Seruak

691 98 10
                                    

Nyonya Kim terus menggenggam tangan anaknya yang masih belum sadar. Hatinya terus melafalkan doa.

"Sadarlah,Jisoo. Eomma mengkhawatirkanmu." Air mata kembali menetes dari matanya.

Semuanya terhenti saat sebuah tangan menghapus air mata itu dengan lembut.

Jisoo tersadar.

Nyonya Kim langsung berseru girang. Tak berhenti mengucap syukur pada Tuhan. Wanita paruh baya itu terus menciumi punggung tangan Jisoo. Matanya mengeluarkan lebih banyak air, tanda dirinya begitu bahagia.

"Ish,sudahlah,Eomma. Aku sudah sadar." Jisoo menampilkan senyuman tulusnya. Bahkan terlihat lebih dari biasanya.

"Eomma bahagia,Jisoo. Eomma sangat ketakutan tadi. Eomma takut kalau kau.." belum selesai nyonya Kim berbicara, Jisoo langsung memotongnya.

"Jangan berfikiran seperti itu, eomma. Aku tak akan meninggalkan eomma. Aku menyayangimu." Nyonya Kim langsung memeluk tubuh anaknya itu. Mengutarakan sejuta rasa bahagia yang sedari tadi tersimpan.

Tanpa mereka sadari, seorang pria berpostur tinggi sedang memperhatikan dari luar. Senyumnya terulas begitu tulus. Matanya terlihat sedikit berbinar.

Hanya sedikit. Tidak sepenuhnya.

Hatinya berucap lirih. Sangat lirih, "Aku tak menyangka jika kau menjadi seperti ini, Jisoo. Maaf karena dulu aku meninggalkanmu."

"Kau tak pernah tahu. Aku begitu merindukan sosokmu yang periang.

Atau hanya aku saja?"

"Merintih mengusir rasa sepi itu begitu melelahkan.

Bahkan hanya untuk sebuah kata.

Rindu."

Longing and Leaving||Jinsoo|| [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang