9. Potongan Puzzle

24 1 0
                                    





Potongan Puzzle





- BACK TO YOU -

(Ghean Afifadnan)

- BACK TO YOU -

"Pilihan Lo bagus. Enggak ada yang mengecewakan. Enggak salah gue percaya sama Lo untuk menyeleksi karyawan baru."

Gue tersenyum lega saat Harry berkata begitu. "Alhamdulillah. Gue lega dengarnya. Kalau soal pekerjaan gue berusaha profesional dan melakukan yang terbaik."

Ini termasuk hal yang bagus buat gue karena berarti usaha gue selama bekerja ini tidak sia-sia. Membuahkan hasil yang baik.

Dia menepuk pundak gue dua kali, "Iya gue percaya sama Lo. Gue selalu suka cara kerja Lo. Apalagi soal Lo memilih karyawan kaya yang terakhir. Dia kelihatan antusias banget soal kerjaan saat dia bercerita tadi," katanya lagi.

Gue tersenyum. Gue melihat wajah bahagia yang dipancarkan Alkena tadi. Gue enggak akan memalingkan wajah gue dari pandangannya. Menurut gue itu suatu hal yang tidak boleh terlewatkan mengingat telah begitu banyak waktu yang gue lalui tanpa dia.

"Gue suka dia," kata Harry lagi. Sumpah gue kaget waktu dia bilang gitu. Apa dia bilang suka? Tapi suka dalam bentuk apa dulu. Karena kata suka itu bisa berarti luas.

"Maksud Lo?" tanya gue terkejut.

"Gue enggak ada maksud apa-apa. Cuma gue suka aja cara dia bicara kayanya dia orang yang asik untuk dijadikan teman diskusi," jawabnya.

Gue terdiam. Gue jadi teringat tentang masa kita masih bersama. Sejak dulu sampai sekarang gadis itu tidak ada yang berubah. Mungkin sekarang dia jauh menjadi gadis yang lebih tegar dan kuat.

"Kalau gue punya niat untuk mengajak dia ta'aruf menurut Lo gimana?" tanyanya dengan ekspresi muka yang begitu polos tapi membawakannya mulai serius.

WHAT?! Apa yang dia katakan? Mengajak Alkena ta'aruf? Ini bercanda kan? Enggak benar-benarkan?

Gue menggeleng menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "Lo sakit ya? Lo aja baru ketemu dia tadi. Sudah punya niatan ngajak dia ta'aruf. Jangan bercanda deh. Gue kenal Lo lama Ry," balas gue.

Gue benar-benar tak habis pikir bagaimana mungkin Harry punya niatan secepat itu untuk mengajak Alkena ta'aruf. Ya memang niatan yang baik. Tak salah juga. Tapi apa ia tidak berpikir kedepannya? Gue memang mengenal Harry lama. Sejak gue memutuskan kuliah S2 di London. Yang kebetulan kita satu kampus dan satu jurusan. Jadi gue cukup pahamlah dia itu seperti apa. Memangnya Harry seperti apa?

Dia memang lelaki baik-baik dan bertanggung jawab yang gue tau. Dia selalu menjaga keyakinan hatinya, dia salah satu orang yang tertutup tentang kehidupannya. Pembawaan jiwa yang tenang membuat dia banyak menjadi incaran anak-anak kampus. Bahkan ada yang jelas-jelas memintanya menjadi boy friend. Tetapi dia selalu menolak dengan halus. Tak ada perempuan yang berhasil menarik perhatiannya.

Gue juga sempat berpikir apa Harry ini tidak normal? Tapi Harry bilang kalau dia tidak merasa klop. Ibarat dia belum menemukan sebagian puzzle yang hilang.

"Lho memangnya kenapa? Ada yang salah? Gue merasa klop sama dia. Gue merasa sudah menemukan bagian puzzle yang hilang. Dan dia adalah bagian puzzle yang hilang itu," ucapnya begitu yakin.

Gue tertawa hambar, "Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Lo seyakin ini? Lo itu baru ketemu dia aja tadi Ry. Gue rasa kalau rasa yang Lo miliki kedia itu cuma sementara karena Lo cuma merasa kagum kedia. Gue yakin beberapa hari rasa itu akan hilang," bantah gue.

"Yang merasakan itu gue Ghean dan---"

"Ya tapi Lo belum kenal siapa dia," potong gue.

"Memangnya Lo sudah kenal siapa dia? Memang Lo tau dia kaya apa? Bukannya itu fungsi dari ta'aruf supaya kita bisa saling kenal."

Gue diam. Gue enggak mungkin cerita kalau Alkena adalah orang masalalu gue. Bahwa kita sudah saling mengenal sejak lama. Gue memang tidak pernah membagi cerita apapun tentang hubungan gue dan Alkena. Gue memang memilih untuk tidak menceritakannya kepada Harry.

Dia menghembuskan nafasnya kasar, "Gini ya Ge. Gue ngajak dia ta'aruf itu supaya gue bisa saling kenal antara satu sama lain. Kalau bisa gue langsung saja mengkhitbahkan dia," katanya lagi.

"Ya ta'aruf, khitbah itu bukan hal main-main. Ini menyangkut masa depan. Hidup dan mati bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh," segah gue.

"Iya gue paham soal itu. Makanya gue minta pendapat Lo Ge. Lo percaya enggak sama cinta pandangan pertama?" tanyanya. Gue terdiam.

"Kalau gue percaya. Gue sudah merasa ada yang aneh sama perasaan gue. Saat gue lihat dia training tadi pagi. Ya, kaya yang tadi gue bilang dia itu bagai bagian puzzle yang hilang. Bagian yang selama ini gue cari. Lo kan tau selama ini gue enggak pernah bilang suka sama perempuan secara gamblang sama Lo. Dari zaman kita kuliah sampai saat ini. Setiap gue melihat dia batin gue selalu mengatakan 'Ya dia orang yang selama ini gue cari. Dia bagian puzzle yang hilang itu'," lanjutnya lagi.

"Kenapa Lo bisa seyakin itu sih?" tanya gue. Gue masih tidak paham jalan pikirannya. Aneh. Dia belum kenal betul Alkena seperti apa, "Bisa ajakan kalau perasaan Lo salah. Banyak ko diluar sana yang salah mengartikan perasaan. Rasa Lo itu terbilang baru Ry," kata gue lagi.

Apa gue bilang seperti ini pada Harry karena gue tidak rela? Ya jelas gue tidak rela. Jujur gue benar-benar tak rela. Sebab rasa yang gue punya masih untuk Alkena. Dari dulu hingga sekarang rasa itu tetap untuk dia. Rasanya sakit dihati kalau Harry benar-benar dengan Alkena. Ya, gue gagal move on!

"Iya gue tau. Memang buat perasaan gue yakin itu berapa lama? Enggak ada yang bisa menentukan. Gue enggak pernah merasa seyakin ini soal perasaan terhadap seseorang sebelumnya Ge. Rasa itu kadang-kadang tidak bisa diatur pakai logika atau dipikir oleh otak. Semua itu berjalan secepat rasa itu merambat, menjalar pada hati," balasnya.

Gue menggelengkan kepala tak percaya, "Lo yakin?"

"Gue akan sholat istikharah," jawabnya sambil tersenyum tipis. "Kalau jodoh enggak ada yang taukan?" katanya lagi.

Gue hanya mengangguk pelan. Rasanya hati gue makin remuk. Gue tak sanggup menjabarkan rasanya seperti apa. Jelas ini sangat menyakitkan. Gue masih tidak menyangka kalau sahabat gue suka sama mantan gue. Seharusnya gue bisa mengendalikan diri kalaupun Alkena berjodoh dengan Harry harusnya gue merasa senang sebab dia pun pantas untuk bahagia. Apalagi Harry adalah orang yang baik-baik yang pasti bisa menjaga Alkena. Tapi tetap saja rasa tak rela itu selalu ada. Mungkin gue harus belajar ikhlas walau kenyataannya memang tak mudah.

- BACK TO YOU -

Bersambung.

---

Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi 😂 ketemu kalian lagi.

Apakabs guys? Bagaimana puasanya?
Sebentar lagi sudah menuju hari kemenangan, mudik kemana?

Hmm, Mohon maaf ya guys karena lama update dikarenakan ada beberapa hal yang ga bisa saya tinggal 🙏

Dan terima kasih untuk kalian semua sobat baca yang masih stay menunggu cerita ini update! Lov buat kalian ❤

Kalau begitu, sampai ketemu di part selanjutnya.

Jangan lupa vote, Comment Dan rekomendasikan cerita ini keteman mu 😊

Regard,
Allusy.A

BACK TO YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang