini orang pe-de banget. Siapa juga yang mau jadi jodoh dia!
Tanpa berpikir panjang aku langsung melangkahkan kaki menuju pintu yang tadi aku masuki. Tapi alih-alih aku merasa tangan ku dicekal hingga membuat langkah ku terhenti.

"Tunggu Ken. Kamu mau kemana?" Tanyanya.

Aku hanya diam. Hati ku rasanya remuk sekarang. Seolah benteng pertahanan yang selama ini aku buat bisa runtuh seketika tak kuat untuk menopang lagi.

"Bukannya kamu akan interview? Apa kamu berubah pikiran saat tau aku yang akan mewawancarai kamu?" Tanyanya lagi. Aku menarik tangan ku kasar. Aku memilih untuk kembali berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan laki-laki itu.

Ghean hanya dapat memandang ku yang berjalan semakin mendekat kearah pintu.

"Ken..." Panggilnya lagi.

Langkah ku berhenti. Tetapi aku tidak membalikan badan ku aku tak kuat jika harus melihatnya lagi.

"Kenapa? Kenapa Ge? Kenapa kamu malah panggil aku? Kenapa berkas itu kamu loloskan saat kamu tau kalau itu aku!" Dengan sekuat tenaga aku menguatkan hati dan membalikan tubuh ku menghadap kearahnya yang tengah memandang ku. Kini pandangan kami saling beradu.

"Bukannya ini yang kamu mau? Bukannya ini cita-cita kamu dari dulu?" Tanyanya. Aku hanya tertawa sumbang saat dia berkata begitu.

"Tau apa kamu tentang cita-cita aku?"

Ah God, jangan sekarang. Jangan air mata ini. Enggak jangan nangis.

"Aku cuma mau mewujudkan cita-cita kamu"

"Buat apa? Buat kamu tunjukin kalau kamu bisa dapat cita-cita kamu iya?! Buat aku seakan enggak berdaya? Buat aku jadi orang paling enggak mampu? Mau buat aku harus balas budi sama kamu karena diterima kerja disini?"

Rasanya mataku mulai panas. Air sudah berkumpul dibola mata ku.

"Enggak! Enggak ada pikiran aku untuk itu non" sergahnya. "Aku pikir. Aku sudah gila saat aku lihat nama kamu ada didaftar rekruitmen. Dan ada berkas kamu. Aku takut aku cuma halusinasi. Saat sekian lama kita enggak pernah bertemu. Dan sekarang aku lihat kamu. Ini beneran kamu kan Alkena Elsa Andjana Demira? Nunanon aku" jelasnya.

Aku bisa melihat air matanya jatuh. Bibirnya bergetar. Apa sekarang aku juga ikut menangis?

"Sudah cukup Ge. Cukup. Yang kemarin kamu buat aku berasa kayak orang paling enggak berdaya. Saat setiap kali kamu bercerita tentang mimpi kamu"

Air mata ku tumpah. Aku tak bisa menahan lagi hati ku perih setiap kali harus mengingat kejadian itu.

"Terus apa aku harus ikut kaya kamu juga? Saat aku punya mimpi dan itu lebih penting!"

Perkataan itu jelas buat hati ku hancur. Wajahku sudah basah dengan air mata ku sendiri. Dari dulu dia selalu angkuh dan ambisi tinggi.

"Apa kamu bilang?" Tanyaku. Menggeleng tak percaya "Dari dulu kamu enggak pernah berubah. Terima kasih aku pergi" aku langsung berlari pergi dari sana hati ku sakit.

Aku tak peduli dengan dia yang memanggil nama ku dari dalam. Aku terus berjalan keluar kantor sambil menyeka air mataku ucapannya itu seperti sebuah duri bagiku.

Jangan tanya dia siapa. Karena aku enggak mau menceritakan atau memperkenalkan dia sekarang. Aku benci saat aku menceritakan dia sebab itu artinya aku harus mengingat kejadian tentangnya. Aku langsung menyetop taksi dan pergi dari sana. Yang terlintas dikepala ku sekarang adalah kantor penerbit Mas Syahriel.

- BACK TO YOU -

BERSAMBUNG.

Bagaimana untuk part ini?

Jangan lupa vote dan commentnya kawan❣

Terima kasih, sudah membaca cerita ini.

Sampai ketemu di part berikutnya 🙏

BACK TO YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang