Part 20

2.4K 329 34
                                    

Min Hee turun dari ranjang rumah sakit lalu berjalan menghampiri jendela ruang inapnya, menatap ke arah luar dan menikmati apa yang disuguhkan di sana.

Sudah satu bulan Min Hee menghabiskan waktu di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya seperti semula. Walau ia sendiri tidak benar-benar yakin apa yang tengah disembuhkan dokter darinya, karena ia merasa sudah tidak sakit lagi.

Lebam-lebam di tubuhnya sudah memudar dan ia sudah bisa melakukan banyak hal sendiri. Bayangan menyakitkan selama penculikan pun sudah menghilang dari mimpi-mimpinya.

Satu hal yang masih mengusik hatinya adalah kerinduan terhadap sosok Won Woo, dan sebuah pertemuanlah yang hanya bisa mengakhiri keresahan itu.

Ia tidak mengerti kenapa orang-orang masih terus bersikukuh memisahkannya dengan Won Woo, padahal ia sudah bilang berulang kali kalau ia baik-baik saja.

Min Hee sama sekali tidak melupakan fakta bahwa Won Woo telah menjahatinya di awal penculikan, tapi ia tidak bisa membenci laki-laki itu sebagaimana mestinya. Sejak Won Woo memutuskan untuk tidak membunuhnya, ia tahu Won Woo adalah sahabatnya. Ia juga bisa merasakan lewat tatapan hangat Won Woo bahwa hati terdalam laki-laki itu tak pernah berniat menyakitinya sedikit pun.

Tiba-tiba sebuah ketukan pintu mengacaukan lamunan panjangnya. Ia menoleh dan menunggu seseorang muncul di balik pintu ruangan dengan was was. Pasalnya, selama satu bulan penuh polisi tidak pernah absen menemuinya untuk membujuknya agar jadi saksi di persidangan Won Woo.

Seharusnya mereka tidak perlu bekerja sekeras ini, karena hari ke tiga puluh pun bukan hari keberuntungan mereka, pikir Min Hee.

Tapi seseorang yang datang itu ternyata adalah Soon Young, bukan polisi seperti dugaanya. Tidak mengherankan karena Soon Young juga sering mengunjunginya di rumah sakit. Ia mencoba memberikan senyuman untuk menyambut kedatangan temannya itu.

"Kau datang lagi?" tanya Min Hee.

"Tahan rasa senangmu, Nona cantik!" canda Soon Young sembari mengikis jarak antara dirinya dengan gadis yang memakai baju pasien di depannya.

Soon Young memberikan seikat bunga yang dibawanya untuk Min Hee.

"Kau tahu, bunga ini lebih berguna dibanding obat yang diberikan dokter," ucap Min Hee menerima bunga itu.

Soon Young tersenyum mendengarnya. "Aku tahu. Setiap wanita yang kuberi bunga biasa bilang begitu. Kalau aku jauh lebih baik dari yang lain."

Min Hee menahan senyumnya. "Jadi aku bukan satu-satunya?"

"Aku bisa membuatmu jadi satu-satunya kalau kau mau," tantang Soon Young. Tapi mereka tahu bahwa mereka hanya sedang menggoda satu sama lain, bukan untuk mengubah sesuatu.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Aku sudah muak ada di sini." Min Hee melemaskan bahunya. "Aku sudah sembuh, Soon Young-ah. Bisakah kau memberi tahu mereka?" katanya dengan nada kesal yang ditahan.

"Kuyakin mereka pasti punya alasan yang tidak kita pahami." Soon Young mengomentari.

Min Hee menghela napas berat. "Polisi juga. Mereka tidak henti-hentinya datang dan memaksaku untuk melakukan hal yang tidak mau aku lakukan," ucap Min Hee lagi, masih dengan nada kesal.

"Aku lebih tidak mengerti kenapa kau tidak mau memberikan keterangan sedikit pun pada polisi. Kau tahu, itu bisa mempercepat kasusnya," kata Soon Young serius.

Soon Young tidak tahu menahu mengenai sindrom yang diderita Min Hee, yang laki-laki itu tahu yaitu Penuntut Umum tidak hanya menggugat terdakwa atas tuduhan penculikan Min Hee saja, tapi pemerkosaan juga.

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang