Part 21

2.3K 335 39
                                    

Kabar bahwa Min Hee bersedia jadi saksi di persidangan telah sampai ke telinga Dr. Kim. Ia menjadi satu-satunya pihak yang tidak setuju hal itu terjadi. Walau bagaimanapun, baginya Min Hee masih sakit. Dan mengirim orang sakit ke persidangan bukanlah ide yang bagus.

Dr. Kim mendatangi kantor kepolisian dan menemui Kepala Polisi yang menangani kasus penculikan Min Hee. Di sana ia menyampaikan opininya dengan cara biasa seorang Dr. Kim bicara, yaitu lugas dan dingin.

“Aku dengar Min Hee akan jadi saksi di persidangan Won Woo nanti,” katanya memulai dialog.

Kepala Polisi Han tidak menjawab, tapi dia mengambil perhatian sambil bersandar di kursinya.

“Bukankah aku sudah memberi tahu bahwa korban mengalami sebuah sindrom yang disebut dengan Sindrom Stockholm? Jika kita sampai mengirim Min Hee ke persidangan, dia bisa mengacaukan persidangannya,” kata Dr. Kim melanjutkan.

“Aku pikir kau terlalu paranoid tentang diagnosamu. Jika memang korban sakit seperti yang kau katakan, seharusnya dia menolak sampai akhir. Aku yakin, kemarin itu dia hanya masih dalam keterkejutannya sehingga tidak bisa memberikan keterangan apapun. Sekarang dia sudah sadar dan ingin penculiknya dihukum seberat-beratnya. Untuk apa pula kita diam saja?” Pak Polisi Han menjelaskan.

Dr. Kim mencoba menjelaskan sekali lagi, tapi hasilnya gagal. Ia pun hanya menatap dengan kering. Tentu saja karena kalah debat.

“Apa... terdakwa sudah mengakui tuduhannya?” tanyanya ragu. Kebetulan ia masih belum dapat informasi hasil dari interogasi dan tidak sempat datang di persidangan Won Woo yang pertama.

“Anehnya... terdakwa menolak semua tuduhan.” Pak Polisi Han tampak menimang sesuatu dalam benaknya.

"Apa?" Dr. Kim mengerutkan kening.

"Tapi kau tenang saja, pihak kepolisian sudah mengumpulkan cukup bukti untuk bisa sampai menjebloskan dia ke penjara. Apalagi sekarang korban sudah mau jadi saksi, ini bisa jadi nilai tambah," sambung Pak Polisi Han cepat-cepat.

“Kau bilang, terdakwa menolak semua tuduhan?” Dr. Kim mengulang karena ada sebuah pertentangan dalam kalimat itu.

Karena sindrom yang diderita Min Hee, gadis itu seharusnya tetap bungkam untuk memberikan keterangan. Sementara Won Woo yang sudah terkepung oleh banyak bukti, seharusnya menyerah dan mengakui tuduhan. Itu adalah praduganya sejak awal. Tapi ternyata tebakannya berbanding terbalik dengan kenyataan. Min Hee malah bersedia menjadi saksi, dan Won Woo malah menolak setiap tuduhan. Ternyata ini semakin rumit dari yang ia bayangkan.

“Tapi kenapa dia menolak tuduhannya?” tanya Dr. Kim tak mengerti. Seperti yang dijelaskan Pak Polisi Han tadi, bahwa terdakwa sudah tidak bisa menghindar dari tuduhan dengan semua bukti yang terkumpul, lantas alasan apa yang membuat terdakwa berani menolak tuduhan?

“Itulah yang membuat kami heran,” kata Pak Polisi Han. “Tapi kami sudah mempersiapkan semuanya untuk persidangan kedua, bukti, saksi. Ini akan menjadi persidangan yang menarik.”

“Kacau. Persidangan yang kacau tepatnya.”

“Kau punya dendam padaku?”

“Jujur saja aku tidak begitu suka caramu menangani kasus. Menginterogasi korban mati-matian, menyiksa terdakwa untuk mengakui tuduhan...”

“Dengar! Dia sudah mempermainkanku selama interogasi dan sekarang dia bilang menolak semua tuduhan? Cih...Aku akan memastikan bedebah itu menerima hukumannya. Satu hal lagi, aku juga akan tetap mengirim Min Hee ke persidangan, jadi sebaiknya kau tidak perlu repot-repot membujukku.”

Dr. Kim diam saja, tak begitu mendengarkan perkataan laki-laki berseragam polisi di depannya. Bagaimana jika Won Woo benar dan salah pada saat yang bersamaan, dan Min Hee bohong dan jujur pada saat yang bersamaan, itulah yang sedang dipikirkannya saat ini. Ia memang sudah menaruh curiga kalau Won Woo bisa saja tidak pernah memperkosa Min Hee.

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang