Mata Seulgi sepenuhnya terpejam sejak laki-laki itu, Jimin, membawanya pulang keapartemen. Guratan lelah tercetak diwajah tampanya. Jimin menarik selimut lalu beranjak dari ranjang. Tanganya mengambil laptop dan tablet dimeja, terpaksa menyelesaikan pekerjaanya diapartemen karena harus mengawasi Seulgi.
Jimin melirik Seulgi sekilas lalu memfokuskan matanya pada layar laptop. Pekerjaan yang secepatnya harus diselesaikan ini terasa semakin menyusahkan. Kertas-kertas berserakan disemua sisi meja. Hari sudah semakin sore namun Jimin belum juga mengakhiri pekerjaanya.
Dering panggilan dimeja membuat Jimin mengambil benda persegi itu dan segera menekan tombol hijau disana.
"Ada apa?" Tanya Jimin to the point.
"Presdir. Ada masalah dikantor" suara disana terdengar panik.
"Masalah apa?"
"Perusahaan departemen sebelah telah meluncurkan produk yang sama dengan desain produk yang akan kita keluarkan akhir tahun nanti. Bahkan harganya lebih murah dari harga yang kita standarkan" ucapan Jisoo semakin membuat kepala Jimin berdenyut.
"Bagaimana itu bisa terjadi" Jimin mengacak surainya frustasi.
"Kami tidak tau. Semua dikejutkan dengan itu sore ini. Bagimana ini Presdir"
"Aku akan kekator. Adakan meeting tigapuluh menit lagi" ucap Jimin lalu memutuskan panggilanya.
"Sial!" rutuknya lalu mengemasi dokumen-dokumen yang berceceran dimeja dan lantai. Jimin mengambil jasnya lalu memakainya. Dirinya harus bergerak cepat.
Kakinya terayun untuk segera pergi, tetapi melihat Seulgi yang masih tertidur diranjangnya membuat kakinya berhenti melangkah. Jimin memandang sekejab lalu melanjutkan langkahnya.
"Aku percaya padamu" ucapnya sebelum hilang dibalik pintu.
***
Sejak dua puluh menit yang lalu membuka mata, Seulgi tak beranjak sedikitpun dari sana. Tubuhnya seolah terpaku pada tempat empuk itu. Matanya terasa pedas karena terlalu banyak menagis. Dan dimana Jimin, dia sudah berjanji akan menemaninya diapartemen.
"Kau menipuku lagi" ucap Seulgi entah pada siapa.
Seulgi mengambil handpone dinakas dan melihat ada beberapa notifikasi panggilan dari Sieun. Rasa kecewa itu kembali datang. Cairan itu sudah bersemayam di pelupuk Seulgi, siap menetes kapan saja. Jari tanganya menyentuh kontak sang Mama, terhubung.
"Kenapa menelfonku Seulgi" suara disana terdengar tak lama.
"Kenapa mama memutuskan kontrak ku dengan agensi" tanya Seulgi dengan suara bergetar.
"Oh itu. Memang beberapa hari yang lalu mama ke Korea untuk mengambil benerapa barang penting dirumah. Tapi Jimin bilang kau sedang hamil. Karena tak ingin kadunganmu bermasalah, mama memutuskan kontrak dengan agensimu" Suara Sieun benar-benar tenang, seolah baru saja tak melakukan sebuah kesalahan.
"Kenapa tidak meminta persetujuanku"
"Mama tau sebagian kehidupanmu ada disana, jadi terasa sia-sia jika mama bertanya padamu. Jawbanmu pasti tid.."
"Jika mama tau jawabanku tidak mengapa Mama masih melakukan itu" Seulgi terlebih dahulu memotong, air matanya sudah meluruh. "Itu mimpiku, ma"
"Sejak dulu mama tidak pernah suka kau menjadi model, mama lebih suka kau menjadi seorang dokter"
Seulgi tak membalas. Dirinya melempar handponenya kelantai. Tangisnya benar-benar pecah. Bagaimana mungkin seseorang yang selalu ia anggap sebagai malaikat kini berubah menjadi sosok antagonis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...