Jimin mengesek kartu hingga pintu apartemen terbuka. Disana, disofa dekat TV, Seulgi menyandarkan punggungnya dengan tangan mengengam handpone. Sesekali ia tersenyum entah apa yang dia lihat.
Jimin mengabaikan itu dan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Tanganya bergerak memindahkan beberapa barang dikantong belanjaan kedalam lemari. Lalu, dirinya berbalik untuk mengambil piring dilemari.
"Dimana jjajangmyeon ku?" Suara itu hampir membuat Jimin menjatuhkan piring yang dibawanya karena terkejut.
Jimin tidak menjawab namun menuangkan jjajangmyeon dibungkus sterofoam putih kepiring lebar dihadapanya yang langsung diambil Seulgi.
"Kau memang pengertian. Aku sangat lapar sejak tadi" ucap Seulgi lalu mengaduk jjajangmyeon dipiring sebelum melahapnya.
Jimin tak ingin membalas, dirinya mendudukan diri didepan Seulgi dengan segelas susu yang ia letakan dihadapannya.
Seulgi mengernyitkan dahi heran, "aku tidak pernah tau kau mengonsumsi susu" ucap Seulgi sebelum memasukan gulungan mie dengan bumbu hitam itu kemulutnya.
"Ini susu untukmu" balas Jimin mengeser susu itu kehadapan Seulgi.
"Aku tidak suka susu"
"Ini akan baik untuk sesuatu yang ada diperutmu" ucap Jimin terdengar ambigu.
Seulgi tertawa hingga matanya tinggal segaris, "oh, maksudmu susu ini bagus untuk ususku?" Tanya Seulgi lalu kembali tertawa.
Jimin membuang nafasnya lalu menatap Seulgi yang masih tertawa. "Bukan ususmu yang ku maksud, tetapi sesuatu yang tumbuh dirahim mu" lanjut Jimin yang mampu membuat tawa Seulgi seketika mereda.
Perempuan dua puluh lima tahun itu menatap tak percaya kearah laki-laki berjas rapi dihadapanya. Bahkan jjajangmyeon dihadapanya tak lagi terlihat lezat untuk disantap.
"Apa kau bilang" Seulgi menjeda kalimatnya, "maksudmu aku hamil" lanjutnya lirih.
"Bahkan Mama dan Eomma sudah mengetahui hal itu" balas Jimin lalu mengambil tablet disampingnya.
"Tidak. Aku tidak mau hamil sekarang!" Ucap Seulgi lalu menatap Jimin nyalang. "Bodoh! Kenapa kau tidak gunakan pengaman saat itu. Dia bisa menghancurkan karirku" lanjutnya lalu memukul area perutnya yang masih rata.
"Hentikan itu, Seul" ucap Jimin lalu mendekati Seulgi dan menarik kedua tangan itu karena bisa saja melukai sang jabang bayi yang masih rentan.
"Lepaskan aku" Seulgi menghempas tangan Jimin namun gagal, dirinya melupakan kodrat bahwa laki-laki itu lebih kuat darinya. "Aku harus singkirkan dia" lanjutnya setengah berteriak.
Jimin melepas cekalanya. "Apa uang dariku kurang untukmu. Apa barang yang kuberi kurang mewah untukmu. Apa kehidupan modelmu itu segalanya untukmu" lanjutnya begitu dingin hingga mampu meluluhkan air mata dipelupuk Seulgi.
"Hentikan!" Seulgi menghempas apapun yang ada dimeja makan hingga menimbulkan bunyi nyaring yang memekikan. Pecahan kaca berserakan disana hingga menimbulkan luka ditanganya.
"Terserah apa yang kau mau. Kuharap saat aku kembali, kau bukanlah Seulgi yang egois lagi" Jimin meninggalakan Seulgi yang tertunduk ditempatnya dengan mata yang tak henti-hentinya mengeluarlan kristal bening.
"Aaarrgghh..." Jimin memukul dinding pembatas hingga tanganya memerah. Ternyata menjalani pernikahan tak semudah yang ia bayangkan. Tanganya mengambil handpone disaku lalu menghubungi kontak seseorang.
"Datanglah keapartemen dan tenangkan Seulgi" ucapnya terdengar putus asa.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...