DUA PULUH DUA

2 0 0
                                    

Tiga hari sudah berlalu, paman dan bibinya juga sudah kembali, termasuk pengawalnya, ia kembali di hari yang sama dengan paman dan bibinya.

Bahkan vero tidak sempat membalas perbuatan archer kepadanya karena dari apa yang vero lihat, pria itu sedikit menjaga jarak dengannnya.

Vero pun mengikuti alurnya.

Sampai ketika ia kini pergi sendiri ke supermarket, membeli buah apel yang habis.

Vero keluar menggunakan taksi, mengingat kunci mobil dibawa oleh pengawalnya itu.

Dan vero meninggalkan pengawalnya yang sedang berada dikamar, bisa dikatakan vero pergi diam diam.

Untung saja bibi dan pamannya juga berada dikamar.

Kini vero sedang memilih buah apel untuk santapan ringannya.

Setelah selesai ia membayar, vero pergi keluar.

Dilihatnya jam sudah menunjukan pukul  10 malam.

Tidak terasa vero sudah lama berada didalam sana, bagaimana tidak, sebelum mencari apa yang ia butuhkan, ia berkeliling terlebih dahulu memanjakan matanya.

Jalanan tampak sepi, taxi pun hampir tidak terlihat.

Udara dingin berhembus mengenai kulit wajah vero.

Ia mengenakan sweater tebal berwarna abu abu  juga celana longgar panjang berwana abu abu.

Vero membuka ponselnya, mungkin kali ini ia akan menurunkan wajahnya untuk menghubungi archer, tidak bisa ia tampik bahwa ia juga merasa takut keluar, namun karena egonya terlalu besar, sehingga ia pergi sendiri.

Baru sambungan pertama ponsel vero sudah mati karena kehabisan daya.

Vero mengumpat kesal, Terpaksa ia jalan menjauh untuk mencari taksi.

Vero lagi lagi mengumpat kesal, bagaimana bisa tak ada satupun taxi yang terlihat?

Udara dingin menembus pakaiannya, mebuat vero semakin memeluk erat dirinya.

Ketika vero sibuk menghangatkan diri, tiba tiba seseorang membekapnya, ia tertarik memasuki gang rumah yang kosong.

Kantung belanjanya terjatuh serta isinya tercecer.

Tubuh vero menghantam dinding keras. Ketika ia membuka mata, dua wajah pria besar didepannya sedang menatapnya tidak sopan.

"Si-si-siapa kau!" Ucap vero ketakutan.

Mereka menyeringai, vero berniat kabur namun tidak bisa, ia kembali didorong keras menghantam dinding.

Salah satu pria itu menghimpitnya.

"Help!" Jerit vero keras, ia ketakutan air matanya mengucur deras.

Mulut vero dibekap kuat, sebelah tangan pria itu dengan kurang ajarnya masuk dan meraba pinggannya.

Vero semakin memberontak namun tetap saja ia kalah kuat. Vero mencoba menahan tangan besar itu dengan jemarinya.

Pria itu tidak peduli dengan menepis tangan yang menahannya. Ia kemabali menjelajah pinggang vero.

Alex... Ucap vero tanpa sadar didalam hati.

Gerakan tangan itu semakin naik. Sebelum sampai pada miliknya yang berharga, pria yang membekapnya itu ditarik kasar hingga membuatnya menjauh dari vero.

BRAAK.

Dengan cepat kepala pria bertubuh besar itu mendarat keras di dinding bata. Kemudian dengan kuat ia menendang kepala pria satunya lagi hingga tersungkur.

Because It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang