#7

21 2 0
                                    

Gerimis kecil malam itu, udaranya cukup dingin. Setelah makan malam, Dearin duduk sambil membaca novel remaja di ruang tamu. Bunda sedang pergi, ayahnya belum pulang kerja, sedangkan kakaknya sudah tidur sejak sore.

Dia sendirian menikmati malam selasa dirumah barunya. Damai dan tenang, begitu nyaman untuk Dearin. Jauh dengan suasana rumah lamanya. Dari pagi sampai pagi lagi, ia harus mendengar suara bising motor dan mobil yang melintas dengan begitu jelas. Hanya ada teras untuk menyimpan motor. Tak ada rumput hijau dengan pot-pot bunga atau pohon mahoni di depan rumah seperti rumah barunya sekarang.

"Tok! tok! tok!"

Dearin bergegas membuka pintu. Dia sedikit terkejut saat Val menyodorkan beberapa potongan softcake di atas  piring kaca tepat saat pintu baru terbuka.

"Kaget ya? Sorry... " Ucap Val. Dearin hanya mendengus ringan melepas rasa terkejutnya. Tangannya lembut menerima bawaan Val. "Apa ini?"

"Dari Mama."

"Buat Bunda?" Val tersenyum mendengar pertanyaan Dearin.

"Buat kamu juga."

"Makasih." Ucap gadis itu datar.

"Buat siapa? Buat Mama atau buat aku?"

"Apanya?" Dearin mengerutkan kening tak mengerti.

"Makasihmu itu, Buat aku atau buat Mamaku?"

"Kalau aku jawab buat Allah?" Tanya Dearin menyungging senyumnya sedikit. Hanya samar. Val sampai tidak mengerti dia sedang tersenyum atau muka kaku.

"Iya gak apa, nanti aku bilang ke Allah. Dapat makasih dari kamu."

Melihat Val yang menjawabnya tanpa ragu membuat Dearin tak lagi menyembunyikan senyumnya. Dia benar-benar membalas senyum yang diberikan Val. Dan itu membuat Val seperti naik satu tingkat lebih tinggi dari Val yang biasa. Hanya karena mendapat senyuman dari gadis yang selalu menghindarinya itu.

"Aku langsung balik ya, mau istirahat." Ucap Val menarik langkahnya seraya melambaikan tangan.

"Kamu Valdo Valerian?" Val berhenti setelah 3 langkah menjauhi ambang pintu, tempat Dearin berdiri. Pertanyaan Dearin membuatnya merasa harus berdiri tenang  dan menangkap ruang obrolan yang dimulai oleh Dearin.

"Bukan," Val menggeleng dengan ekspresi heran seolah itu benar-benar bukan namanya. "Siapa yang bilang?"

"Temanku bilang itu namamu. Terus kamu siapa?" Dan Dearin benar-benar tertipu dengan jawaban Val. Dalam hati Val hanya tertawa.

"Jangan cari tau tentang aku ke temanmu."

"Terus kamu siapa?" Sahut Dearin menyela kata-kata Val.

"Tetanggamu. Anaknya Mama Heni. Valerian Valdo... tapi itu kebalik. Mau tau lengkapnya?"

"Apa?"

"Valdo Valerian Bin.... "

"Bin apa?"

"Bin- ngung mau pulang apa gak. Kamu tiba-tiba bikin aku betah ngobrol." Jawab Val dengan santai. Dearin tertawa tersipu sambil menggeleng ringan.

"Kan... Akhirnya lihat kamu ketawa." Ujar Val mengamati wajah Dearin. Membuat Dearin tersadar dan segera memasang wajah santainya lagi.

"Bunda gak ada dirumah?"

"Gak ada."

"Main ke rumah aja kalau mau. Kita bisa belajar atau main PS bareng. Ada teman-temanku juga. Jadi seru."

Dearin hanya menggeleng sambil mencoba memberi senyum normal. "Gak Val... Makasih."

"Buat Allah lagi?"

"Buat kamu." Jawab Dearin. Val hanya mengangguk lalu melenggang pergi dengan senyum lebar menghias wajah tampannya.

"Kan... Dia santun." Bisik Dearin dalam hati memandangi punggung Val yang meninggalkan area rumahnya. Bahkan perlahan-lahan Dearin mulai sadar bahwa dia memiliki ketertarikan pada cowok itu.

****

Dalam TandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang