09 - Word on the Street

1.1K 150 96
                                    


Kabar-kabar yang berkeliling di jalan.

Belum tentu juga mereka tahu jalan.


[Catatan 2016]


×


Jimin cinta kasurnya yang nyaman.

Sambil membiarkan sinar matahari menyelusup di celah-celah lambaian tirai jendela, pemuda itu bergelung dan menaikkan selimut sampai sebatas hidung. Peduli setan dengan suara-suara di dapur, kicauan Seokjin yang entah mengomel soal apa, dan seruan Jungkook yang sepertinya heboh dengan mobile game. Jimin cinta kasurnya dan ia merasa sangat bahagia hanya dengan mencium wangi bantal empuk ini.

Juga, ia merasa kesal sampai ingin menenggelamkan kepalanya utuh-utuh ke dalam bantal.

Undangan makan malam kemarin cukup menyenangkan, sebenarnya. Namun, suasana hati Jimin hancur tepat ketika mereka harus pamit pulang. Bukan ia merajuk karena tidak mau pulang seperti bocah kecil yang keasyikan bermain di rumah teman, justru Jimin dibikin super heran sampai tak habis pikir.

Ia sedang bicara soal si Gadis Rumah Sakit Dini Hari—namanya Cho Hana, kata Namjoon—yang ternyata luar biasa menyebalkan.

Jimin menyadari kalau dia juga 'Cho Hana' yang menerima telepon soal permintaan maaf dan ucapan terima kasih pada LQV beberapa waktu lalu. Suaranya jelas sama. Pemuda itu juga berhasil mengonfirmasi lewat Lee Kyeonghee.

Masalahnya, si Gadis Rumah Sakit Dini Hari bungkam sepanjang makan malam berlangsung, membuat Jimin tak nyaman dan cemas tanpa alasan. Sorot matanya tak bersahabat. Apalagi ketika Jimin berusaha menyapa, tetapi malah ditanggapi begitu dingin seolah mereka tidak berada dalam level yang sama untuk bisa berbincang.

Maksudnya, halo? Apa dia tidak tahu soal ramah-tamah dan basa-basi?

"Hai. Aku tidak menyangka kita bertemu lagi di sini." Jimin ingat betapa ia berusaha tersenyum sangat manis saat menyodorkan tangan pada gadis itu untuk bersalaman, ketika Namjoon dan yang lain masih sibuk berpamitan dengan Keluarga Lee. "Kalau lupa, atau mungkin kamu tidak sadar, beberapa waktu lalu kita sempat berada di lift yang sama di rumah sakit saat dini hari."

Gadis itu hanya mengerjap tanpa ekspresi.

Dia tidak mungkin lupa, kan?

Akan tetapi, sangat di luar dugaan Jimin, si gadis menghela napas berat. Dia hanya menatap kosong tangan Jimin yang masih menunggu untuk disambut. Kemudian detik berikutnya, tanpa merasa bersalah, gadis itu menepuk bahu Lee Kyeonghwan. "Aku ke toilet."

Masih kurang mengejutkan, si gadis menatap lurus matanya dan menarik sudut bibir ragu-ragu. "Permisi, Park Jimin."

Bagaimana Jimin tidak merasa tertolak? Dia bahkan berbalik tanpa peduli pada tangan Jimin yang masih menganggur di udara! Kemudian, Jimin tak akan sekesal ini, kalau saja Lee Kyeonghwan tidak menyemburkan tawa puas dan berujar santai dengan nada menyebalkan. "Maaf, ya. Barusan itu lucu."

Haha. Ya, lucu sekali.

"Hei, Jim!"

Tahu-tahu terdengar suara nyaring dari luar. Kim Seokjin tampaknya sudah selesai membuat sarapan karena beberapa detik kemudian pintu kamar terbuka separuh ditemani aroma masakan yang menggugah. "Masih mau terus-terusan tidur?"

"Aku capek." Jimin menyahut dengan suara parau, semakin menarik selimut menutupi wajah. Dari suara langkah kaki yang terasa bergema di lantai, ia tahu Seokjin mendekat dan selimutnya ditarik tiba-tiba. "Kak, aku belum lapar."

ONLOOKER [2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang