BAB 18

9.1K 525 118
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan. Seluruh siswa kelas 12 merayakan kelulusan di lapangan sekolah. Bersorak-sorai karena akhirnya bisa lulus dan meninggal kan sekolah.

Sebenarnya itu adalah pemikiran ku. Aku sudah muak dengan segala hal yang menyangkut peraturan sekolah. Tapi sekarang, aku sudah bisa mengucapkan selamat tinggal untuk semua peraturan sialan yang ku patuhi selama tiga tahun  belakangan.

Hari bahagia ini ternyata memiliki berita buruk di dalamnya. Salah seorang siswa telah meninggal dunia di hari kelulusan nya. Itu sungguh menyedihkan.

Tapi bukan untuk ku tentu nya. Aku tidak peduli dan sama sekali tidak mau peduli tentang berita meninggalnya salah seorang siswa ini. Sekalipun dia siswa paling penting di sekolah.

Sayang nya dia adalah siswa yang tidak pernah di anggap. Tidak pernah punya teman, kecuali guru-guru yang baik padanya karena kepintaran otaknya.

Dia adalah Leo.

Karena meninggal nya Leo, kompleks perumahan ku yang juga merupakan tempat tinggal Leo di rundung rasa takut. Leo ditemukan meninggal gantung diri di dalam kamar tidurnya.

Jasadnya baru saja di evakuasi pagi tadi untuk di autopsi terlebih dulu.

Menurut desas-desus para warga, Leo meninggal karena tidak tahan dengan perlakuan ayah nya yang kasar dan kerap memukuli nya. Di tambah tingkah sang ayah yang suka mabuk-mabukan.

Padahal aku tahu pasti, penyebab anak itu meninggal bukan karena sang ayah. Tapi karena aku. Dia berkhianat dan aku mempercepat dirinya menemui ajal. Itu saja.

Lagi pula memang hidup nya sudah tidak berharga. Selain tidak bisa lagi menjadi boneka yang membantu ku, dia juga tidak berguna untuk hal yg lainnya. Ayah nya sudah tidak menyayangi nya, ibu nya meninggalkan dia saat kami masih duduk di bangku sekolah dasar demi ayah ku.

Yap, ayahku!

Aku memanggil nya dengan sebutan papa. Papa dan ibu Leo menjalin hubungan dibelakang mama. Sudah hampir sekitar dua tahun hubungan mereka saat itu dan akhirnya ketahuan oleh mama dan aku.

Mama yang marah dan kecewa mengusir papa dari rumah dan minta cerai. Pertengkaran mereka cukup heboh waktu itu hingga Lans dan ibu nya mendengar dan bahkan menyaksikan kepergian papa dari rumah mereka.

Masih ku ingat wajah khawatir gadis ku itu dan ibunya yang menatap kami heran sekaligus iba. Aneh, kenapa mereka harus merasa iba?

Aku dan mama tidaklah semenyedihkan itu. Papa masih tetap melakukan kewajibannya dengan membiayai pendidikan ku serta sebagian biaya hidup aku dan mama.

Papa orang yang baik dan hebat. Hanya saja dia melakukan satu kesalahan bodoh dengan memilih wanita penggoda itu ketimbang mama yang lebih baik dan cantik tentunya.

Papa bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di kota ini sebagai dokter ahli bedah jantung. Papa sudah banyak melakukan operasi transplantasi jantung. Menurutnya itu adalah pekerjaan paling menyenangkan.

Aku pernah suatu waktu bertanya pada papa mengapa dia senang menjadi dokter bedah jantung? Dan jawaban papa cukup unik.

"Mengoperasi itu menyenangkan. Kau dapat melihat isi dalam tubuh manusia dan terutama jantung mereka. Sangat cantik bentuk nya dan detak nya berbeda-beda," jawab papa kala itu.

Semenjak saat itu aku penasaran ingin melihat sendiri bagaimana jantung manusia itu. Hingga membuat ku bercita-cita ingin menjadi seperti papa. Seorang dokter ahli bedah jantung.

Tapi untuk membuat diriku menjadi dokter sangat sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Aku harus melewati proses panjang pendidikan dan segala macam bentuk ujian.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang