Perlahan Seulgi membuka matanya. Ia mengeliat pelan lalu menyibakkan selimut baby blue itu. Matanya membelak ketika mendapati tubuhnya tak memakai gaun menjuntai yang kemarin dikenakanya, melainkan piyama berlengan panjang yang cukup nyaman untuk dipakai.
Pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi pikiran Seulgi yang sudah berkelana kemana-mana. Ia menatap sekeliling dan menemukan Jimin tertidur dikarpet dengan kepala bersandar dimeja. Seulgi beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya. Setelah selesai ia berjalan menuju dapur untuk memasak, perutnya sangat lapar.
Seulgi memakai celemek lalu mengeluarkan semua bahan yang ada didalam kulkas, mulai dari sayur-sayuran hingga daging ayam kemasan. Seulgi mencucinya lalu merebus air untuk membuat sayur, kompor satunya lagi Seulgi gunakan untuk mengoreng ayam yang sudah ia rendam dengan bumbu instan. Setelah sayur matang Seulgi meletakannya dipiring dan disajikan dimeja makan bersama nasi, ayam, buah dan susu yang ia ambil dari kulkas.
Seulgi mencuci tanganya lalu mengambil piring dan mulai memakan masakanya, rasanya memang tak seenak buatan Mamanya namun ini cukup mengatasi rasa lapar diperutnya yang belum terisi sejak kemarin. Tak lama kursi didepan Seulgi berdecit. Seulgi mendongak dan mendapati Jimin duduk dihadapanya dengan wajah bantal.
"Kau yang memasak?" tanya Jimin yang langsung mendapat delikan dari Seulgi.
"Siapa lagi memangnya"
Jimin tak membalas, laki-laki itu mengambil sayur yang Seulgi masak lalu meletakanya dipiring yang sudah terisi nasi dan ayam. Jimin mengaduk makananya lalu memasukkan kedalam mulutnya. Rasanya tidak terlalu buruk untuk ukuran supermodel seperti Seulgi. Tanpa berkomentar panjang Jimin kembali melanjutkan sarapanya.
"Eum... Jim" Seulgi mendadak gugup, ia ingin menayakan perihal gaunnya yang berganti menjadi piyama yang kini masih dipakainya. "Apa kau yang semalam menganti bajuku" tanya Seulgi hati-hati.
"Hmm"
Pipi Seulgi memerah tanpa sebab. "Kenapa kau melakukanya?"
Jimin kembali menyuapkan makanan kedalam mulutnya, mengunyahnya pelan lalu meminum meminum susunya. "Karena aku peduli padamu" Jimin bangkit dari duduknya lalu pergi menuju kamar untuk bersiap menuju kantor.
"Menyebalkan. Apa aku juga harus mebereskan piring kotor ini. Heol, dia pikir dia itu siapa?" desis Seulgi dengan mulut mendumel kesal namun tetap mengambil sisa piring kotor dimeja lalu membawanya ke wastafel dapur.
Baru saja Seulgi mendudukkan dirinya disofa, ponselnya berbunyi dari dalam kamar. Seulgi memutar bola matanya malas, untuk apa menelfon dipagi buta seperti ini. Namun ketika dirinya sampai kamar dan melihat sang penelfon senyumnya langsung mengembang.
"Mama aku merindukanmu" sapa Seulgi lalu duduk disofa kamar.
"Mama juga merinduaknmu. Bagaimana kabarmu, Jimin bilang kemarin kau pingsan?"
"Aku baik-baik saja, mungkin aku hanya kelelahan"
"Istirahat yang banyak" jeda, "Mama akan ke Jepang besok, mama akan merawat Bibi Han disana"
"Kenapa mendadak sekali, disana kan sudah ada Sana yang merawat" Seulgi memainkan ujung piamanya dengan jari.
"Sana punya kehidupannya sendiri, dia tidak mungkin menghabiskan masa mudanya dengan merawat bibi Han yang sakit-sakitan. Mama ingin Sana kembali kuliah dan meraih cita-citanya. Kalaupun mama tetap di Korea, mama juga akan tinggal sendiri. Maka daㅡ"
Belum tuntas Sieun menjelaskan Seulgi sudah memotong, "aku akan tinggal dengan mama,"
"Mama tidak setuju, lagipula mama sudah memesan tiket. Seul, kau itu sudah berumah tangga, tidak selamanya kau bergantung pada mama"
![](https://img.wattpad.com/cover/173643067-288-k376573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...