Sesuatu terasa ganjil dalam situasi ini.
Saat-saat yang tepat untuk tetap diam.
[Catatan 2016]
×
Pada akhirnya, manusia tidak pernah bisa melakukan lebih dari sekadar rencana.
Hana menghela napas panjang mencoba mempertimbangkan banyak hal tentang 'kenapa' dan 'bagaimana'; pertanyaan yang jawabannya seakan lebih sulit ditemukan dibanding mengais jerami untuk mencari jarum. Padahal, Hana pikir, mereka bukannya pasukan tak siap yang bisa diserang kapan saja. Ia tidak menghabiskan waktu selama ini hanya untuk dipermainkan.
"Kang Daeho ..." gumam Kyeonghee, lantas menepuk bahu Hana pelan. "Tidak berpikir untuk membiarkannya ada di pihak kita?"
Sudut bibir Hana terangkat sebelah. "Takdir suka bercanda, tapi kukira tidak mungkin kamu ikut-ikutan."
"Siapa bilang aku bercanda?"
"Kyeonghee, dia bisa jadi bumerang."
"Not really." Sambil bersandar di sofa, Kyeonghee mengambil satu kukis dari stoples. "Menurutmu kenapa dia repot-repot datang mencari kita kalau memang masih dikendalikan Allies? Benar kalau Jiyoung mengintimidasinya hari itu, tapi dia punya kebebasan untuk tidak peduli."
"Maksudmu mengabaikan peringatan halus dari LQ Shield? Orang itu jelas tidak bodoh. Dia tahu mengabaikan Lim Jiyoung berarti mempertaruhkan eksistensinya sendiri."
Dahi Kyeonghee berkerut. "Kamu membuat LQ Shield kedengaran seperti algojo."
"Bagaimanapun, dia ..." Hana bergeleng, "aku cuma merasa tidak nyaman."
Tentang semuanya.
Mengenai Kang Daeho yang datang tiba-tiba dan seketika membongkar isi kepala tanpa peringatan. Perihal cara bicaranya, caranya mengucapkan nama Hana. Juga, matanya yang kelabu dan ditemani senyum palsu.
"Kak Kyeonghwan sudah bilang sebelum aku kemari." Kyeonghee melangkah ke tepi jendela, menyaksikan pemandangan Seoul nyaris dini hari melalui gedung Hongdae House, dan menarik napas dalam-dalam. "Tentang apa pun yang terjadi di antara kamu dan Kang Daeho, aku tidak akan tanya lebih jauh sampai kamu cerita sendiri. Hanya saja, aku rasa dia adalah satu—kalau bukan satu-satunya—kesempatan yang tidak boleh dilewatkan."
"Kesempatan yang terlalu berbahaya."
"Begini, Hana." Ia mengerti dari nada bicara Kyeonghee, gadis itu sedang berusaha sebisa mungkin untuk tetap mengontrol diri. "Aku tahu bagaimana Allies bekerja, kita berdua tahu. Sekutu Allies sudah sangat cukup untuk menghancurkan hidup seseorang, tapi menurutmu kenapa dia tetap menyerahkan diri?"
"Kamu juga tahu yang namanya agen ganda sungguhan eksis." Sahutan Hana seketika dibalas desah panjang oleh Kyeonghee.
"Benar. Kemungkinan itu jelas ada. Aku juga setuju dia mungkin berusaha menyelamatkan diri sewaktu Jiyoung datang tiba-tiba. Namun, probabilitas bahwa dia benar-benar membelot juga tidak nol persen."
"Kita tidak bisa percaya pada pengkhianat, Kyeonghee."
"Suatu asosiasi tidak mungkin berjalan lancar sepenuhnya. Seandainya dia menjalankan perintah demi imbalan, bagaimana kalau dia berserah karena tidak mencapai kesepakatan?"
Sekali lagi, Hana bergeleng. "Lalu kalau dia juga tidak berhasil mendapat apa yang dia mau dari kita? Keep your friends close, but your enemies closer, aku paham cara mainnya. Tapi, Kyeonghee, sekarang dia memang seakan-akan menyerahkan diri ... hanya, siapa yang bisa membaca masa depan? Itu juga kalau aku masih punya masa depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLOOKER [2024]
FanfictionBintang ternama Negeri Ginseng ditemukan tewas di kediamannya tepat sebelum malam Natal yang meriah pada musim dingin 2004. Penyidik menetapkan kematiannya sebagai kasus bunuh diri. Pemakaman berlangsung dan hidup berlanjut. Namun, belasan tahun kem...