BAB 16

5.7K 438 50
                                    

(Leo Pov)

Aku gugup luar biasa saat berjalan ke arah belakang gedung sekolah diikuti Lans. Aku harus mengatakan padanya bahwa aku menyukai nya. Membuat nya percaya pada ku dan setelah itu aku akan beritahu siapa pelaku pembunuhan dan menyelamatkan Lans dari daftar korban selanjutnya.

"Hmm begini, aku ingin mengatakan sesuatu hal padamu," aku benar-benar gugup.

"Katakan saja."

Aku memperbaiki letak kacamata ku lalu menarik nafas dalam-dalam, "Lans, sebenarnya sudah lama aku.. a-ku.." aku jadi terbata-bata. Kenapa susah sekali mengatakan nya.

Fiuh.. aku harus mengatakannya, "Lans," panggilku, "Aku menyukai mu."

"Apa?!" Lans tampak terkejut. Mungkin dia masih belum mengerti maksud ku. Sepertinya aku harus menjelaskan nya pada Lans agar dia mengerti.

"Aku suka pada mu Lans. Sangat menyukai mu. Sudah sangat lama aku memperhatikan mu, bahkan aku tahu semua hal yang kau suka dan tidak kau suka. Aku ingin bisa dekat dengan mu tapi aku terlalu malu. Dan aku takut kalau kau tidak mau dekat dengan ku karena aku seorang kutu buku yang tidak punya teman dan selalu dijauhi orang-orang. Aku takut kau berpikir kalau aku anak aneh dan kau..."

"Stop Leo!" Lans menatap ku dengan tatapan tak percaya. Aku jadi bingung. Kenapa Lans seperti ini?

"Jadi selama ini kau yang mengirim ku surat-surat itu? Kau si pengagum rahasia itu?" tanya Lans, "Dan kau juga yang telah menyelinap masuk ke kamar ku?" nafasnya memburu. Seolah dia sangat marah pada ku. Kenapa jadi aku yang tertuduh?

Bukan ini yang ku harapkan. Bukan aku yang melakukan itu semua. Memang aku yang membantu nya mengirimkan surat-surat itu tapi aku tidak pernah menyelinap ke kamar nya. Oh ayolah, bukan aku tapi pria brengsek itu. Lans harus tau!

"Lans.."

"JAWAB AKU LEO!" Lans membentak ku. Aku jadi makin tergagap tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Aku terlalu syok, tak pernah ku lihat Lans seperti ini. Yang aku tahu Lans adalah gadis ramah yang anggun.

"Dengarkan aku Lans, aku tidak melakukan itu semua.." aku berusaha sebisa ku untuk mengeluarkan suara membela diriku. Aku tidak ingin tertuduh seperti ini.

"Kau bohong. Kau bilang kalau kau tahu segala tentang ku, dan bahkan tahu rumah ku, jadi sudah pasti kaulah orangnya."

Lans berusaha berjalan mundur menjauhi ku. Tidak! Lans tidak boleh pergi. Dia harus mendengarkan ku dulu. Tapi mulut sialan ku ini tak mampu mengeluarkan kata-kata pembelaan.

Refleks aku mencengkram tangan Lans untuk mencegah nya pergi, "Lans percayalah padaku. Jangan marah seperti ini pada ku Lans."

"Lepaskan aku Leo!" Bentak nya lagi. Dia berusaha melepaskan dirinya dari ku. Entah kenapa melihatnya membentak ku dan tidak mempercayai ku seperti ini membuat ku kesal. Dia jadi sama saja seperti yang lainnya. Aku mencengkram nya lebih kuat. Dia meronta kesakitan. Tapi sayang nya, cengkraman ku tak berlangsung lama. Deya tiba-tiba muncul dan merusak segala nya.

***

Malam sudah larut, dan aku masih kesal soal kejadian tadi disekolah. Lans sudah salah paham dan malah membenci ku sekarang. Belum lagi Deya yang tadi sok menjadi pahlawan menyelamatkan Lans dariku(?)
Hah! Aku lah yang berusaha menyelamatkan Lans dan berusaha membantu mengungkapkan pelaku pembunuhan adiknya.

Tiba-tiba seseorang masuk ke kamar ku. Ku pikir itu ayah, tapi ternyata bukan. Dia pria dengan jaket hitam yang selalu melekat di tubuhnya.

"Bagaimana kau bisa masuk?" Tanyaku terlonjak kaget dari posisi rebahku.

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang