SEPULUH

5 0 0
                                    


Pagi ini vero tidak bangun terlambat, ia bangun subuh karena bunda dan ayahnya akan pergi tour menjadi dokter relawan di malaysia.

Sekarang vero tidak sendirian di rumah, kakeknya telah mengirimkan pengurus rumah dan penjaga rumah.

Mereka khawatir vero yang tinggal sendirian.

"Non, sarapan sudah siap". Bi inah pembantu rumah tangga yang berumur 40 an memanggil vero untuk sarapan.

"Iya bi, bentar lagi turun." Selesai berkutat dikaca, gadis yang menggulung rambutnya ke atas dengan helaian helaian rambut yang jatuh nampak sangat manis itu membawa gitar yang ia ambil dan turun kebawah untuk sarapan.

Ia memang rencana membawa gitar karena ingin bernyanyi bersama teman barunya nanti.

Dulu vero juga sering membawa gitar disekolahnya, ia menjadi idol dadakan kalau perlu.

Dibawah sudah ada dua orang yang sedang berkumpul seperti membicarakan sesuatu.

"Bi inah, pak dadang, udah pada sarapan?". Tanya vero pada asisten baru yang ada di hadapannya sekarang.

Pak dadang adalah satpam baru ditempatkan di rumahnya.

"Iya non sebentar lagi". Jawab pak dadang di susul bi inah.

"Yauda makan bareng sini". Ajak vero sopan dan menyuruh keduanya ikut sarapan.

Awalnya mereka berdua nampak segan, namun karena keramahan vero jadi mereka langsung akrab, bahkan sampai tertawa karena leluconnya pak dadang.

Selesai berbasa basi, vero berangkat, sebelumnya pak dadang menawari untuk mengantarnya, namun ia menolak karena pakai sepeda.

Seperti sebelumnya, pagi ini nampak cerah. Dengan tas selempangan dan tas gitar yang di ia bawa di belakangnya, ia bersiul siul ceria.

Sampainya di sekolah, ia menjadi perbincangan orang. Bahkan ada yang menyapanya terang terangan ketika berjalan di koridor. vero hanya membalasnya dengan senyuman disertai anggukan.

"Kak vero"

"Cantik banget si"

"Rambut digulung asal aja manis banget"

"Sadar ga sih kak vero tinggi?"

"Iya ya, jarang banget cewek cantik yang tinggi, biasanya cebol"

Pfft

vero yang mendengarnya menahan tawa. Hmmp! Ini namanya anugrah dari lahir! Terima kasih ayah, gen mu menurun pada ku!, Batin vero bangga.

vero yang masih mesem mesem sendiri berlari kecil sambil nunduk, tiba tiba di belokan ia seperti menabrak seseorang dengan keras.

"Kambeng!". Maki vero kaget.

Ia mendongak ingin melihat.

Matanya membola, ia menabrak sesuatu, sesuatu yang berbahaya hingga membuatnya kesulitan bicara.

Sesuatu itu sedang memegangi hidungnya. vero bisa melihat sedikit darah yang keluar dari tangannya.

Sesuatu itu menatap vero tajam. Ia mendesis penuh emosi. Tangannya yang satu lagi terangkat menyentuh kepala vero, ditariknya rambut vero sedikit kebelakang, dan berucap.

"Batu?". Suara berat itu muncul.

"Hah"? vero melotot. Ia langsung tersadar.

Dilihatnya lagi mata tajam situ semakin mengerikan, ia ingat sekarang, ia menabrak sesuatu hingga hidungnya berdarah. Iya berdarah. Berdarah!?, vero kembali melotot, kedua tangannya menutup mulutnya. Syok, bagaimana bisa? Ia menyentuh ujung kepalanya seperti merasakan sedikit kesakitan.

Because It's You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang