4 tahun kemudian
Hari ini Jimin berjanji akan pulang lebih awal, namun lagi-lagi ia mengingkari. Ini sudah jam sembilan lebih, tapi Jimin belum juga muncul dari balik pintu.
"Jisung tidur ya, bertemu Papanya besok saja" ucap Seulgi pada sang anak yang masih terjaga. Dirinya benar-benar kesal pada Jimin kali ini.
"Jisung belum mengantuk. Jisung masih mau menunggu Papa" ucapnya menatap sang mama dengan wajah mengemaskan. "Jisung belum bertemu Papa sejak kemarin dan kemarinnya lagi" lanjutnya lalu kembali menyandarkan kepalanya pada dada Seulgi.
Jika sudah begini Seulgi hanya pasrah dengan permintaan sang anak. Sudah dua hari pula dirinya dan sang suami hanya berkomunikasi via telfon karena kesibukan Jimin dikantor yang tak bisa dibantah.
"Awas saja jika kau pulang, kukuliti kau hidup-hidup" desis Seulgi pelan sembari mengelus puncak kepala bocah berpiama biru itu.
Tak lama setelah itu, suara dengkuran halus terdengar. Wajah pulas Jisung saat tidur membuat desiran hangat menjalar dihatinya. Walaupun ada secuil rasa kesal terhadap Jimin yang tega memberi harapan palsu pada sang anak.
Seulgi dengan hati-hati mengangkat tubuh kecil Jisung menuju kamar. Menidurkanya sepelan mungkin agar tidak terbangun. Seulgi menarik selimut lalu mengecup kening Jisung sebelum bergegas keluar.
Berulang kali Seulgi menelfon Jimin namun sama sekali tak ada jawaban. Menyebalkan. Seulgi melempar handponenya keranjang lalu menjatuhkan tubuhnya disana. Ini sudah hampir tengah malam, kemana laki-laki itu.
Suara pintu terbuka membuat Seulgi bangun dari tidurnya. Itu pasti Jimin. Seulgi membuka pintu kamar dan menemukan Jimin dibawah dengan beberapa dokumen arsip ditanganya. Jimin melepas jas ditubuhnya sembari melangkah menaiki tangga menuju kamar, namun Seulgi menghadang dengan wajah garang.
"Dari mana saja? Kau janji ingin pulang lebih awal. Dasar tidak berperasaan. Jisung menunggumu hingga tertidur" Seulgi mulai mengomel menatap Jimin nyalang.
"Maaf. Ada urusan mendesak yang harus segera kuselesaikan" jelasnya dengan wajah sungguh menyiratkan rasa lelah.
"Selalu saja seperti itu. Aku sudah kebal padamu, minta maaf pada Jisung besok" Seulgi mengakhiri omelanya lalu membuka pintu untuk Jimin. Tanpa mempedulikan Jimin Seulgi menyibak selimut bersiap untuk tidur.
"Cepat bersihkan tubuhmu, aku sudah menyiapkan air hangat disana" ucap Seulgi sebelum tenggelam dalam selimut.
Diam-diam Jimin mengulum senyum. Inilah yang disukai Jimin, dibalik sifat Seulgi yang bawel dan suka mengomel, perempuan itu setidaknya masih punya rasa peduli padanya. Meski dibumbui dengan omelan pedas Jimin tetap menerima itu, karna semua ini memang salahnya.
Bukanya melangkah menuju kamar mandi, Jimin malah memutar langkahnya menuju kamar sang anak. Dengan hati-hati, Jimin membuka pintu itu. Disana Jisung sudah pulas dialam mimpinya.
"Maafkan Papa, jagoan" ucapnya mengusap kepala sang anak.
Jimin mengecup kening sang anak lalu beranjak untuk membersihkan diri lalu istirahat. Tubuhnya benar-benar lelah setelah hampir dua hari tidak tidur.
***
"Papa" guncangan pelan dibahu diiringi suara imut itu membuat mata Jimin yang semula tertutup perlahan menjadi terbuka. Dihadapanya, Jisung sudah berdiri dengan senyum merekah.
"I miss you" ucap Jisung lalu menghambur kepelukan sang ayah. Tubuh kecil itu benar-benar merindukan pelukan hangat Jimin.
![](https://img.wattpad.com/cover/173643067-288-k376573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...