DUA

31 2 0
                                    

Siang itu, kota Jakarta terasa sangat panas. Asap motor dan gedung-gedung kaca yang tinggi adalah penyebab utamanya. Belum lagi, minimnya tanaman dipinggir jalan membuat keadaan semakin memburuk.

Hari ini vero pindah kerumah barunya di jakarta. Rumah yang cukup mewah untuk tiga orang.

Jika saja orang tuanya tidak pindah tugas ke rumas sakit milik ayahnya, sudah bisa dipastikan, gadis itu enggan meninggalkan kota tempat yang beberapa tahun ditinggalinya. Bandung. Tentu saja dia juga merindukan kota bang ucok nya, medan lae.

Vero tidak terpengaruh bahasa asal kota yang baru di tempatinya itu, menurutnya menggunkana aku dan kamu lebih sopan dan baik, tapi kadang, ia juga bisa mengeluarkan sumpah serapah dari kota kelahirannya itu, dan itu membuat teman yang di SMA nya dulu terhibur.

Vero turun dengan membawa dua koper besar miliknya, kemudian melihat lihat rumah yang akan dia dihuni sangat lama itu.

Vero membawa barangnya naik kelantai dua dimana kamarnya berada.

Ia membuka pintu kamar yang bewarna maroon abu itu kemudian menaruh barang nya di depan lemari.

Sesuai keinginan vero, kamarnya bernuansa maroon atau lebih ke mawar, baik itu dekorasi, warna, bahkan wewangian juga harus ada aroma mawar namun tidak menyengat bercampur vanila dan buah buahan yang berkesan lembut dan manis walaupun tidak sesuai dengan karakternya yang petakilan tapi ada kalanya kelembutan dalam diri vero muncul, disaat bersama orang yang ia sayangi.

Dia sangat menyukai mawar namun tidak menyukai kisah dalam mawar, vero hanya menyukai keindahan bunga bunga yang telah diciptakan dan tentu saja itu karena warna kesukaannya yang maroon.

Setelah cukup memandangi kamar. Gadis melemparkan tubuh di kasur, menatap nanar langit langit kamarnya, tak lama kemudian gadis itu pun tertidur.

••••

"Vero.." bunda vero membangunkan nya.

"Ganti baju dulu, sudah sore" vero pun bangkit, kemudian menuju kamar mandi.

Selesai membersihkan diri, vero mengenakan switer dan celana pendek keluar kamarnya.

"Bunda, vero kliling rumah sebentar" pamit vero kepada bundanya yang sedang memasak dan didapati anggukan dari sella.

Ternyata rumahnya besar, tepat di belakang rumah ada taman dan ada danau kecil serta sampan kecil.

Tidak jauh dari danau ada pohon besar dan bangunan maroon yang berada di tengah tengah pohon itu.

"Rumah pohon!", Vero menjerit tertahan.

Vero berlari kedalam rumah. Sambil teriak terik.

"Ayahh, bundaaa, ada rumah pohooonn!" Teriak vero senang, melihat itu ayah dan bundanya terkekeh geli. Memang ayah vero yang membuatkannya seminggu sebelum mereka pindah. Ayahnya menjelaskan, setelah membeli rumah ini ia kemudian membangun rumah pohon itu setelah melihat ada pohon besar yang pas untuk rumah pohon.

Vero yang mendengarnya sangat senang, ia menciumi pipi ayah dan bundanya bahagia. Ini karena vero sangat ingin dibuatkan rumah pohon. Namun letaknya tak pas.

Ia kembali berlari kearah rumah pohon dibelakang rumahnya. Ia meneliti kemudian, mengambil tangga yang bisa dilipat keatas dengan besi yang tidak jauh dari pohon. Lalu naik ke rumah pohon itu.

Dalamnya lumayan luas, rumah pohonnya ini berwana maroon dan abu abu, dalamnya terdapat lemari buku kecil, yang vero yakini adalah novel atau pun buku buku vero lainnnya.

Terdapat AC kecil agar tidak membuat vero kepanasan nntinya. bantal bantal empuk warna warni disertai karpet abu abu lembut, dispenser kecil, colokan yang banyak,

Jendela kaca yang menghadap danau, juga tirai kecil untuk menutupnya.

Jangan lupakan lemari es kecil dan lemari jajanan kesukaan vero. Vero menjerit bahagia.
Ini seperti rumah pohon impiannya.

Setelah puas melihat dan mengagumi rumah pohonnya, vero kembali kedalam, ayah dan bundanya tidur dirumah malam ini, karna ini adalah hari pertama vero pindah rumah, jadi mereka ingin menemani vero agar bisa menyesuaikan diri.

Mereka pun melanjutkan makan malam dirumah baru tesebut.

"Besok ayah antar vero? Tanya vero ke steven saat makan malam.

"Yes sweety" jawab ayah vero lembut.

"Tapi lusa vero naik sepeda ya, yah. kan kata ayah sekolah vero gak jauh dari rumah" pinta vero, ingin sebenarnya vero naik mobil, tapi dulu di sekolah lama nya di bandung, vero naik sepeda bersama rena. Karena bawa mobil itu ribet, ribet parkir, ribet minyak, ribet kalau lagi macet.

"Yaudah, besok ayah siapin sepedanya. Tapi kamu harus hati hati bawa sepedanya, nanti juga ayah kasih denah sekolah yang bisa kamu pahami." jelas steven karena takut putri cantiknya kenapa kenapa naik sepeda. Apalagi kesasar.

"Oke yah, vero bakal hati hati!" Vero tersenyum sumringah mengingat dia akan memakai sepeda kesekolah lagi.

Makan malam pun selesai, akhirnya mereka tidur di satu kamar, yaitu kamar vero.

Vero siap untuk sekolah barunya besok!

••••




"Mencari ketenangan yang hanya bisa didapat diri sendiri, sebelum kamu muncul tiba-tiba dan menenangkan ku"


o0o

Because It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang