BAB 17

6.5K 430 47
                                    

(Azra Pov)

Ujian hari pertama selesai. Cuih! Lama sekali. Aku sudah selesai sejak hampir sejam yang lalu. Bukan nya aku sombong. Tapi aku memang berotak cerdas. Bahkan lebih cerdas dari si Leo anak wanita penggoda itu.

Aku keluar kelas dan mulai mencari sosok gadis ku, Lans. Gadis cantik yang selalu ku idam-idamkan. Kudengar dia satu ruangan dengan si anak wanita penggoda itu. Jadi langsung saja aku kesana.

Sebelum kesana, aku sempat berpas-pasan dengan Deya, si kecil sahabat Lans.

"Hai Azra, kau sudah bertemu Lans?" Tanya dia pada ku.

Aku menggeleng, "Belum. Aku baru saja ingin ke ruangan nya."

"Oh bagus. Aku minta tolong, kalau kau bertemu dia, katakan padanya aku pulang lebih dulu. Aku sudah menghubungi nya tapi handphone tidak aktif."

"Baiklah," kusanggupi permintaan nya. Kebetulan sekali mereka tidak bersama. Jadi ada kesempatan bagi ku untuk lebih mendekati Lans. Membuatnya masuk kedalam pelukan ku dan menjadi milik ku selamanya.

Setelah itu, Deya langsung melesat pergi, dan aku sendiri lanjut jalan ke ruangan Lans.

Pas sekali, didepan ruangan gadis ku sudah berdiri disana. Kurasa menunggu Deya. Ku hampiri dia dan juga menyampaikan pesan dari Deya tadi. Lalu kuajak gadis ku ini pulang bersama. Tentu saja bukan kerumah. Tapi ke sebuah tempat rahasia yang tak banyak orang tahu. Sebuah danau tak jauh dari rumah kedua ku, tempat dimana aku sering melancarkan aksi ku.

Aku berusaha semaksimal mungkin membuat nya nyaman. Tentu nya dengan wajah tampan ku dia pasti akan luluh. Belum lagi dia memang sudah memendam rasa pada ku cukup lama. Hampir sepuluh tahun kurasa.

Yap! Aku tahu betul semua. Kenapa tidak? Apapun yang dia lakukan, apapun yang bicarakan Lans aku pasti tahu. Bahkan isi hati nya pun aku bisa menebak nya dengan mudah. Gadis ini terlalu mudah untuk dibaca, haha.

Sebenarnya aku pernah memasang alat penyadap suara di bawah tempat tidur lans, itulah mengapa aku bisa mengetahui nya. Dia menceritakan segala nya pada Deya dan pembicaraan mereka terekam oleh alat yang ku pasang. 

"Lans, aku menyukai mu."

Satu kalimatku berhasil membekukan nya. Dia menatapku tanpa berkedip sedikit pun. Gotcha!! Mudah sekali meluluhkan nya.

"Aku tahu kalau kau masih merasa tidak nyaman karena Leo waktu itu. Dan juga ini memang bukan waktu yang tepat," aku berusaha selembut mungkin hingga dia terhanyut dan mempercayai ku. Aku suka melihatnya seperti ini, pipi nya memerah dan mata nya yang menatap ku tanpa berkedip.

Ku pegang lembut tangannya. Dia tersentak tapi tak mencoba melepaskan. Haha, ternyata gadis ku ini suka ku pegang tangannya.

"Lans, kau mau menjadi kekasih ku?" Pertanyaan yang sudah ku simpan demi rencana ku lancar akhirnya ku lontarkan. Aku yakin dia mau. Tak ada yang bisa menolak pria tampan dan pintar seperti ku.

"Aku mau," ujar nya sedikit tertahan. Aku tersenyum lebar. Permainan yang menyenangkan.

Setelah segala adegan romantis yang sengaja ku ciptakan untuk Lans, aku membawa nya pulang. Tentu saja pulang kerumahnya. Masih belum waktu nya membawa Lans pulang bersama ku, kerumah ku. Bukan rumah disamping rumah nya yang selama ini ku tinggali bersama mama, tapi istana milik ku sendiri.

Sampai di depan rumah Lans, ku lihat si Leo sialan itu ada disana. Diseberang rumah Lans. Heh, masih belum bisa menerima kenyataan rupanya dia.

"Aku sudah sering melihatnya berdiri disana setiap pulang sekolah," jelas Lans ternyata tak mengerti kenapa Leo berdiri disana. Sepeti nya dan belum cukup dihajar.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang