BAB 2

9.4K 640 27
                                    

Lonceng berbunyi ketika aku memasuki cafe yang berada di persimpangan jalan kota. Cafe tampak sedikit ramai dengan orang-orang seperti diriku. Berteduh dari hujan sambil menikmati secangkir teh atau kopi hangat. Aku memilih duduk di sudut cafe dan tepat di samping jendela. Hujan diluar semakin deras, kendaraan melaju dengan sedikit terburu-buru namun tetap berhati-hati dengan jalanan yang licin dibasahi air yang di tumpahkan dari langit abu-abu. Beberapa orang mulai mengembangkan payung mereka dan kembali berjalan menuju tujuan.

Seorang pelayan cafe mendatangi meja ku, "Permisi.." sapa nya ramah. Aku menoleh dan tersenyum kepadanya. Ia pun melanjutkan, "Anda ingin pesan apa nona?" Tanya si pelayan lagi dan siap dengan catatan kecil di tangannya.

"Aku pesan secangkir kopi hangat," jawab ku.

Lalu ia dengan sigap mencatat pesanan ku dan pamit dari meja ku. Sepeninggalan sang pelayan, aku kembali menatap keluar jendela. Menatap jalanan kota yang basah, orang-orang yang berlalu-lalang, serta sorot lampu jalan yang berada tepat di persimpangan. Aku baru saja kembali dari toko buku mencari novel ketika hujan turun dan membuat ku harus berlari mencari tempat teduh dan aku menemukan cafe ini. Tubuh ku tak terlalu basah karena jarak antara cafe dan toko buku yang ku datangi tak terlalu jauh, lagi pula hujan nya juga belum sederas sekarang.

Beberapa menit kemudian, si pelayan tadi kembali mendatangi meja ku dengan membawa sebuah nampan dengan secangkir kopi hangat pesananku. Ia meletakkan nya di atas meja dan mempersilahkan ku menikmati nya. Lalu tersenyum ramah dan kembali pamit. Asap mengepul di udara. Aku menyeruput kopi hangat ku sedikit demi sedikit masih tetap memandang keluar jendela. Aku benar-benar menyukai hujan, suara yang di timbulkan, bau yang di hasilkan, serta udara dinginnya. Membawa ku pada ketenangan. Sedang asyik nya menyeruput kopi hangat dan memandangi hujan, telingaku tak sengaja menangkap pembicaraan dua orang yang duduk di meja sebelah kanan ku. Mereka dua orang pria bersetelan jas dengan tas kantor terletak di kursi sebelah mereka masing-masing. Sedang membicarakan mengenai berita penemuan mayat yang di mutilasi dengan organ-organ dalam nya hilang.

"Sepertinya itu perbuatan seseorang yang ingin balas dendam," kata salah satu dari mereka yang bersetelan jas berwarna hitam.

"Atau bisa jadi seorang penganut aliran sesat dan organ yang diambil digunakan untuk ritual atau semacamnya," jawab teman nya, si pria bersetelan jas abu-abu.

"Memangnya di jaman sekarang masih ada yang melakukan itu?" Tawa si pria berjas hitam. Teman nya ikut tertawa.

"Bisa saja kan. Aku hanya asal menduga. Mungkin ini pengaruh dari film yang ku tonton kemarin malam," jawab nya dan lagi mereka kembali tertawa bersama.

Aku hanya terdiam sambil menguping pembicaraan itu. Ya, aku tahu kalau perbuatan ku tidak benar. Tidak baik menguping pembicaraan orang. Tapi masalahnya, itu adalah berita penting yang harus aku tahu juga. Akibat pembicaraan mereka barusan, menaikkan tingkat rasa penasaran ku. Aku segera membuka Smartphone ku dan mulai mencari berita yang baru saja ku dengar. Dan saat aku mengetikkan kata kunci nya, berita itu langsung muncul di halaman pertama situs pencarian. Dengan sigap aku membuka nya dan membaca. Berita itu benar, telah di temukan mayat korban mutilasi dengan beberapa organ dalam nya hilang. Penemuan mayat tersebut terjadi kemarin sore di kota sebelah. Masih belum diketahui apa motif pelaku melakukan itu. Sang pelaku juga masih belum ditemukan. Dikatakan bahwa kejadian ini hampir serupa dengan kejadian tahun lalu. Penemuan mayat tanpa organ dengan pelaku masih buronan sampai sekarang. Polisi menduga kedua kejadian tersebut ada kaitannya dan pelaku nya adalah orang yang sama.

Mengerikan. Manusia macam apa yang sanggup melakukan itu semua. Mengetahui berita ini membuat ku merinding, dan aku jadi sedikit takut kalau berpergian sendirian. Lain kali aku akan memaksa Deya menemani ku ke toko buku walaupun dia tidak suka. Yah, setidaknya sekarang aku harus berpikir positif dan pulang. Kulihat hujan di luar juga sudah sedikit lebih reda, tidak sederas tadi. Syukur sekali. Tidak seperti hari kemarin, hujan turun dengan sangat deras dan berlangsung lama.

Aku segera menghabiskan kopi hangat ku yang mulai dingin. Setelah nya pergi ke kasir membayar dan keluar dari cafe. Aku harus ke halte, untuk bisa naik bus yang mengarah ke rumah ku. Dan jarak halte tidak terlalu jauh, kurasa aku bisa melewati hujan dengan berlari menuju halte.

Sepanjang jalan, aku sesekali berhenti di emperan toko untuk berteduh, lalu berlari lagi. Begitu seterusnya hingga aku sampai di halte bus kota. Di halte tak begitu banyak orang. Aku duduk sambil menunggu bus datang. Jam telah menunjukkan pukul enam sore. Saat itu di seberang jalan, mataku tak sengaja menangkap sosok mengenakan serba hitam. Celana hitam, jaket tebal berwarna hitam dengan topi nya di pakai menutupi kepala. Tangannya di masukkan kedalam saku jaketnya, berdiri menghadap ke seberang jalan, tepatnya ke halte tempat dimana aku dan beberapa orang yang menunggu bus untuk bisa pulang. Wajah nya tidak begitu kelihatan karena topi jaketnya dan masker wajah berwarna hitam yang ia kenakan. Ditambah lagi, rintik hujan membuat pandangan manjadi kabur. Tapi aku tahu, kalau dia adalah seorang pria. Terlihat dari postur tubuh nya yang tegap. Dia hanya berdiri diam di sana, membiarkan hujan mengguyur nya walau tak deras. Lama ku perhatikan pria itu. Hingga aku menyadari sesuatu, entah itu hanya perasaan ku saja atau ia memang sedang menatap kearah ku.
***

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang