Sejak dua menit yang lalu, Seulgi enggan beranjak dan memilih mengamati wajah Jimin yang masih terlelap. Tenang dan terlihat pulas. Seulgi sadar dirinya terlalu banyak menyusahkan laki-laki itu. Rasa menyesal seakan mengerogoti dirinya sekarang."Maafkan aku" lirihnya lalu mengusap surai Jimin lembut.
Seulgi tau dirinya mulai merasakan cinta pada laki-laki itu. Sangat tau. Tanpa sadar dirinya sudah bergantung sepenuhnya pada Jimin. Namun apa laki-laki itu juga mencintainya. Apa Jimin hanya ingin bayi yang dikandungnya. Usapanya berhenti tatkala spekulasi-spekulasi itu berteriak dalam pikiranya.
"Kenapa berhenti" Jimin menahan Seulgi yang hendak menarik tanganya.
"Sejak kapan kau bangun" tanya Seulgi gelagapan dalam duduknya.
"Sejak kau mengatakan maafkan aku" jawab Jimin lalu mendekat pada Seulgi. "Rumah di Unvuillage kosong. Kau mau tidak pindah kesana?" Lanjutnya.
"Rumah?" Seulgi bertanya ragu.
"Iya rumah. Rumah pertama yang kubeli" balas Jimin.
"Bagaimana jika pindahnya nanti saja setelah aku melahirkan" ucap Seulgi. "Aku akan kesepian disana" lanjut Seulgi lalu melihat Jimin yang masih tenggelam dalam selimutnya.
"Memang kau tidak merasa sempit tinggal diapartemen?" Tanya Jimin lalu membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Tidak"
Suara bel dari arah luar membuat dua orang itu menoleh, siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini. Seulgi membuka selimut lalu berjalan keluar, tak peduli jika piyama panjang masih melekat ditubuhnya. Dia hanya mencuci wajah, gosok gigi lalu keluar.
Diluar perempuan yang terlihat lebih muda denganya itu berdiri diambang pintu. Senyumnya terpatri ketika melihat Seulgi membuka pintu.
"Ada apa?" tanya Seulgi tersenyum kecil.
"Ah, Maaf. Apa aku menganggu?" Tanyanya sedikit tidak enak.
"Tidak" jawab Seulgi.
"Aku Kim Dahyun. Aku baru pindah apartemen kemarin. Aku ingin memberimu ini sebagai bentuk perkenalan" ucapnya sembari menyodorkan paper bag sedang berwarna coklat.
"Ah terima kasih. Dahyun kau mau masuk" tawar Seulgi mempersilahkan Dahyun masuk.
"Terima kasih tapi anakku sedang rewel dikamar" tolaknya yang mampu membuat mata Seulgi membelak. Anak?
"Kau sudah punya anak?" Tanya Seulgi.
"Iya..." Dahyun tampak binggung ingin memanggil Seulgi apa.
"Seulgi. Kang Seulgi" ucap Seulgi memperkenalkan namanya.
Dahyun tersenyum, "Iya Seulgi aku sudah memiliki satu anak umurnya hampir menginjak tiga tahun" jawabnya.
"Berapa umurmu, kau terlihat lebih muda dariku" tanya Seulgi lagi.
"Umurku baru 24 tahun"
"Dan kau sudah punya anak? Wah kau hebat" puji Seulgi, yang diam-diam bercermin pada dirinya sendiri. Dahyun baru berumur 24 tahun namun sudah mempunyai anak berumur 3 tahun. Sedangkan dirinya berumur 25 tahun, mengetahui hamil saja berencana aborsi. Bodoh.
"Seulgi aku harus kembali, mungkin kita bisa mengobrol lain kali. Permisi" Dahyun tersenyum lalu berbalik kembali menuju apartemenya.
Seulgi masih termenung dipintu. Tanganya perlahan menyentuh area perutnya yang mulai berisi. "Maafkan mama" ucapnya lalu mengusapnya pelan sebelum kembali masuk.
Seulgi meletakan paper bag itu dimeja makan lalu membuka kulkas untuk mencari bahan untuk dimasak. Kosong. Kulkasnya kosong. Bagaimana bisa ini terjadi. Seulgi menutup pintu kulkas lalu berjalan masuk kekamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eau De Perfect
Fanfiction#SeulMin Menikah tanpa dasar cinta tak pernah terlintas sekalipun dibenak Kang Seulgi, perempuan duapuluh tujuh tahun itu bahkan tak pernah tau siapa laki-laki yang dipilihkan sang mama untuknya. Seulgi tak tau apa yang terjadi jika pernikahan itu b...