LIMA BELAS

3 0 0
                                    


vero terbangun tengah malam, lagi. Kepalanya masih pusing. Mungkin akan sembuh beberapa hari.

Seperti biasa tenggorokannya terasa kering. Untung saja bi ina sudah menyiapkan minumnya.

vero hendak tidur kembali namun matanya tidak bisa terpejam. vero merindukan ayah dan bundanya.

vero ingin tidur dikamar bunda dan ayahnya dibawah. Kamar mereka menjadi tempat ternyaman yang mendapati posisi ketiga. Kenapa bisa ketiga?

Ayolah, tidak mungkin zahra terus menganggu ayah dan bundanya dengan terus tidur dikamar mereka bukan.

vero beranjak perlahan menahan sakit di kepalanya. vero memakai baju hangatnya berwarna maroon, lalu membuka pintu.

Ketika vero ingin melangkah menuju tangga, ia mendengar suara jeritan dari dalam kamar alex.

vero membelokan tujuannya menjadi kekamar alex.

"Alex.."

vero mengetuk pintu, memanggil alex, namun tak dapat respon, suara jeritan itu semakin terdengar.

vero mencoba membuka pintunya, ternyata tidak dijunci. vero pun masuk dengan was was kedalam kamar bernuansa gelap itu.

Hanya lampu tidur yang menerangi kamar itu.

vero terus berjalan kearah alex yang masih berteriak dalam tidurnya.

vero duduk dipinggir ranjang dekat alex yang diterangi lampu tidur.

"Alex.. bangun" vero menyentuh lengan alex yang berada diluar selimut.

Namun tak ada respon, alex terus bergerak gelisah dan menjerit. Keringatnya menyucur deras.

"Alex.. bangun alex.. hei", vero terus memanggilnya sambil mengguncang lengan alex kuat, agar alex sadar.

vero tersentak, ketika alex menarik tangannya, memutar tubuhnya dan membantingnya keatas ranjang.

Reflex tangan alex yang begitu cepat mengambil pisau dari balik bantal yang ada dibawah kepala vero dan mengarahkannya ke leher vero.

"Kenapa kau disini!" Bentak alex kuat, nafasnya memburu, matanya menajam dengan keringat dingin mengucur di pelipisnya.

"Jawab!" Bentaknya alex semakin menekan pisaunya, membuat leher panas itu tergores dan mengeluarkan sedikit darah.

"A-aku h-hanya m-membangunkan mu dari m-mimpi b-buruk" ucap vero terbata bata, suaranya bergetar, kepalanya semakin sakit.
vero mendesis pelan ketika mendapati sakit dilehernya.

Alex tersentak. Tangannya menjauh dari leher vero.

Alex bangkit dan duduk membelakangi vero yang terbaring di tengah ranjang.

Ia menjambak kasar rambutnya.

Masih ada emosi dalam dirinya. Emosi itu bertambah ketika mendapati gadis itu telah lancang memasuki kamarnya.

"Keluar!" Bentak alex sekali lagi. Ia tak peduli dengan vero yang masih terbaring di ranjangnya.

Lama tak ada jawaban dari gadis itu membuat emosi alex kembali memuncak.

Alex mebalikan tubuhnya menghadap vero , namun ia mendapati vero dengan mata terpejam dan tidak bergerak.

Alex membeku. Dengan cepat alex meraih lengan vero yang terasa panas.

"Nona", vero tak menyaut. vero pingsan karena bantingan alex yang membuat kepala vero semangkin sakit.

Kini alex meraih vero kedalam gendongannya. Kulit pipinya yang panas menyentuh kulit bahu alex yang tidak memakai atasan.

Because It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang