14 - Curiosity Killed the Cat

853 124 41
                                    


Berhenti penasaran.

Waspada jalan yang bersinggungan.



[Catatan 2016]


×


Di depan gedung Hongdae House, sebuah apartemen mewah dengan keamanan tinggi tepat di daerah jalur transportasi kota, Jimin bersandar pada bangku taman dan menghadap ke arah lobi. Meski di tengah musim gugur yang dingin, berdandan serba tertutup membuatnya tak nyaman bergerak. Namun, terlalu banyak orang berseliweran dan menghindari anjing pemburu adalah keharusan.

Pandangan Jimin menyapu, menatap tiap air muka penghuni apartemen yang keluar masuk. Beberapa anak kecil asyik berlarian. Lalu, sejumlah petugas keamanan mondar-mandir dengan logo LQ Shield di saku dada. Jimin mendengus, menyadari Hongdae House termasuk salah satu wilayah LQ Group dan ia tak mungkin memperhatikan detail itu seandainya tidak berkenalan langsung dengan Keluarga Lee beberapa waktu kemarin.

Apartemen ini, katanya, dihuni orang-orang penting. Keluarga pejabat, pemilik perusahaan, sutradara, penulis naskah drama terkenal, entertainer, bahkan anak-anak chaebol pemilik hak waris. Rumor bilang, Hongdae House juga menjadi salah satu tempat mereka menimbun kekayaan. Termasuk hunian tepat sebagai persembunyian aset-aset berharga. Harus punya surat sah untuk mendapat akses masuk dan perlu menunggu antrean panjang agar bisa membeli unit di Hongdae House.

Bukan tempat yang bisa dijadikan lokasi pertemuan secara sembarang, sehingga Jimin bertanya-tanya kenapa Haera meminta bertemu di sini.

Sebut Jimin bodoh karena sekali lagi hatinya melunak dan tetap datang sukarela, tapi ia tak bisa mengabaikan rasa penasaran—rasa curiga—yang tumbuh begitu saja. Setelah semua yang terjadi di antara mereka, Jimin bisa bilang ia mengenal Haera cukup baik dan tahu betul bagaimana gadis itu tumbuh di Busan sampai cerita dia memutuskan mengadu nasib ke Seoul. Mengetahui Haera menjanjikan sesuatu di Hongdae House, jelas ada yang aneh.

"Hei."

Jimin sedang sibuk mengetuk bangku kayu dengan jemari ketika tepukan ringan menyapa bahu kokohnya. Ia memalingkan wajah dan menemukan sosok mungil Haera yang tampak lesu. Kendati dengan masker putih menutupi wajah, gadis itu tidak bisa menyembunyikan luka kecil di dahi, memar pada tulang pipi, dan senyum yang jelas dipaksakan di balik maskernya.

"Maaf telat. Sudah menunggu lama?"

Hati nurani Jimin memberi perintah untuk bertanya. "Habis jatuh?"

Lalu memang, itu pertanyaan bodoh. Anak kecil sekalipun akan tahu luka-luka itu disebabkan benturan langsung—pukulan. Namun, seperti Haera yang ia kenal ketika sekolah dulu, gadis itu mengangkat bahu cuek. "Begitulah."

"Semoga cepat sembuh." Begini lebih baik, Jimin tak perlu terlalu banyak menggali.

"Thanks."

"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?"

"Ada. Satu dan lain hal."

"Kenapa di tempat ini? Kamu tidak mengajak kemari karena punya akses untuk masuk, kan?"

Haera menyelipkan rambut ke belakang telinga, memastikan sekitar sebelum merapat pada Jimin dan berbisik penuh persekongkolan. "Bagaimana, ya? Sayang sekali, aku memang punya akses."

"Apa?"

"Kaget?"

"Kamu serius?"

"Pernah dengar nama ini?" Tiba-tiba Haera merogoh saku mantel, mengeluarkan selembar kartu, dan menyodorkannya pada Jimin. "Aku yakin, paling tidak kamu familier."

ONLOOKER [2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang