Memulai,, untuk berakhir.
Jisoo terbangun dari tidurnya. Menatap sebuah tempat asing yang membuatnya tahu...
Bahwa itu adalah kamar rumah sakit.
Jisoo dapat melihat dengan samar, sang eomma yang menatapnya sendu.
"Eomma,, kenapa aku ada disini?" Tanya Jisoo dengan nada lemahnya.
Lalu dokter masuk dengan membawa beberapa peralatan medis.
"Dokter.. aku kenapa?" Tanya Jisoo.
"Jantungmu sempat melemah tadi. Namun tekad seorang perawat, membuatmu dapat kembali hidup." Dokter itu tersenyum. Dapat dilihat jika matanya pun sembab.
"Eh iya, Jin kemana?" Tanya Jisoo membuat tangis nyonya Kim dan dokter itu kembali pecah.
"Jin memberi surat ini padamu, Jisoo." Dokter itu menyodorkan selembar kertas putih yang dilipat.
Flashback
"Jisoo... aku mohon bangunlah." Jin masih menangis disana.
"Sudahlah, perawat. Jangan terus seperti ini. Ini sudah ketentuan Tuhan. Kita juga sudah melakukan penyelamatan semampu kita." Dokter itu menguatkan.
Lalu seorang perawat wanita berkata lembut, "Jika saja ada orang yang mau mendonorkan jantungnya, pasti pasien akan selamat."
Jin menatap tak percaya.
"Dokter. Donorkan jantungku."
"Apa yang kau lakukan, Jin?! Jantung Jisoo sudah total berhenti. Kemungkinan untukmu selamat itu sangat kecil. Jangan korbankan hidupmu,Jin." Larang sang dokter.
"Aku akan terus hidup, dokter. Hanya saja,, di tubuh yang berbeda." Jin tersenyum getir.
"Apa kau yakin, Jin? Aku sangat takut untuk melakukan prosedur ini. Aku takut jika kalian tak akan selamat."
"Jika kami tak selamat, kami akan mati bersama bukan? Itu cukup baik. Lalu apa yang harus ditakutkan dokter? Sebelum donor, aku ingin menuliskan sebuah surat untuk Jisoo. Bolehkah?" Dokter beserta beberapa perawat tak mampu membendung air mata mereka.
.
.
Jin sudah terbaring di ranjang yang bersebrangan dengan Jisoo. Pemuda itu menatap Jisoo dengan serius."Kau akan hidup bahagia, Jisoo. Tak ada lagi kesakitan. Kau akan bebas. Dokter bilang jika jantungku ini sehat. Aku rela jika nanti aku yang mati. Aku mencintaimu, Jisoo. Sangat mencintaimu." Jin tersenyum. Lalu operasi itu dijalankan.
Dan beruntunglah, operasi itu berjalan lancar. Meski nyawa Jin yang tak terselamatkan.
Dia mati, dengan mengorbankan segalanya untuk orang yang dia cintai. Dia tak mau lagi meninggalkan Jisoo untuk kedua kali. Namun kali ini, dia akan benar benar pergi. Pergi, dan selamanya.
Flashback end.
Air mata Jisoo, nyonya Kim, dan dokter itu tak dapat tertahankan. Begitu besar pengorbanan seorang Jin demi seseorang yang dia cintai.
Nyonya Kim merasa sangat bersalah. Jika saja dia tak mengusir pemuda itu, pasti dia akan tetap hidup sekarang.
Lalu Jisoo membuka surat itu. Dan tangisnya kembali pecah.
"Dear, Jisoo.
Hai! Apa kabarmu? Aku harap, sekarang kau akan lebih baik lagi.
Mungkin ketika membaca surat ini, aku sudah tak ada di sampingmu, Jisoo. Sudah terbang jauh bersama sejuta angan.
Maafkan aku karena telah membuatmu berlari jauh sekali. Maaf, Jisoo.
Aku tak pernah mau meninggalkanmu. Tapi sekarang, aku benar benar pergi untuk selamanya.
Aku selalu teringat dengan masa kecil kita, saat saat kita tertawa, saat kita berdua di ayunan, dan saat kita menggambar di atas tanah.
Aku selalu merindukan semuanya, Jisoo. Jika bisa, aku ingin memutar waktu dan tak pergi meninggalkanmu saat itu.
Sekali lagi maaf. Tapi kali ini, aku akan menebus semua penyesalanku selama ini. Aku akan menebusnya.
Aku memang tak akan hidup lagi setelah ini. Namun kau harus tahu, jika aku masih hidup. Yaitu di dadamu. Dan mungkin di hatimu.
Aku memberikan jantung ini sebagai tanda permohonan maafku untukmu. Aku tak perlu berfikir dua kali untuk melakukannya. Karena aku tahu, kau pasti akan selamat.
Dan hey,, kau sudah sembuh sekarang. Jadi aku tak mau jika kau kembali menangis lagi oke? Awas saja jika kau masih menangis.
Dan ya,, aku titipkan sesuatu untukmu. Tolong jaga mawar kita oke? Aku ingin dia tumbuh besar dan berbunga banyak. Jika sudah berbunga, aku ingin kau memetiknya satu dan taruh di atas makamku. Pasti aku akan senang.
Itu pasti.
Jangan pernah mengkhawatirkanku sekarang. Aku masih hidup. Hidup sebagai jantung barumu.
Jika kau merindukanku, kau tinggal pegang saja dadamu, lalu ucapkan namaku. Siapa tahu, aku mendengarnya. Dan aku pasti akan merindukanmu.
Ah,, mungkin sekian dulu suratku kali ini. Ruang operasi telah siap untuk dipakai.
Bye, Jisoo.
Selamat menempuh hidup baru.
Aku mencintaimu.
Kim Seokjin."
Jisoo kembali menangis. Namun kali ini,, tangisannya dibarengi dengan sebuah senyuman.
"Aku akan merindukanmu,Jin. Terima kasih atas segalanya. Aku akan menjalankan semua titipanmu. Aku akan bahagia dengan hidupku sekarang. Kau akan selalu ada di hatiku, Jin. Aku tak akan pernah melupakanmu dan semua jasamu. Aku juga mencintaimu." Jisoo memeluk surat putih itu,, dan kembali meneteskan air mata.
Telah terjadi segalanya bukan?
Perjalanan waktu ini yang terasa begitu singkat.
.
Hidup bukan hanya tentang mencintai, namun hidup juga tentang pengorbanan.
.
Meskipun terpisah dengan waktu yang kian memanjang, kau harus tahu. Tuhan punya rencana yang terbaik.
.
Melangkah diantara sejuta angan di waktu petang, seperti sebuah kesendirian yang dirancang sejak mula.
.
Terimalah atas segala sesuatu yang menurutmu baik. Karena hidup juga tentang penerimaan.
.
Bersama,,
Memanjang, dan meninggalkan.
.
Longing and Leaving
______________
-END-
.
.
.
.Seoul, 2 Februari 2019.
Best regard,
14 young♠♠
KAMU SEDANG MEMBACA
Longing and Leaving||Jinsoo|| [END]
RomanceStory ketiga dari BTS & Blackpink couple. [Complete] Tentang kisah sederhana dari seorang perawat dan pasien. Tentang saling melengkapi. Dengan waktu yang memanjang (longing), dan meninggalkan (leaving).