Seorang pria berjalan lunglai. Seperti tak ada harapan untuk hidup. Melangkahkan tungkainya seolah dengan sejuta beban.
"Jin,, tunggu aku. Aku mohon."
"Jin, jangan pergi hiks..."
"Jin,, akh!! Eomma,, sakit..."
"J..Jin..."
Sebuah sesal. Sesal yang terus mengikuti dirinya. Entah kenapa,, namun apa ini yang disebut sakit?
Perawat bernama Jin itu mengacak rambutnya frustasi. Mengingat betapa bodohnya dia dahulu.
Dia ingin kembali, namun apa yang harus dia ucapkan?
Dan kemana selanjutnya yang dia tuju?
Namun entahlah. Tak ada yang tahu.
Tetap tak ada.
Still nothing.
Dia memasuki sebuah ruangan. Ruang inap seorang pasien. Kebetulan dirinya sedang tak ada tugas.
Kamar 312.
"Permisi, aku datang untuk mengecek pasien." Ucapnya dengan suara serak.
Namun yang didalam hanya mengangguk pelan. Tak ada siapa siapa disana.
Dan lagi. Lagi. Dan lagi.
Bahkan hanya melihat wajahmu,, perasaan sakit itu datang lagi. Begitu sakit, melebihi sakitmu kini.
Jin menyingkap masker hijau yang dia pakai. Entah untuk apa.
"Jisoo-ah, kau baik baik saja?" Tanya Jin sambil mengecek infusan.
"Kenapa kau bisa tahu namaku, perawat?" Tanya Jisoo dengan datar. Datar, sambil melihat sayu ke arah pria itu.
Dan lagi, hatinya berdenyut nyeri.
Jin menghela nafas berat. Hanya menguatkan dan menahan air mata yang sudah sedari tadi menunggu untuk jatuh.
"Kau tak ingat? Baiklah, aku mengerti. Aku hanya ingin bilang. Namaku Kim Seokjin. Kau boleh memanggilku Jin, mari berteman?" Jin tersenyum getir sambil mengulurkan tangan kanannya.
Jisoo menunduk. Mulutnya sedikit terbuka.
"Aku seperti pernah mendengar namamu. Tapi dimana? Dan kenapa rasanya aku pernah mengenal nama itu." Ucap Jisoo sambil menggerak gerakan jarinya.
Jin tak dapat menahan air matanya. Cairan bening itu jatuh dengan bebas, menganak sungai di pipi mulusnya.
"Perawat Jin, kenapa kau menangis?" Tanya Jisoo dengan polosnya.
"Dulu kita berteman, Jisoo. Kau tak mengingatnya? Padahal, kita sampai bersahabat." Dan Jisoo hanya menatap tak percaya.
"Jin." Ucap Jisoo mantap.
"Kau ingat padaku,Jisoo?" Tanya Jin dengan sumringah.
"I..iya. aku ingat. Tapi belum sepenuhnya, Jin. Dan, selama ini aku menunggumu. Kemana saja kau?! Hiks.. aku selalu menunggumu." Melihat Jisoo menangis, Jin kembali merasakan sakit pada hatinya.
Pria itu menarik Jisoo ke dalam pelukannya. Yang lebih muda tak menolak.
"Aku bersyukur karena kau masih mengingatku." Jin tersenyum sambil masih menangis.
"Aku senang karena kau kembali, Jin. Jangan pernah pergi lagi."
"Iya. Aku janji, Jisoo." Jin kembali menghela nafas lega.
"Sebuah perasaan hangat datang lagi sekarang. Terbit,, bersama dengan sang mentari di pagi hari."
.
.
.
"Aku tak akan lagi meninggalkanmu. Bahkan hingga aku terbenam bersama sang surya, aku tetap tak akan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing and Leaving||Jinsoo|| [END]
RomanceStory ketiga dari BTS & Blackpink couple. [Complete] Tentang kisah sederhana dari seorang perawat dan pasien. Tentang saling melengkapi. Dengan waktu yang memanjang (longing), dan meninggalkan (leaving).