Kesabaran

122 62 103
                                    

"Digo!!!" Bentak seorang pria separuh baya,suara pria itu familiar ditelinga Digo.

"Papa?" Digo menoleh kearas suara itu.

Papa, dia adalah Papa Digo, Andi pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu menampar Digo dengan keras.

"Anak sialan!!! Bisanya cuman berantem,tawuran dan memalukan orangtua saja dasar anak gak tau diuntung!!!" Bentak Andi dengan penuh keamarahan.

Digo hanya bisa menunduk saat tamparan kedua mengenai pipi kirinya dia tidak mungkin membalas Andi dengan kekerasan juga sekali saja Digo balas memukul tentunya Andi akan langsung terseungkur,pria itu tidak lagi muda.

"Kenapa diem aja?! Gak bales Papa!! anak jagoan katanya,anak jagoan itu jago dalam pendidikan!!"

"Digo gak akan bales papa, sekali Digo bales papa bakal langsung mati" Jawab Digo santai ia sedikit menahan tawa saat mengucapkan kalimat itu.

"Kamu nyumpain papa mati??!!"

"Papa yang merasa begitu" Digo melepas jaketnya melemparnya kesofa.

"Liat pa,ini adalah bukti kalau Digo itu jagoan pa...Jago dalam berantem" ujar Digo dia memperlihatkan luka luka dan bercak darah diseragamnya.

Kali ini bukan lagi tamparan melainkan tonjokan dan tonjokan itu tepat mengenai pelipis Digo darah langsung mengalir perlahan.

"Stopp!!!" Nila menahan tangan Andi yang siap untuk menyakiti anaknya lagi.

Nila menatap Andi dengan mata berbinar binar,lalu memeluk Digo dengan erat.

"Jangan sakiti dia,dia anak kita Andi!!! Anak kita!!! tidak sepatutnya kamu memperlakukan dia seperti itu!!" Tangisan Nila pecah dia memeluk Digo sangat erat.

Andi membalikan badannya lalu pergi menuju kamarnya.

Nila mencium kening Digo,dia berjinjit untuk melakukanya.

"Maafkan mama sayang, mama tidak bermaksud menelantarkan kamu,mama sayang sekali sama kamu,mama janji akan memberikan waktu sama kamu" Kata Nila dengan mata berlinang air mata.

"Iya,mama gak usah minta maaf Digo tau cuman mama yang sayang sama Digo dirumah"

Nila melihat pelipis anaknya yang masih mengeluarkan darah dia menghapus darah dari pelipis Digo dengan ibu jarinya.

"Dia melakukan itu karena sayang sama kamu juga nak"

"Sayang? Mama bilang dia sayang sama Digo? Dia itu kerjanya cuman merepotkan kita saja ma,mama yang kerja keras dan dia cuman menghabiskan waktunya dengan berjudi itu aja..kapan papa pernah bahagian kita ma? Kan nggak pernah buat nafkahin kita aja dia enggak pernah bisanya cuman minta uang ke Mama buat berjudi" Ujar Digo.

Nila terdiam lalu menggeleng dan berkata "tidak boleh berkata seperti itu sayang"

Digo diam sebentar lalu melangkah beberapa langkah lalu dia menoleh kebelakang melihat mamanya masih menutup mukanya dengan kedua tangannya,dia masih menangis.

***

Digo terbangun dari tidurnya dia melihat jam dihandphonenya ternyata sudah jam 3.00am atau jam 3 malam.

Dia melangkahkan kakinya menuju dapur dia merasa lapar dan berniat membuat mie instan.

Sesampainya di tangga menuju dapur ia melihat papanya sedang duduk disofa ruang tamu sambil menonton televisi.

Digo tidak peduli dia melangkahkan kakinya lagi menuju dapur.

Setelah selesai membuat mie instan,Digo tentunya berniat memakanya tentunya.

DiligitisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang