Seulgi menerjapkan matanya perlahan, suara gemircik hujan masih terdengar dipendengaranya. Seingat Seulgi, terakhir kali ia berada disofa untuk menunggu Jimin pulang, menapa sekarang dirinya berada diranjang. Apa Jimin yang memindahkanya. Gerakan dibelakang Seulgi seakan menambah keyakinanya bahwa laki-laki itu yang memindahkanya.
Seulgi berbalik dan langsung dihadapkan oleh Jimin yang masih setia memejamkan matanya. Seulgi tersenyum, kekesalanya semalam mendadak hilang entah kemana.
"Jimin bangun" Seulgi menguncang bahu Jimin karena ini sudah pagi.
"Eunghhh... lima menit lagi" Jimin mengumam lalu semakin tenggelam dalam selimut.
"Kau tidak kerja" Seulgi menguncang kembali bahu Jimin.
"Ini masih subuh, Seul. Tidurlah" Jimin membalikkan badan membelakangi Seulgi.
"Hei! Ini sudah jam tujuh" Seulgi menghiraukan Jimin lalu bangkit dari ranjang. Sedikit meregangkan otot membuat tubuhnya terasa nyaman. "Jangan salahakan aku jika kau kesiangan"
Seulgi melesat menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Rasa hangat dari air shower membuat rasa dingin disekitarnya perlahan terkikis. Setelah menyelesaikan ritualnya Seulgi keluar dengan tubuh yang terlihat segar.
"Jimin bangun" Seulgi kesal karena laki-laki itu tak kunjung bangun. Dihitung sudah tiga puluh menit dirinya meninggalakan Jimin, namun laki-laki itu tak kunjung bangun.
"Kau ini berisik sekali" Jimin berucap lalu menarik Seulgi untuk ikut berbaring. Aroma green tea membuat Jimin tak tahan untuk tidak memeluk perempuan itu.
"Kau tidak bekerja" Seulgi sekali lagi berucap.
"Aku baru saja menyelesaikan masalah kantor hingga semalam suntuk. Sekarang aku ingin dirumah untuk istirahat dan menemani istriku di apartmen" balas Jimin semakin mengeratkan pelukanya.
Seulgi hanya diam. Sikap laki-laki itu seolah mengombang-ambing perasaanya. Jimin selalu bersikap hangat padanya, selalu bersikap manis padanya, bahkan tak jarang laki-laki itu memberikanya bunga dan cokelat. Namun apa Jimin mencintainya. Seulgi selalu dibuat pening dengan spekulasi-spekulasi dipikiranya.
"Jim..."
"Hmm" Jimin menjawab tanpa mau melepas pelukanya.
"Aku ingin bertanya"
"Tanyakan saja" balas Jimin.
"Apa kau...mencintaiku" Seulgi dengan ragu-ragu bertanya.
"Tentu saja aku mencintaimu" Jimin menjawab dengan yakin. Ia tak lagi ragu dengan perasaanya. Sekarang dihatinya, hanya ada nama Kang Seulgi, tidak yang lain.
"Kenapa tidak pernah bilang padaku" Seulgi memberanikan diri mendongak untuk melihat ekspresi Jimin.
"Definisi cinta untukmu sangat sempit rupanya" Jimin terkekeh dan itu sukses membuat bibir Seulgi mengerucut.
"Aku serius!" Seulgi mencebik lalu berusaha melepas pelukanya, namun Jimin tetap menahan tubuhnya agar tidak beranjak.
"Cinta tak harus diucapkan. Kau anggap apa selama ini sikap manisku padamu"
"Kupikir kau hanya ingin bayi ini saja" Seulgi mendadak malu karena telah berfikir buruk pada Jimin.
"Mana mungkin itu terjadi. Aku mencintai kalian berdua"
Jimin mendekatkan diri lalu mengecup bibir Seulgi. Hanya sebuah kecupan ringan yang lama-kelamaan menjadi sebuah lumatan lembut yang meneduhkan hati. Kedua mata itu terpejam, menikmati ciuman hangat di dinginya pagi ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/173643067-288-k376573.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...