Seulgi benar-benar menepati ucapanya untuk tidak pulang. Ini sudah hampir dua jam sejak Jimin menginjakan kaki diapartemenya. Namun penampakan perempuan berambut panjang itu belum juga muncul. Dirinya sudah menelfon Wendy yang ia tau merupakan teman dekat Seulgi, namun perempuan kekasih Suga itu menjawab bahwa ia tak tau keberadaan Seulgi. Wendy hanya membantu menduga-duga dimana Seulgi sekarang.
"Dimana kau sekarang" Jimin mengusak rambutnya frustasi.
Tring...
Dering telpon digengamanya membuat atensi Jimin sedikit teralihkan. Panggilan masuk dari ibu mertuanya kembali membuat hatinya membuncah merasa bersalah.
"Hallo, ma"
"Jim..."
"Maaf, ma. Aku tidak bisa mengantarmu tadi karena aku ada rapat penting" Jimin mendudukan dirinya disofa sembari memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.
"Tidak mengapa, mama mengerti. Oh iya, apa Seulgi baik-baik saja? Mama sangat khawatir karena nomor Seulgi selalu tak aktif saat mama telpon" suara diseberang sana tampak khawatir.
"Oh, Seulgi. Dia baik-baik saja" Jimin berbohong karena dirinya tak ingin mertuanya itu panik dinegeri orang.
"Baiklah sampai nanti. Maaf mama menelponmu malam-malam seperti ini. Kau pasti lelah" diseberang sana terdengar tawa ringan yang begitu melegakan hati.
"Tidak masalah, ma. Sampai nanti" Jimin meletakan handponenya diatas meja ketika panggilan terputus.
Jimin beranjak untuk mengambil jas serta keperluan lain yang mungkin ia butuhkan. Tekatnya bulat untuk mencari Seulgi yang entah kemana. Menurut spekulasi Wendy, Seulgi mungkin ada di salah satu Club dekat agensi yang menaunginya, karena perempuan itu biasanya ada disana.
Jimin mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju lokasi yang dikirim Wendy, hingga lokasi terakhir berhenti disebuah club yang cukup ramai padahal waktu sudah menunjukan pukul 02.45 yang berarti sudah hampir dini hari.
Dengan wajah datar, Jimin masuk kedalam club yang penuh dengan puluhan manusia yang berjoget dibawah lampu diskotik dan jangan lupakan bau rokok dan alkohol yang begitu menyengat. Jimin mengedarkan pandanganya untuk selanjutnya membawa langkah semakin masuk untuk mencari keberadaan Seulgi.
Club ini memiliki tiga lantai, berkat bertanya pada sang bartender yang ternyata adalah sang teman lama, Jimin dapat menebak bahwa Seulgi kemungkinan berada dilantai dua. Perempuan itu tak akan mau jika harus dilantai bawah yang penuh sesak menginggat kepribadiannya yang seorang pemilih. Lantai pertama digunakan untuk diskotik dan bar, sementara dilantai dua adalah kelas VIP dan lantai ketiga adalah kamar yang mungkin disewa untuk sedikit bermain dengan wanita yang disiapkan dic.lub ini.
Jimin menapakan kakinya dilantai dua dimana kebanyakan diisi oleh orang berduit. Keadaan disini hampir sama dengan lantai dibawahnya, yang membedakan hanyalah letak interior yang lebih luas dan rapi serta orang-orang yang menempati. Jimin dapat menangkap siulet Seulgi diantara puluhan orang disini. Kakinya segera bergerak untuk mendekati sang perempuan yang tertunduk lemas dengan laki-laki asing didepanya.
"Seul, apa yang kau lakukan disini"
Jimin berdiri kaku disamping sofa yang diduduki Seulgi. Wajahnya mengeras ketika melihat beberapa botol kosong dimeja. Apalagi keberadaan laki-laki asing dihadapan Seulgi cukup membuat wajahnya hampir meledak.
Seulgi mengangkat wajahnya lalu berdiri untuk kemudian bergelayut memeluk tubuh Jimin. "Jimin, dia berusaha mengajakku tidur" Seulgi menujuk laki-laki asingㅡyang kini menatap tak percaya dengan mulut setengah terbukaㅡdengan telunjuknya yang bergoyang tak terarah. "Aku sudah menolaknya tapi dia memaksaku hingga tanganku merah" ia melepas pelukanya lalu menunjukan ruam merah dipergelangan tanganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...