#12

13 0 0
                                    

Setelah lama menunggu bertambahnya reader akhirnya gue bangkit. (Duh, lebay amit gue.) Sorry buat yang udah baca sampai part 11 karna author nya kabur tiba2.

Maafkan aku wahai reader😘. Sekarang aku kembali dan akan menyelesaikan kisah sejoli ini.

Jangan lupa coment! Gue lebih seneng dapet komentar daripada Vote.

Author yang ini emang aneh. Kalo mau vote juga silahkan.

Semoga kalian menikmati kisahnya Dede Dearin sama Akang Val.
****😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘****

Matahari akan segera tenggelam. Sudah saatnya meninggalkan rumah Teno. Beberapa pesan dari Mama yang meminta Val pulang juga sudah diterima Val. Dan menunggaknya semenit saja sudah membuat Val merasa tak nyaman. Terlebih lagi moodnya sedang rusak karena memikirkan pertanyaan teman-temannya yang membahas Dearin.

Benarkah Dearin sudah punya pacar? Benarkah ketua OSIS suka pada Dearin? Dan dua pertanyaan itu bagai berlomba memenuhi benaknya. Secara tak sadar itu membuat Val menjadi terus diam seharian. Dearin sampai khawatir dengan sikap Val yang tiba-tiba berubah. Bahkan diperjalanan pulang pun juga demikian. Dia bingung. Ingin menanyakan atau membiarkan Val seperti itu, tapi dirinya sangat penasaran.

Setelah mengumpulkan keyakinan, Dearin mulai meluncurkan kalimat pertamanya. "Val, kamu baik-baik aja kan?"

"Eh, apa Rin?"

"Kan... " Dearin memutar matanya dengan malas. Val melamun terus bahkan saat sedang menyetir. "Kamu baik-baik aja? Ada yang kamu pikirin?"

"Hm, iya gitu deh Rin."

"Cerita coba." Kata Dearin.

Ada hempasan nafas ringan dari Val sebelum akhirnya ia mengurangi laju motornya. Sengaja mengulur waktu agar bisa menyusun kalimat perbincangan di otaknya yang nantinya akan ia selipkan pertanyaan yang dari tadi ia bingungkan jawabanya.

"Rin, aku takut dimarahin pacar kamu. Kamu aku bawa-bawa terus, sampai orang lain mikirnya kita pacaran. Kalo pacar kamu tahu, dia pasti sakit hati banget deh." Hening beberapa detik, lalu terdengar suara kekehan Dearin yang membuat Val keheranan. "Kok ketawa?"

"Val - Val.... Pacar mana yang kamu maksud?" Tanya Dearin masih cekikikan.

"Pacar mana??? Emang pacar kamu ada berapa?"

"Ngawur ih, aku gak punya pacar!" Sahut Dearin sedikit kesal.

"Etz, serius?"

"Hm!"

Val menyungging senyum. Lega. Terjawab sudah. Lalu bagaimana dengan ketua OSIS itu? Terlalu aneh jika harus ditanyakan langsung secara berurutan. Nampak sekali dia merisihkan hal itu atas urusan Dearin.

"Kamu gak punya cacar?" Tanya Val, Dearin mengangkat alis nya sebelah. "Cacar?"

"Elah, gak paham ya?" Keluh Val.

"Cacar atau pacar?" Tanya Dearin memastikan ia tak salah dengar.

"Cacar! Calon pacar!" Tegas Val dengan suaranya yang lembut.

"Oh, lagian pake disingkat segala." Gerutu Dearin sesaat. "Gak ada."

"Gak ada juga? Terus yang di pasar tempo hari siapa?"

"Di pasar? Gak ada tuh. Aku aja belum pernah ke pasar." Sangkal Dearin sembari mengerutkan kening. Val terkekeh. Tak menyangka Dearin akan menanggapinya dengan serius. Lucu memang ekspresi wajah cantik itu.

"Apaan sih? Dasar! Emang calon pacarku ikan asin." Kata Dearin sadar telah dikerjai Val. Kepalan tanganya memukul lengan Val dengan ringan. Lega juga hatinya melihat Val kembali tersenyum seperti itu.

Dalam TandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang