TUJUH BELAS

2 0 0
                                    

Brrkk brrkk

Suara benda terserat memenuhi ruangan yang minim cahaya dalam gedung kosong yang ada ditengah hutan.

Kini, seorang pria tua duduk di kursi dengan tangan yang diikat di lengan kursi, dan kedua kaki yang juga terikat.

Bibirnya bergetar, nafasnya memburu, keringat dingin mengalir deras dari pelipisnya.

Matanya nampak awas memandangi seorang pria yang berjalan memutarinya, dan membawa besi panjang yang terseret dilantai.

Pria itu terus memutari hingga berhenti tepat didepannya. Membuat jantungnya berpacu cepat.

"Di mana barangnya?" Pria itu berucap tanpa melihat orang yang berada dikursi.

Dan tak ada jawaban, pria itu mengangkat besinya, dan memukul dengan sekuat tenaga kearah kaki pria tua yang sedang terikat dikursi.

Bakh

"Akhh!!" Pria tua itu menjerit ketika merasakan kakinya yang dihantam keras oleh besi.

Pria tadi membuang besinya asal setelah ia rasa puas telah membuat gepeng sepasang kaki yang terikat itu.

Pria itu mengambil pisau di balik kakinya, mengarahkan ketangan yang berada di lengan kursi. Tidak memperdulikan jeritan jeritan kesakitan yang menggema dalam ruangan.

"Where?" Ucapnya lagi sambil mengarahkan pisau diatas punggung tangan pria tua yang masih menjerit.

"I don't kn..ahh!!" Pisau itu kini menancap ditangannya.

Pria itu memutarkan pisaunya hingga membuat lukannya semakin melebar, tentu saja jeritan yang ia dengar semakin memilukan.

"New york, rex hell.." bisik pria tua itu lemah. Ia tidak sanggup lagi menahan kesakitan yang ia rasakan.

"Aku sudah memberitaumu, biarkan aku hidup, please", pria itu memohon, air matanya mengalir deras mengaharap mengampunan.

"No, kau tidak bisa berjalan setelah ini, biar aku membantumu untuk istirahat dengan tenang."

Pisau itu tercabut, dan dengan cepat ia arahkan ke leher pria tua yang sedang menjerit.

Ia menancapkan pisau itu disela sela jeritan yang mengudara, mengakibatkan darah menyembur ke wajah pria itu.

Seringai menyeramkan muncul dari bibirnya, menandakan ia puas terhadap apa yang ia lakukan.

Pria tua itu sudah tidak bergerak lagi. Mati. Mati dengan leher tertancap pisau.

"Clear" ucapnya di sela sela seringainya.

****

Dalam bar bergaya klasik, bercahaya minim, dan di penuhi jejeran minuman yang mengelitik tenggorokan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dalam bar bergaya klasik, bercahaya minim, dan di penuhi jejeran minuman yang mengelitik tenggorokan.

Suara dentuman musik yang keras menggema namun tidak mempengaruhi banyaknya manusia dalam ruangan itu, bahkan dengan senang hati mereka meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang membakar semangat mereka.

Because It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang