Part 15

3.4K 348 1
                                    

Bo Hyuk sedang mengerjakan tugas sekolah di ruangannya. Tiba-tiba pintu terbuka dari arah luar dengan kasar. "Dimana kakakmu?" tanya laki-laki paruh baya yang muncul di balik pintu.

Bo Hyuk langsung gemetar ketika mendapati kedatangan ayahnya. Ia bungkam - tidak ada satu kata pun yang mau keluar dari mulutnya. Padahal ia tahu betul, kalau pertanyaan ayahnya harus segera terjawab dalam jangka waktu dekat.

"Apa dia ada di ruang bawah tanah?" tanya ayahnya lagi.

"Er... dia sedang keluar." Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Bo Hyuk memilih untuk berbohong pada ayahnya. Bisa dibilang keputusan yang amat nekat. Karena jika sampai ketahuan, akibatnya bisa fatal.

Tuan Jeon berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu. "Apa kakakmu sudah membereskan gadis itu?" tanyanya serius.

"Membereskan bagaimana?" tanya Bo Hyuk kebingungan.

"Dia tidak memberi tahumu rupanya. Kalau dia harus membunuh gadis itu," ucap ayahnya lagi.

Bo Hyuk terperanjat dan tidak sanggup menatap ayahnya lagi. Dari berbagai jawaban keji yang bisa ia pikirkan, ia tidak mengharapkan bahwa pembunuhan adalah jawabannya.

"Suruh dia menemuiku jika urusannya sudah selesai!" Tuan Jeon memberi amanat. Sedangkan Bo Hyuk tetap bergeming dalam rasa takutnya sendiri, membayangkan kakaknya jadi seorang pembunuh.

***

Won Woo membuka mata saat merasakan tangan kanannya mulai menjerit minta tolong dari beban yang menimpanya, ia mendapati kalau beban itu berasal dari kepala Min Hee yang bersandar di bahunya hampir semalaman.

Beruntung sekali mereka, karena sofa itu dapat menampung tubuh mereka berdua.

Dengan sangat perlahan, Won Woo membebaskan tangannya. Tapi ternyata pergerakan kecil itu tetap membuat Min Hee menggeliat kecil mencari posisi lain yang nyaman, sampai Won Woo harus menahan napasnya terlebih dahulu karena tidak berniat mengganggu tidur gadis itu yang pulas. Ia yakin kalau gadis itu kurang tidur selama beberapa hari terakhir.

Won Woo membetulkan letak mantel Min Hee di tubuh gadis itu yang hampir bugil. Walaupun ruangan itu sempat memanas karena aktivitas mereka yang melelahkan malam tadi, kini temperaturnya sudah menurun drastis kembali. Ia tidak mengizinkan Min Hee sakit setelah ini.

Giginya mulai bergemeletuk karena dingin, ia pun segera berpakaian lagi. Setelah kesadarannya terkumpul betul, ia pergi meninggalkan Min Hee.

Won Woo melewati lorong gelap yang sunyi itu dengan santai, memilih beberapa belokan sampai mencapai anak tangga. Di bagian atas tangga ia mendorong papan kayu setinggi tubuhnya sampai sebersit cahaya menyambut kemunculannya.

Pintu kayu itu membawa dirinya langsung ke kamar pribadinya. Ia menutup kembali pintu itu, yang ternyata memiliki cermin di bagian depannya.

Saat membuka pintu cermin, ia langsung disambut oleh sosok Bo Hyuk yang terlihat resah.

"Kau ada di ruang bawah tanah semalaman?" tanyanya.

Entah kenapa, pertanyaan mudah itu tidak bisa langsung dijawab oleh Won Woo. Ia malah merasa sedang dicurigai oleh adiknya.

"Aku ketiduran." Won Woo menjawab sambil berharap dalam hati kalau adiknya mau percaya.

"Ketiduran?" Bo Hyuk terlihat mengerutkan dahi tak terpuaskan dengan jawaban itu. "Ketiduran dan gadis itu hanya diam saja melihatmu ketiduran?" Menurut Bo Hyuk, jawaban kakaknya itu terdengar tak masuk akal.

"Ayah menyuruhmu menemuinya setelah kau membereskan urusanmu," ucap Bo Hyuk saat teringat pesan ayahnya.

Sebuah kecemasan pun muncul menggantikan ekspresi datar di wajah Won Woo. Menurut pengalaman pribadinya, pertemuan dengan ayahnya bukanlah sesuatu yang bagus.

"Kau... sudah membereskannya?" Bo Hyuk bertanya dengan gentar.

Pertanyaan Bo Hyuk itu bisa dibilang singkat dan ambigu, tapi Won Woo mengetahui dengan sendirinya kemana pertanyaan itu diarahkan.

"Belum. Tidak akan." Won Woo menggeleng.

Bo Hyuk merasa sangat lega saat mendengarnya. "Tapi bagaimana dengan ayah?"

"Aku akan memikirkan cara lain." Won Woo menjawabnya seolah itu adalah hal yang biasa saja, padahal dadanya bergetar hebat menahan kekalutan yang semakin membuncah di setiap gerakan jarum jam.

"Kau harus cepat mendapatkan caranya," ucap Bo Hyuk tak sabaran.

"Aku mungkin akan melepaskan Min Hee." Won Woo bercerita.

Bo Hyuk membelalakan matanya. "Kau gila?" bentaknya. "Kalau kau melepaskan gadis itu, sama saja dengan kau menyerahkan diri pada pihak kepolisian."

"Mungkin," kata Won Woo pasrah. "Atau aku bisa saja membujuk Min Hee agar tidak melaporkanku," kata Won Woo, yang sepertinya setengah kewarasannya sudah hilang sejak pertemuannya dengan polisi tempo hari.

Sebenarnya Won Woo mulai terpikirkan untuk menyerahkan diri pada pihak polisi atas penculikan Min Hee. Ia mungkin akan dipenjara selama satu atau dua tahun, atau bisa saja lebih dari itu. Tidak apa-apa.

Hanya saja ada satu hal yang membuatnya ragu untuk mengambil rencana ini, yaitu Bo Hyuk. Ia tidak bisa membayangkan Bo Hyuk yang dikuasai oleh ayahnya jika ia mendekam di penjara nanti.

"Hyung! Sejak kapan korban mau bekerja sama dengan penculiknya?" Bo Hyuk meremehkan ide konyol kakaknya itu.

Won Woo langsung menatap serius. "Jadi menurutmu, sebaiknya aku membunuhnya saja?"

"Tidak juga."

"Bisa saja kan Min Hee mau melakukannya untukku."

Bo Hyuk menggeleng tak percaya. Menurutnya, tidak ada satu pun alasan bagi Min Hee untuk sudi membantu kakaknya yang sudah menculik dan bahkan menyiksanya selama beberapa hari terakhir. Meski begitu, ia sedikit berharap bahwa hipotesis konyol kakaknya mampu diuji kebenarannya.

"Hyung," panggil Bo Hyuk. "Saat aku pulang sekolah, aku menemukan ini di jalan." Ia menyerahkan selebaran orang hilang dimana potret Min Hee tercetak di atasnya.

"Sepertinya, kasus ini semakin rumit saja." Bo Hyuk mengomentari. "Aku juga melihat bebarapa mobil polisi sempat berpatroli di sekitaran sini."

Won Woo tertegun melihat selebaran itu. Karenanya, sebuah rasa penyesalan menerobos masuk ke dalam ulu hatinya. Mungkin... mungkin apa yang terjadi semalam itu seharusnya tidak pernah ada, pikirnya.

Won Woo pun mencoba membenahi pikirannya lagi, bahwa hubungan dirinya dengan Min Hee tidak boleh lebih dari seorang penculik dan sanderanya. Ia setuju kalau itu adalah hubungan yang paling cocok untuk mereka.

Won Woo menghela napas beratnya sebelum menanggapi ucapan adiknya tadi. "Aku ingin memastikan sekali lagi padamu, kalau kau tidak ada kaitannya dengan semua ini."

Bohong sekali jika ia tidak melihat ada gurat kekecewaan dalam wajah Bo Hyuk, tapi kali ini tidak ada argumen seperti kemarin.

Mudah-mudahan Bo Hyuk bisa mengerti niat baiknya, harap Won Woo dalam geming.

Sekarang ini yang perlu ia pedulikan adalah langkah selanjutnya yang akan ia ambil.

***

TBC

SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang