Jimin membenarkan letak tuxedo hitam yang dikenakannya lalu menatap pantulan dirinya dicermin besar dihadapanya. Dihitung beberapa menit dari sekarang statusnya akan berubah. Bukan hanya statusnya saja, mungkin juga kehidupanya. Jika kemarin Jimin hanya akan mengurusi dirinya sendiri maka mulai besok ia memiliki tanggung jawab pada seorang perempuan yang akan menjadi istrinya.
"Apa yang kau pikirkan nak?" suara lembut itu membuat Jimin yang bergelut dengan pikiranya seketika menoleh dan mendapati calon ibu mertuanya berdiri daimbang pintu dengan penampilan anggun dan senyum yang hangat.
"Aku tidak memikirkan apapun, Ma." Jimin tersenyum. Wanita itu mendekat lalu duduk di hadapan Jimin.
"Mama titip Seulgi padamu ya, dia anak satu-satunya yang mama punya." ucap Sieun dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya yang mulai menua. "Seulgi itu manja." penglihatannya tampak menerawang jauh. "Seulgi tidak kuat dengan alkohol dan sangat suka makanan pedas, dia juga mudah sekali lelah." Sieun menjeda kalimatnya lalu menatap Jimin yang masih memperhatikan. "Dan mulai hari ini, apa yang dulu mama lakukan harus kau lakukan." ucap Sieun dengan tangan yang terus mengusap surai Jimin.
"Maksud Mama?" tanya Jimin yang sama sekali tak mengerti maksud calon ibu mertuanya itu.
"Iya. Kau yang akan mengantikan tugas mama mulai sekarang. Jika dulu Seulgi menangis pada mama maka sekarang kau yang harus menjadi penenangnya." jelasnya yang membuat Jimin tanpa sadar mengangguk.
"Seulgi mempunyai pola makan yang tidak teratur, dan jika mama menasihati, Seulgi selalu menjawab akan minum vitamin. Kau harus mampu mengubah kebiasaan Seulgi yang sedikit buruk. Mama percayakan Seulgi padamu." Sieun mengecup surai Jimin. "Pemberkatan akan dimulai lima menit lagi jadi bersiaplah." lanjutnya lalu menutup pintu, meninggalkan Jimin yang kembali bergelut dengan pikirannya mengenai Seulgi.
***
Seulgi mendudukan dirinya dikursi. Kakinya terasa pegal dan tubuhnya terasa berat. Setelah pemberkatan digereja yang dihadiri oleh orang-orang terdekat, acara dilanjutkan disebuah ballroom hotel yang dihadiri ratusan tamu undangan yang mampu membuat Seulgi berdiri lebih dari dua jam untuk menyambut para tamu. Kursi tamu banyak yang kosong karena acara sudah selesai sekitar satu jam yang lalu namun masih terdapat beberapa orang-orang yang masih betah menetap, entah apa yang mereka lakukan.
Wendy datang dengan senyum merekah. Ditanganya terdapat sebuket bunga pengantin yang dilempar asal Seulgi karena permintaan para tamu. "Akhirnya kau menikah." teriaknya lalu memeluk tubuh Seulgi. "Aku jadi tidak sabar menyusulmu" kekehnya semakin mengeratkan pelukanya pada tubuh Seulgi dan tentu saja pada bungga digengamanya.
"Iya cepatlah menyusul" balas Seulgi mengurai pelukanya.
"Aku sungguh tak menyangka jika Jimin yang kau maksud tempo hari itu Jimin teman Suga" ucap Wendy yang hanya dibalas deheman oleh Seulgi.
"Maaf aku harus pulang sekarang. Aku harus menjemput orangtuaku dibandara" pamitnya lalu memeluk Seulgi sekali lagi.
"Sampaikan salamku untuk bibi dan paman" ucap Seulgi melambaikan tangannya sebelum Wendy benar-benar pergi.
Seulgi kembali menyadarkan punggung kekursi. Ia menghela nafas lalu memanggil pelayan untuk mengambilkannya minuman. Sembari menunggu pelayan yang sedang mengambil minumanya Seulgi menyeka keringat dipelipisnya mengunakan tissue.
"Ini nona" ucap sang pelayan sembari memberikan segelas orange juice pada Seulgi.
"Terima kasih" ucap Seulgi lalu meminumnya, sang pelayam memgangguk lalu kembali bekerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fiksi Penggemar#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...