11. Undangan

20 1 0
                                    





Undangan





- BACK TO YOU -

(Harry Linggar)

- BACK TO YOU -

Beberapa menit yang lalu gue sudah menunggu gadis itu datang. Sesuai dengan jam dan tempat yang sudah kami tentukan sebelumnya.

Entah rasanya ada yang berbeda dari hati ini. Ko rasanya deg-degan tapi deg-degan ini berbeda bukan seperti ingin bertemu dengan client besar. Gue mengajaknya bertemu bukan hanya ingin mengajaknya bicara sekaligus ingin meyakinkan soal perasaan gue apakah rasa yang timbul dihati ini benar atau hanya perasaan sementara seperti yang Ghean bicarakan.

Tak lama kemudian dia datang berjalan menghampiri meja gue. Dengan balutan pakaian yang masih sama saat gue melihat dia tadi siang di kantor. Gue yakin kalau gadis itu belum pulang ke rumahnya.

"Maaf membuat kamu menunggu," katanya dengan wajah bersalah. Gue membalasnya dengan tersenyum sambil memintanya untuk duduk dan dia mengangguk saja menuruti.

"Enggak masalah. Ah ya, langsung saja ada yang perlu saya bicarakan."

"Tentang pekerjaan Kena?" tanyanya sopan. Gue tersenyum melihat sikapnya yang selalu menyenangkan dan terlihat seperti orang yang memiliki semangat yang tinggi jika sudah membicarakan soal pekerjaan.

"Iya. Tapi sebelum itu saya ingin memberikan kamu ini," jawab gue sambil menyodorkan sebuah undangan. Gadis itu menatapnya heran sambil mengambil undangan itu.

"Itu undangan acara peresmian saya sebagai CEO perusahaan," jelas gue. Dia mengangguk paham.

"Sebelumnya mohon maaf Ary acaranya khusus buat karyawan perusahaan atau untuk umum?" tanyanya hati-hati.

Gue tersenyum. "Acara ini hanya untuk karyawan dan beberapa tamu undangan saja," jawab gue. Dia tersenyum. Senyumnya begitu manis dan membawa keteduhan. Membuat detak jantung gue berpacu dua kali lebih cepat.

Apa perasaan ini bisa meyakinkan perasaan yang ada di hati gue?

"Ah ya nama panggilan untuk saya tadi. Mengingatkan saya dengan sahabat saya. Sekilas kalian itu terlihat mirip. Kalau kalian satu gender mungkin saya bisa kira kalian kembar," kata gue. Jelas panggilan Ary itu mengingatkan pada seorang yang belakangan ini menjadi karib gue sejak kuliah S2.

"Maksud Ary?" tanyanya heran.

"Saat kamu panggil saya dengan panggilan Ary. Saya teringat karib saya, Ghean. Kamu pasti sudah kenal diakan? HRD kita."

Matanya membulat saat gue menjelaskan tentang Ghean. Aura mukanya berubah. Apa ada yang salah? Tapi gue berusaha untuk tidak terlalu memikirkan, dan bersikap biasa saja. Mungkin dia hanya kaget saja.

"Dia memanggil saya dengan panggilan Ary. Hanya dia yang memanggil saya dengan panggilan itu. Dan saya kaget waktu kamu juga memanggil saya dengan panggilan itu," jelas gue lagi.

Dia terdiam sebentar lalu berujar, "kenapa? Kena nggak boleh panggil kamu dengan sebutan Ary?" tanyanya dengan hati-hati.

Gue menggeleng, "nggak. Kamu boleh panggil saya dengan panggilan Ary. Nggak ada peraturannya orang panggil saya apa. Bebas," jawab gue tersenyum kearahnya.

"Ary sudah kenal lama dengan Pak Ghean?" tanyanya.

"Lumayan hampir lima tahun. Kami berteman sejak kuliah S2 di London hingga sekarang," jawab gue.

Dia menatap tak percaya, "oh ya?"

Gue mengangguk mantap. "Iya. Apa sebelumnya kamu kenal dia juga?" tanya gue penasaran. Pasalnya dia bersikap seperti menyembunyikan sesuatu tapi entah apa.

Dia menggeleng lemah.

Gue hanya mengangguk mengerti dan memilih diam tak ingin membahas lagi.

"Oh ya, besok pagi kamu langsung ke ruangan saya. Nggak perlu ikut training lagi."

"Lho kenapa?" tanyanya terkejut, "apa ada kesalahan saat Kena training?" tanyanya lagi.

"Nggak. Kerja kamu bagus," jawab gue, "besok saya ingin kamu ikut meeting dengan saya," tambah gue.

Dia mengangguk-anggukan kepalanya, "lalu tugas Kena harus ngapain?" tanyanya sambil meminum minumannya.

"Kamu hanya perlu mencatat bagian penting dari topik yang akan kita bicarakan. Besok sebelum meeting saya akan jelaskan lebih detailnya. Kamu bisa?"

"Bisa," ucapnya mengangguk mantap.

Gue tersenyum manis. Gue tau kalau dia pasti orang yang berkompeten dan tidak mengecewakan. Memang tidak salah Ghean menerimanya sebagai karyawan. Ngomong-ngomong soal Ghean. Gue merasa aneh saat melihat wajah Alkena yang langsung berubah saat berbicara soal Ghean. Ada apa ya? Apa mereka sempat mengenal sebelumnya? Aneh rasanya jika mereka tak saling mengenal tapi aura wajah Alkena berubah.

Saat sudah tak ada lagi yang dibicarakan dia berpamitan untuk pulang. Saat gue menawarinya untuk pulang bersama dia menolak katanya dia sudah dijemput. Gue tak ingin memaksa. Gue melihatnya pergi dengan mobil yang sudah menunggu di pintu masuk. Gue menatap mobil itu berlalu pergi menjauh dari area rumah makan.

Dan soal perasaan gue terhadapnya. Gue putuskan kalau hati gue merasa yakin. Gue merasa kalau perasaan yang gue miliki ini tidak salah. Perasaan ini justru semakin kuat. Entah kalian akan menganggap gue ini apa. Mau menganggap gue terlalu cepat mengartikan sebuah perasaan juga, terserah. Bebas. Yang jelas hati gue selalu yakin setelah menatapnya.

- BACK TO YOU -

Bersambung.

Alhamdulillah, happy meet up! ❤

Akhirnya bisa bertemu kembali 💓

Terima kasih, masih setia menanti cerita ini update. Doain semoga semakin cepat update juga hahaha

Dan, sampai jumpa lagi💙

Jangan lupa untuk vote, Comment, Dan rekomendasikan cerita ini keteman mu 💓

Terima kasih sobat🙏

BACK TO YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang