20 - Tipping Point

998 127 84
                                    


Perubahan kecil yang berdampak.

Sebab tidak pernah ada yang terlambat untuk berubah.


[Catatan 2016]


×


Bel sekolah tanda istirahat makan siang telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, menjadi alasan seluruh koridor penuh dan bunyi derap langkah kaki yang saling bersahutan. Kantin juga begitu; antrean panjang, meja yang penuh, bisikan gosip di penjuru tempat, gelak tawa, dan beberapa siswa pembuat onar tengah memalak puding dari anak-anak pemalu.

Jung Rael ada di sana, mengantre sambil mengunyah permen karet dan memainkan ketukan berirama pada nampan yang ia pegang. Kepalanya mengangguk santai, membuat rambut sebahunya berayun, sesekali menggumamkan nada acak yang terlintas di benak. Gadis itu baru saja melangkah ketika teman sekelasnya menghampiri dengan tergopoh-gopoh.

"Rael, seseorang mencarimu!"

Sebelah alisnya terangkat. "Siapa?"

"Tidak tahu. Temanmu, mungkin? Atau kenalan?"

"Loh? Memangnya aku punya teman?" Rael malah balik bertanya. Ia yakin hampir tidak pernah ada orang selain guru yang mencarinya. Paling hanya senior dari klub tari, sesekali mampir dan memanggil untuk bergabung ke sanggar kerja.

"Lalu kita ini apa, heh?"

"Selain teman sekelas, maksudku."

"Sudah. Lihat saja dulu."

Jadi, bersama tanda tanya besar di kepala, Rael menaruh nampan kembali pada rak besi di sudut kantin, juga menyempatkan diri untuk meraih jatah puding sebagai camilan agar perut tidak kosong. Dibiarkannya teman-teman sekelas melangkah lebih dulu. Gadis itu memakan puding sambil lalu, sedikit memasang wajah heran seraya menapaki tangga.

Begitu berbelok di koridor, Rael sudah bisa mendengar keributan dari arah kelas. Siswa-siswi dari kelas lain bahkan mengintip lewat jendela. Ia mengerutkan dahi, membawa tungkai membuat pijakan yang lebih lebar, dan masuk melalui pintu belakang kelas.

Suasananya canggung sekaligus berisik. Rael bisa melihat Jung Goon yang paling pendiam mendadak ikut berdiri, menyandarkan tubuh pada loker sembari menatap penuh rasa awas. Mengikuti arah pandangnya, Rael menemukan sumber perhatian.

"Oke, aku tidak akan menunggu lebih lama," ujar seorang gadis dengan seragam SMP, tengah berada di ambang pintu depan sambil bersedekap.

Rambutnya yang hitam legam diurai, dia begitu cantik dengan kulit bersih. Sorot mata tegas sekaligus mengintimidasi tampak kuat di balik sosok manis itu. Sepertinya murid SMP dari gedung sebelah, pikir Rael, lantas melongo saat menyadari kalau wajah si gadis tidak asing.

"Kak, apa ada siswi di sini yang bernama Jung Rael?" Dia bersuara lagi, kali ini sambil menggerakkan dagu ke arah ... Lee Kyeonghwan.

Tunggu. Dia mencariku? Kenapa bertanya ke Kyeonghwan?

Yang lain bungkam, entah kenapa tak berani atau hanya tak mau berkata kalau Rael sudah datang. Bahkan Kyeonghwan yang sempat menoleh ke belakang dan mengerling pada Rael pun memilih diam. Pemuda itu berdeham sekali. "Memang kenapa?"

"Tolong sampaikan agar dia berhenti membual pada adiknya kalau dia pacarmu, Kak. Aku tidak mau punya kakak ipar tukang bohong," kata si gadis ketus. "Juga, jangan asal menyebar foto Kakak. Aku harap dia tahu kalau membereskannya akan sangat merepotkan."

ONLOOKER [2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang