21 Maret, hari Sabtu ketiga di bulan ini. Nasi Goreng dan telur mata sapi diatas meja makan. Val keluar dari kamar menenteng tas sekolah berwarna merah sambil membenahi dasinya yang setengah jadi. Aroma kue di tumpukan box plastik bersusun tiga tercium dan menggoda hidungnya.
"Tumben nih ada bekal. Buat Val ya, Ma?" Tanya Val mencoba mengintip isinya.
"Buat tetangga sebelah, Val... "
"Wih, Mama ada-ada aja bercandanya." Kata Val tak percaya. Mama mendekat lalu menutup box paling atas agar tak diendus lagi oleh Val.
"Buat tetangga baru kita, Sayang. Kamu antar ke rumah sebelah ya, sekalian berangkat."
"Rumah sebelah bukannya masih kosong?" Tanya Val yang kemudian duduk dan menyuap nasi goreng ke mulutnya sendiri.
"Udah ada yang nempatin... Jangan lupa bilang salam kenal ya."
Val tak menyahut. Dia hanya mengangguk pelan melahap makanannya."Kak Valdo, ada cewek cantik di rumah sebelah !" Seru Yovan sambil berlari ke arah Val. Dia adik Val yang baru berumur 6 tahun. Dengan polos, Yovan membuka mulut minta disuap oleh kakaknya. Hal yang biasa ia lakukan setiap melihat Val sedang makan. Celana army selututnya nampak kumal dengan tanah. Dan tentu saja pemandangan itu tak lepas dari mata Mama dan Val.
"Main dihalaman lagi ya?" Tanya Mama. Yovan hanya meringis sambil mengunyah makanan dimulutnya. Mama tidak marah. Ia hanya mendengus ringan dan kemudian tersenyum melihat wajah polos Yovan.
"Cewek cantik? Kunti kali." Kata Val menanggapi adiknya. Mama tertawa menepuk pundak Val.
"Ih, kakak ! Yovan serius !"
"Jangan serius-serius. TK aja kamu belum lulus udah bicara serius." Mama masih tertawa mendengar ujaran Val pada Yovan.
"Dengerin dulu sih!" Val tersenyum mengiyakan adiknya yang mulai kesal.
"Rambutnya panjang segini, kak." Yovan menepuk punggung Val.
"Terus pake seragam kayak punya kakak." Val mengangguk menggubris adiknya.
"Emang bener, Ma?"
"Iya. Mama lupa namanya. Tapi memang cantik. Dia di masukin ke sekolahmu juga. Anaknya Pak Herdi, tetangga baru kita."
"Oh..."
Val segera menghabiskan sarapanya lalu berangkat ke sekolah. Seperti yang dipesan Mamanya, ia mampir ke rumah sebelah. Motor matic yang biasa ia gunakan ke sekolah ia parkirkan di depan pagar kayu sebatas pinggang berwarna putih."Tok tok-tok."
"Permisi."
Seorang ibu-ibu berambut keriting sebahu membuka pintu dan tersenyum ramah ketika melihat Val.
"Pagi Tante, saya Valdo. Tetangga sebelah."
"Oh, anaknya mama Heni ya?" Val mengangguk mantap sembari membalas senyum.
"Ada titipan dari Mama."
"Oalah, jadi ngrepotin. Makasih ya, Val... " Ucapnya menerima box susun yang dibawa Val.
"Kamu sekolah di SMA Setyo ya?"
"Iya, Tante."
"Sssstttt, jangan tante. Panggil bunda aja. Bunda seumur sama mama Val kok. Tunggu sebentar ya." Ibu herdi masuk dan sesaat ia kembali dengan kotak bekal berwarna biru muda bertuliskan Dearin yang lalu ia berikan pada Val.
"Anak Bunda baru hari ini masuk sekolah disana. Dia tadi buru-buru terus lupa bawa bekal. Bunda boleh titip?"
"Boleh, Bun... Aku anter kemana bekalnya?" Tanya Val.
"Ke kelas XI IPA ya. Namanya Dearin."
"Kirain ke ruang BP, Bunda... "
"Ha ha ha... ada-ada aja kamu."
"Ya udah.Val berangkat dulu, Bunda." Ujar Val meraih tangan bunda untuk salaman.
"Iya. Makasih ya, Val. Hati-hati." Setelah mencium tangan Bunda, Val menarik langkah dari halaman rumah untuk segera mengendarai motornya menuju ke sekolah.
****
Hay, semua yang mampir di novelku ini.😉 Sorry banget, atas ketidak sempurnaan novel ini ya ( lebay dikit yeh?) , Karena Sebenarnya ini novel pertamaku yang berlatar Indonesia. Biasa nulis novel Korea n' pake buku tulis, bukan di media. Jadi mungkin agak sableng gitu. So please coment salah dan kurangnya ya. N makasih buat yang mau vote 💓😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Tanda
Fiksi RemajaBertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka, lalu menjalin hubungan. Bukankah itu sudah biasa? Bagaimana kalau bertemu, mengenal, saling membuat nyaman, sama-sama suka tapi tak bisa menjalin hubungan? Itu yang dirasakan Dearin saat ia b...