Tersadar

982 103 8
                                    

Masih sama dalam keadaan yang nyata.

"Eomma, aku bosan." Jisoo menghela nafasnya dengan berat. Dia menatap kosong sebuah apel yang masih terdiam dalam genggamannya.

Sayup sayup,, terasa angin kembali bersemilir.

"Kenapa kau bosan,Jisoo?" Wanita paruh baya itu menatap jeli anaknya. hanya untuk memastikan bahwa dia baik baik saja.

"Aku bosan dengan makanan ini. Bukannya aku tak suka, tapi jika harus setiap saat aku memakannya, aku juga bosan, Eomma." Jisoo mempoutkan bibirnya. Membuat sang ibu tersenyum kecil.

"Sayuran hijau dapat meningkatkan kesehatan jantungmu,Jisoo." Jisoo memejamkan matanya.

Ah,, dia kembali teringat. Dia adalah gadis pengidap gagal jantung sejak usianya masih kecil. Begitu pahit memang. Dia tak boleh terkejut sedikitpun. Karena kondisinya yang sudah cukup parah.

Beberapa tetes cairan kristal keluar paksa dari balik kelopak matanya. Dia mencoba tegar. Namun tetap,, hatinya tak pernah menerima kenyataan pahit ini. Tangan lembutnya meremat kuat kaus yang dia pakai. Hanya mencoba melampiaskan rasa sedih dan terpukulnya. Gadis itu tak pernah bebas. Dia ingin tertawa lepas, berlarian dengan semua sahabatnya. Namun tetap, Tuhan telah menyusun perkara lain.

"Sstt, jangan menangis,Jisoo. Sudah. Hentikan. Eomma jadi ikut sedih jika melihatmu begini, sayang. Sudah,," wanita itu kembali memeluk erat anaknya yang masih menangis. Tak kalah terpukulnya.

"Kenapa aku harus jadi pengidap penyakit ini,eomma?? Kenapa?!" Nada Jisoo sedikit meninggi. Kenyataan pahit yang tak akan pernah dia terima.

"Ini sudah keputusan Tuhan. Kau harus menerimanya." Eomma Jisoo terus menciumi puncak kepala sang anak. Mencoba menenangkan.

"Hiks,, aku ingin sembuh eomma.. hiks.." dan tangisnya masih belum berhenti.

Sang ibu terus mengusap bahu anaknya dengan lembut. Sambil sesekali menciumi puncak kepalanya.

"Yeah,, aku tersadar. Cukup menyedihkan bukan? Haha,, aku tak pernah keluar dari kurungan ini. Aku cukup lelah.

Lebih baik diriku tak pernah hidup daripada menderita seperti ini."

Dengan sekejap,, dunia menghitam.

"Cukup menerima yang menjadi dasar atas segala keresahan yang kau punya. Karena sepahit apapun,, mereka tetaplah hidupmu yang harus kau hargai."

Longing and Leaving||Jinsoo|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang