9. Little angel

3.9K 428 5
                                        

Seulgi menerjapkan matanya perlahan, rasa hangat dari pelukan Jimin membuatnya kembali memejamkan matanya, apalagi rasa pusing yang sejak kemarin menyerang kepalanya seolah mendukungnya untuk melakukan hal itu.

Tring...

Suara dering handpone yang tak berkesudahan membuat tidur Jimin terusik. Jimin melepaskan pelukanya pada tubuh Seulgi kemudian menyelimutinya dengan selimut yang tersingkap kebawah dan mengambil hanphonenya diatas nakas.

"Hallo?" Ucap Jimin lalu menguap. Tepat setelah itu panggilan terputus, disusul pesan singkat dari Jungkook yang menyatakan salah sambung. Sialan.

Jimin meletakan handponenya dinakas lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah itu dirinya berjalan menuju dapur. Perutnya sangat lapar. Jimin membuka etalase dan menemukan beberapa bungkus ramyeun. Tanpa pikir panjang ia mengambil makanan instan itu dan memasaknya.

Aroma segar dari kuah ramyeun membuat Jimin ingin sekali cepat memakanya. Dirinya mematikan kompor kemudian membawa ramyun panasnya ke meja makan.

Suara sruputan mie yang dihasilkan laki-laki itu terdengar nikmat, bahkan hingga dirinya menghabiskannya tanpa sisa. Jimin mencuci panci yang tadi ia gunakan lalu bergegas kekamar untuk bersiap kekantor.

"Kenapa dia belum bangun" ucap Jimin pada dirinya sendiri, Jimin mendekat kearah ranjang lalu menepuk pelan pipi Seulgi. Hangat. Apa dia sakit.

"Seul, kau tidak bangun" Jimin masih gencar menepuk pipi Seulgi yang perlahan-lahan membuka matanya.

"Jimin. Jangan mengangguku" ucapnya lalu menarik selimut hingga memutupi kepala.

"Ini sudah pagi" balas Jimin melirik jam dinakas, 06.05 KST.

"Aku pusing Jim, perutku tidak nyaman. Aku ingin tidur. Kau pergi kekantor saja sana!" ucap Seulgi mendorong Jimin menjauh hingga laki-laki itu hampir jatuh jika tak bisa menahan berat tubuhnya dengan tangan.

Jimin tak membalas lalu berjalan memutari ranjang dan mengambil handponenya, lalu menghubungi dokter pribadinya, dokter Lee untuk datang keapartemen, lalu jarinya beralih mengetuk kontak Woojin dan menyuruhnya untuk membawakan makanan keapartemen.

Laki-laki Busan itu mengambil duduk disebelah Seulgi lalu meletakkan punggung tanganya kedahi perempuan itu. Panas, tak salah jika ia memanggil dokter kemari. Suara bel dari arah luar membuat Jimin membawa langkahnya kesana. Woojin berdiri disana dengan beberapa paper bag ditanganya.

"Selamat pagi, Presdir" ucapnya lalu menunduk memberi hormat pada atasanya itu.

"Kau cepat sekali, padahal aku baru beberapa menit yang lalu menghubungimu" balas Jimin lalu mengajak Woojin masuk.

"Aku sedang berada disekitar sini tadi" ucapnya yang diangguki Jimin.

"Kau sudah makan?" Tanya Jimin yang diberi anggukan oleh Woojin.

"Presdir, hari ini kita akan adakan rapat dengan Rebert Corp untuk membahas kelanjutan projek exide dan masalah pembangunan diJeju dengan Yeonghwa Corp" ucap Woojin yang membuat Jimin menyugar rambutnya frustasi.

"Tapi Seulgi sedang sakit, apa rapatnya tidak bisa diundur saja" tanya Jimin yang mendapat gelengan dari Woojin.

"Besok, CEO Rebert Corp akan melakukan penerbangan ke Amerika dan Kanada. Sementara CEO Yeonghwa Corp akan melakukan survei di Jepang" jelas Woojin yang membuat Jimin mengangguk.

"Baikah kita hadiri rapat itu" ucap Jimin disusul suara bel dari pintu depan.

Woojin berdiri lalu menekan beberapa digit angka sensor hingga pintu yang terbuat dari besi itu terbuka. Wanita paruh baya cantik yang berprofesi sebagai dokter itu tersenyum, sebelum dipersilahakn masuk.

Eau De Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang