❤ (Bagian 24)

3K 321 73
                                    

Dalam hidup, manusia tak pernah sekalipun luput dari yang namanya masalah. Siapapun kamu, di mana pun kamu, masalah itu tetap akan muncul. Hal yang tak akan pernah bisa lepas selama tubuhmu masih bernafas.

Tidak ada pilihan, selama kau memutuskan untuk kabur. Sejauh dan sekencang apapun kau berlari dan pergi. Di depan mu masalah lain sudah menunggu. Jadi, tidak ada pilihan selain tetap bertahan. Tidak ada jalan selain dengan diselesaikan. Apapun caranya, baik ataupun buruk. Sekalipun kau berusaha untuk berhenti dan menyerah itu tidak akan berguna. Karena mati sekalipun tidak menyelesaikan segalanya.

****

Tubuh Seokjin gemetar, memeluk lengan Namjoon dengan erat. Sedari tadi matanya tak berhenti berkedip akibat cahaya dari puluhan jepret kamera yang di arahkan kepadanya dan juga Namjoon. Berjalan beriringan dengan Namjoon, meskipun sudah ada beberapa penjaga yang menjaga jalan mereka, tetap saja para wartawan tidak bisa diam, terus mengejar dan saling menubruk demi mendapatkan spot yang bagus. Suara berisik akibat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan membuat Seokjin semakin gugup dan bergerak tak nyaman.

"Santai saja sayang..jangan gugup." Namjoon berbisik ditelinga Seokjin. Seokjin hanya mengangguk kecil dan menghembuskan napas. Demi apapun, Namjoon ingin tertawa melihat kekasihnya terlihat gugup. Pemandangan baru yang belum pernah Namjoon lihat selama ia mengenal Seokjin. Bagaimana bisa gadis yang dulu secara brutal dan berani bersorak di depan umum, berdemo hanya demi mempertahankan tanah dan lapaknya tampak ketakutan sesaat puluhan wartawan dan media mengerubungi dirinya dengan jepretan kamera.

Hari ini Kim's Royalty, memperkenalkan orang baru dalam keluarga besar mereka. Kim Seokjin yang bulan depan akan menjadi bagian dari keluarga mereka, yang akan segera menjadi istri seorang pemimpin perusahaan, Kim Namjoon melakukan Konferensi pers untuk memperkenalkan calon istrinya di hadapan dunia. Dihadiri puluhan wartawan dari beberapa media Namjoon duduk berdua dengan Seokjin yang hari ini tampak sangat cantik dengan gaun putih polos yang menutupi seluruh bagian atas tubuhnya. Gaun itu berlengan hingga ke siku, tidak minim karena panjangnya sebatas lutut. Namjoon benar-benar tidak ingin tubuh Seokjin menjadi bulan-bulanan jutaan mata yang memandang.


.

.

.

My Stubborn Bride

.

.

.



Bibir melengkung kebawah dengan dua lengan terlipat. Berjalan dengan kaki menyentak, pintu dibanting kuat. Namjoon hanya terkekeh geli. Ingin ia mengecup bibir manyun itu namun apa daya seluruh keluarga sedang ada di rumah.

Seokijn-nya merajuk. Tidak menyetujui permintaan sang kakek dan nenek untuk melakukan konferensi pers soal pernikahaan mereka. Meminta Namjoon untuk tidak menyetujui permintaan kedua orang tua tersebut, namun alih-alih membantah dan menolak, Namjoon malah terang-terangan menerima dan menyetujui. Alasannya sangat bodoh lagi. Ingin pamer calon istri yang cantik, bodoh sekali, seorang pemimpin perusahaan memberikan alasan konyol seperti itu. Ingin Seokjin melemparkan sendok ke Namjoon sesaat sarapan tadi.

Namjoon mengetuk kamar Seokjin dengan pelan, memanggil Seokjin dengan suara lembut. Cukup sabar Namjoon menunggu hampir 20 menit hingga pintu terbuka.

"Seokjin.."

"Ada apa?"

"Kau ingin apapun akan ku berikan. Ku mohon jangan merajuk."

"Aku bukan anak kecil. Siapa yang merajuk."

"Lalu kenapa pasang tampang begitu."

"Aku takut Namjoon.." Seokjin mengeluh dengan nada dibuat amat menyedihkan.

My Stubborn BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang