Hi, finally ya it's come to ending!
Antara siap dan gak siap. Kalian yang sudah baca dari awal pasti tahu, aku agak kesusahan menentukan ending dari cerita ini. Tapi alhamdulillah selesai juga.Btw, scene ini benar-benar terwujud jadi nyata. Bukan tentang Rinjani dan Pawitra, tapi ekspedisi yang mereka jalankan.
Hmm, udah mulai penasaran kan ekspedisi seperti apa yang mereka lakukan? Kuy, buruan baca cerita mereka!
*
*
*
*Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi, mengukir cita
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak Abadi para dewaHamparan awan putih nan empuk tampak sejauh mata memandang. Kepulan asap putih tampak keluar dari kawah Jonggring Saloka. Selat Bali nampak di sebelah timur. Laut Jawa yang biru nan luas tampak jelas di sebelah utara. Arjuna, Welirang, Penanggungan, Bromo, Argopuro dan Raung tampak tersenyum mengagumi kegagahan Mahameru di kejauhan.
Ya, di sinilah Rinjani berada. Di sebuah puncak yang dikenal dengan sebutan Puncak Abadi para dewa. Tidak sendirian, gadis itu berhasil melakukan summit attack dengan beberapa kawan. Setelah melalui beberapa track menantang adrenalin, akhirnya mereka menginjakkan kaki di ketinggian 3676 mdpl. Tanah tertinggi di Pulau Jawa.
Kegiatan pendakian mereka kali ini dalam rangka Fun Hiking karena ekspedisi yang mereka lakukan di Pulau Tidore beberapa bulan yang lalu sukses. Banyak media cetak maupun online yang meliput kegiatan mereka di timur pertiwi itu. Merupakan kegiatan ekspedisi gabungan dari beberapa kampus, pesertanya pun berasal dari berbagai jurusan.
Dengan keanekaragaman latarbelakang yang dimiliki, ekspedisi tersebut berhasil menelurkan berbagai produk. Mulai dari artikel ilmiah, catatan perjalanan, novel sampai film dokumenter.
Kerinci dan Silva yang merupakan mahasiswi jurusan Sastra Indonesia menceritakan budaya serta kekayaan alam yang ada di Tidore dan sekitarnya dalam bentuk novel. Gede, Rengganis, Edwin dan Chacha yang merupakan perwakilan mahasiswa FISIP mencoba mengembangkan keadaan masyarakat di Pulau Maitara, salah satu pulau yang masuk dalam wilayah administratif Kota Tidore kepulauan, dari segi sosial, ekonomi dan budaya.
Sedangkan Arjuna, Hendy dan Gara pun tak mau kalah. Mereka membuat sebuah alat untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat Maitara yang kesusahan mendapat air tawar. Sebelumnya, masyarakat setempat memanfaatkan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, semua kegiatan itu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Harus tetap terkendali dan tentunya tidak merusak ekosistem setempat. Oleh karena itu, Mbak Chika, Rinjani dan Shelly memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat tentang pentingnya upaya konservasi lingkungan demi kelangsungan hidup manusia.
Selain yang sudah disebutkan, hasil dari ekspedisi juga mereka gunakan untuk bahan skripsi. Setelah beberapa kali revisi, akhirnya skripsi mereka pun selesai. Ujian sidang pun berlangsung dengan lancar. Materi yang menjadi bahan ujian benar-benar dipahami, karena mereka mengerjakannya secara langsung di lapangan. Lagipula mereka sudah terbiasa melakukan persentasi kepada pihak sponsor terkait hasil ekspedisi. Jadi mereka pun bisa dengan santai menjelaskan materi masing-masing. Sekarang mereka tinggal menunggu diwisuda.
***
Rinjani memperhatikan Mbak Chika yang sedang sibuk merapikan kebayanya. Sementara Mbak Luna, pacar Mas Jaya, membantu merapikan make up-nya. Mas Darius dan Mas Jaya hanya geleng-geleng kepala sepanjang perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bermain Cinta dengan Mapala
AdventureBerkisah tentang dua sosok yang bertolak belakang. Dipertemukan di lembah kasih, lembah Mandalawangi. Ketika senja menari bagai parade alam yang tak hentinya menghibur mata. Rinjani dengan pembawaannya yang tenang. Sementara Arjuna egois, keras kepa...